Chereads / TENTANG AKU, KAMU DAN DIA / Chapter 22 - Kebebasan

Chapter 22 - Kebebasan

"Hari ini Ayah udah bisa pulang ke rumah katanya."

"Alhamdulillah. Kapan kak?"

"Katanya si siang ini. Jadi kamu sekolah aja ya. Jangan buat Ibu sama Ayah sedih. Apa lagi kan Ayah baru pulang ke rumah hari ini."

"Iya deh kak. Aku sekolah."

"Nah yaudah, sekarang lanjutin dulu sarapannya."

Kemudian Aqilla dan kak Anindira melanjutkan sarapan paginya yang sempat tertunda sebentar. Aqilla memutuskan untuk berangkat sekolah dan tidak melihat persidangan Dika hari ini. Padahal Aqilla ingin sekali melihat persidangan antara Dika dan kak Rian hari ini. Aqilla penasaran, apakah barang bukti yang dia temukan kemarin itu bisa membuat Dika terbebas dari penjara. Dan bagaimana ekspresi kak Rian yang ketahuan jika dirinya itu sudah mengarant cerita.

"Udah selesai sarapannya? Abang udah jemput tuh di depan."

"Yaudah aku berangkat dulu ya kak. Assalamualaikum."

"Iya. Waalaikumsallam."

Hari ini Aqilla di antar ke sekolah bersama dengan abang ke 3 nya dengan menggunakan sepeda motor. Sehingga hari ini Aqilla tidak khawatir jika dirinya harus telat masuk ke sekolah.

"Aku sekolah dulu ya Bang."

"Iya, belajar yang rajin ya."

"Iya bang. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Setelah mencium tangan Abangku dan berpamitan, aku pun segera memasuki gerbang sekolah. Ternyata di sana juga ada Keisya yang baru sampai sekolah juga.

"Eh Qilla. Lu ga jadi ikut ke persidangan Dika?"

"Engga Kei. Gua ga di izinin sama kak Anindira. Katanya Ayah gua juga hari ini mau pulang ke rumah."

"Oh gitu. Syukur deh kalo Ayah lu udah bisa pulang ke rumah. Tapi keadaannya sekarang Ayah lu gimana?"

"Sebenarnya si kemarin waktu gua jengukin Ayah gua, Ayah gua itu masih belum bisa di gerakin seluruh tubuhnya. Mungkin maksudnya boleh di rawat di rumah itu bukan berarti Ayah gua udah pulih."

"Ya ampun. Semoga Ayah lu segera pulih seperti dulu deh. Aamiin."

"Iya Kei, aamiin."

Mengobrol sambil berjalan menuju ke kelas ternyata tida terasa. Tahu-tahu mereka berdua sudah sampai di kelas mereka. Di kelas juga sudah cukup ramai. Sudah banyak siswa dan siswi yang sudah berada di kelas. Karena sebentar lagi bel juga akan berbunyi, menandakan jam belajar mengajar di mulai.

Kring... Kring... Kring....

Semenjak bel masuk kelas berbunyi hingga bel keluar kelas yang menandakan kegiatan belajar mengajar sudah selesai, selama itu juga Aqilla tidak fokus di kelas. Dia selalu memikirkan persidangan Dika dan kak Rian hari ini. Selain itu, Aqilla juga memikirkan kepulangan Ayahnya hari ini. Aqilla merasa tidak akan kuat jika harus melihat Ayahnya yang sakit seperti itu setiap hari. Rasanya hati Aqilla sangat sakit. Lebih sakit daripada sakit karena putus cinta.

"Lu langsung balik Qil?"

"Iya Kei. Ga enak kan Ayah gua baru sampai rumah masa udah gua tinggal-tinggal aja. Gua mau jagain Ayah gua di rumah."

"Ohh gitu. Yaudah deh. Hati-hati ya. Salam juga buat Ibu dan Ayah lu."

"Iya, nanti gua salamin. Gua pulang duluan ya. Bye."

"Bye Qil. Hati-hati."

Aqilla pulang terlebih dahulu daripada Keisya. Karena kali ini Aqilla juga lagi-lagi di jemput oleh Abangnya. Abangnya tersebut sengaja pulang kerja lebih awal juga karena ingin berkumpul dengan Ibu dan Ayah di rumah. Sepertinya anak-anak Ayah dan cucu-cucu yang lainnya juga sudah berkumpul di rumah.

*****

"Assalamualaikum. Ayah... Ibu. ."

"Waalaikumsallam nakk... Gimana sekolahnys? Lancar?"

"Alhamdulillah lancar Bu, Yah. Ayah udah sehatan?"

"Alhamdulillah Ayah udah merasa sehatan kok nak. Do'ain aja supaya Ayah bisa benar-benar pulih seperti dulu."

"Pasti Yah. Pasti kok itumah."

"Oh ya. Kata kak Anindira tadi kamu itu mau datang ke persidangan Dika tapi ga jadi ya?" Tanya Ibu.

"Iya Bu. Kan Ayah sama Ibu mau pulang ke sini. Aku mau sambut kedatangan Ibu sama Ayah aja, hehe."

"Di sini kan banyak orang. Ayah juga ga kenapa-kenapa. Kamu kalo mau pergi sekarang ga apa-apa kok. Asal ingat yaa, pulangnya jangan larut malam."

"Engga kok Yah. Aku ga pergi. Aku mau di rumah aja. Aku udah kangen sama suasana rumah yang lengkap seperti ini. Nanti juga Ibunya Dika mau ngabarin aku gimana keadaan di sana."

"Oh baik lah kalo gitu. Yaudah yu mending sekarang kita makan bersama." Ajak Ibu Aqilla kepada Aqilla dan anak-anaknya yang lain serta cucu-cucunya yang sudah berkumpul untuk menyambut keadatangan Ayah dan Ibuku.

Hari ini makanan yang di hidangkan sangat spesial. Walaupun makanan ini semua adalah hasil pesan dari suatu restauran. Karena hari ini Ibu baru saja pulang ke rumah. Sehingga Ibu Aqilla belum sempat untuk masak apa lagi dengan jumlah yang banyak. Kasihan juga Ibu Aqilla. Pasti selama ini dia cukup cape karena mengurus Ayah di siang hinga malamnya. Walaupun Ibu Aqilla tidak pernah mengeluhkan akan hal itu. Cinta mereka berdua sangat kuat. Saling mendukung dan mencintai satu sama lain membuat Aqilla berharap suatu hari nanti dirinya bisa menemukan sosok lelaki seperti Ayahnya. Yang mencintai istrinya dengan tulus, ikhlas. Berjuang untuk keluarga tanpa ada rasa lelah.

Makan siang kali ini rasanya sangat berbeda. Mungkin karena pada makan siang kali ini semua keluarga Aqilla berkumpul di meja makan tanpa terkecuali. Apa lagi ketika ada Ayah dan Ibunya di sana. Membuat Aqilla semakin merasa enak makan dibandingkan dengan ketika tidak ada Ibu dan Ayahnya di sampingnya.

Ketika sedang makan siang, tiba-tiba saja ada telpon masuk di handphonenya Aqilla. Ternyata telpon tersebut datang dari Ibu Dika. Sepertinya dia akan memberikan kabar tentang persidangan Dika tadi kepada Aqilla.

"Hallo. Assalamualaikum Ibu."

"Waalaikumsallam. Aqilla lagi dimana?" Terdengar jelas suara Ibu Dika dari jauh sana.

"Lagi di rumah Bu. Gimana tadi persidangan antara Dika dan kak Rian, Bu?"

"Alhamdulillah lancar nak. Dika terbukti tidak bersalah."

"Alhamdulillah. Syukur deh kalo gitu."

"Iya nak. Ini semua juga berkat kamu. Ibu sangat berterima kasih banget sama kamu nak. Ibu ga tau lagi harus berbicara apa."

"Iya Bu, ga apa-apa kok. Aku bantuin Dika itu ikhlas. Aku cuma membela yang benar aja. Kalo Dika yang salah dan kak Rian yang benar, aku juga akan melakukan hal yang sama ke kak Rian seperti aku melakukan ini semua untuk Dika."

"Iya nak, Ibu paham. Kamu itu emang anak yang baik. Kamu ga mau main ke sini nak?"

"Hmmm, nanti aja deh Bu. Kapan-kapan. Soalnya Ayah aku baru pulang dari rumah sakit. Sekarang lagi kumpul keluarga. Ga enak kalo aku pergi ninggalin mereka, hehe."

"Ohh, Ayah kamu sakit? Sakit apa?"

"Lumpuh Bu. Kata Dokter si, stroke."

"Ya ampun. Turut berduka ya. Nanti kapan-kapan Ibu dan Dika akan menjenguk Ayah kamu."

"Iya Bu. Ga apa-apa. Ga usah repot-repot."

"Yaudah gitu aja ya nak. Ibu cuma mau kasih kabar ke kamu aja. Assalamualaikum."

"Iya Bu. Waalaikumsallam."

Ternyata rekaman cctv itu mampu membuat Dika terbebas dari penjara. Dan ternyata yang salah itu adalah kak Rian. Tega-teganya kak Rian dan kakaknya itu memutar balikkan fakta. Sampai kapan pun, mulai saat ini Aqilla berjanji dari dalam lubuk hatinya jika dia membenci seseorang yang bernamakan Rian.

-TBC-