Chereads / TENTANG AKU, KAMU DAN DIA / Chapter 27 - Firasat Seorang Ibu

Chapter 27 - Firasat Seorang Ibu

Tidak enak dengan kak Rian, kemudian Aqilla segera pergi ke kamar Ayan dan membawanya keluar. Ayah Aqilla sekarang hanya bisa duduk di kursi roda dengan bantuan dari orang lain lain.

"Assalamualaikum Pak," ucap kak Rian setelah melihat Ayah Aqilla.

"Waalaikumsallam. Ini yang waktu itu ke rumah sakit ya?"

"Iya Pak. Rian."

"Ohh Rian. Duduk duduk silahkan."

"Iya Pak, makasih."

Selama kak Rian dan Ayahnya mengobrol di ruang tamu, Aqilla pergi menghampiri Ibunya di belakang. Sepertinya dia sedang berada di dapur. Sambil Aqilla juga membuatkan minum untuk kak Rian.

"Ibu. Ibu kenapa di sini aja?"

"Ga apa-apa."

"Bohong."

"Ibu kurang suka aja sama dia. Yaa walaupun Ibu tau kalo dia ga salah."

"Terus kalo Ibu tau dia ga salah, kenapa Ibu masih ga suka sama kak Rian?"

"Ibu juga ga tau nak. Ibu merasa ga tenang aja kalo kamu itu dekat-dekat sama Rian. Namanya juga seorang Ibu nak."

"Udah ah Bu, jangan berpikir yang engga-engga. Ibu kalo mau di sini aja yaudah ga apa-apa. Aku mau buatin minum dulu buat kak Rian sama Ayah."

Aqilla memilih untuk membuatkan kak Rian es jeruk. Walaupun Aqilla tahu jika tadi kak Rian dan dirinya sudah minum es jeruk di tempat makan seafood, tetapi yang ada di rumah ya kini hanya es jeruk saja. Tidak ada yang lain.

Aqilla membuatkan es jeruk hanya 2 gelas saja. Yang satu untuk dirinya sendiri, dan yang satunya lagi untuk kak Rian. Ayahnya hanya di buatkan teh manis hangat saja. Karena Ayahnya tidak boleh minum yang dingin-dingin dulu untuk saat ini, itu bisa membuat syaraf-syaraf Ayah semakin kaku untuk di gerakan.

"Di minum dulu kak Rian."

"Ya ampun, repot-repot aja Qil. Kakak baru mau pamit sama kamu."

"Pamit? Buru-buru banget kak?"

"Udah mau malam juga. Yaudah ya Qil, pamit. Pak, saya pamit dulu ya."

"Iya. Makasih ya."

"Saya yang makasih sama Bapak dan Aqilla. Maaf juga karena saya ga bisa kasih apa-apa."

"Ga apa-apa. Di jengukin juga udah bersyukur banget karena masih ada yang peduli."

"Iya, sama-sama Pak. Kalo gitu saya pamit ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam "

Kini kak Rian pun pergi meninggalkan rumah Aqilla. Dan setelah kak Rian pergi, Ibu Aqilla kini baru muncul kembali.

"Kemana aja Bu?"

"Lagi di belakang tadi ngerjain sesuatu."

"Oh gitu."

Aqilla yang merasa Ibunya sudah aneh sedari tadi memutuskan untuk diam dan langsung pergi ke kamarnya.

"Apa gua harus jauhin kak Rian aja ya? Tapi karena alasan apa? Dia itu udah baik banget sama gua. Lagian gua itu kan berteman dengan siapa aja selama dia itu baik. Gua ga habis pikir deh kenapa Ibu bisa ga suka seperti itu sama kak Ria," batin Aqilla yang terus bertanya-tanya di dalam hatinya.

Layar handphone Aqilla berkedip. Menandakan ada pesan masuk darinya. Ternyata itu pesan masuk dari Dika. Dika hanya menanyakan tugas sekolah yang akan di kumpulkan pada hari senin. Namun berawal dari menanyakan tugas, lama-lama pembahasan mereka berdua menjadi tidak ada arah tujuan. Semua topik pembicaraan di bahas olehnya.

Dika itu adalah salah satu teman yang selalu bisa membuat Aqilla tertawa. Walaupun dia memang pernah melukai perasaanku dengan perkataannya, tetapi tidak sedikit juga perbuatan baik yang sudah dia lakukan untuk dirinya.

Setelah saling chatan, Aqilla memutuskan untuk tidur. Aqilla sudah merasa capek karena seharian ini dia telah sekolah dari pagi sampai sore. Dan hari ini Aqilla juga tadi jalan dulu bersama kak Rian. Sehingga seharusnya dia bisa pulang cepat dan cepat untuk beristirahat juga, akhirnya dia baru bisa istirahat pada malam ini.

*****

Pada pagi hari ini terlihat cuaca sangat cerah sekali. Mentari menyambut pagi dengan kehangatannya. Sayang, hari ini adalah hari libur sekolah.

"Hallo?" Kak Rian menelpon Aqilla ketika Aqilla sedang sarapan di ruang makan bersama dengan keluarganya. Aqilla pun langsung pamit mengangkat telepon itu ke kamarnya.

"Lu lg dimana Qil?"

"Di rumah. Kenapa kak?"

"Keluar yu. Temanin gua."

"Mau kemana emang kak?"

"Temanin gua aja sarapan yu. Gua mau sarapan sama lu pagi ini."

"Aduh, gimana ya?"

"Gimana, mau ga ya," ucap Aqilla di dalam hati.

"Hallo? Aqilla?"

"Eh, iya. Hmm, boleh deh."

"Yaudah kalo gitu gua jemput ya?"

"Iya. Tapi di depan jalan aja ya."

"Loh, kenapa emang?"

"Di sini lagi ada Abang gua. Dia posesif banget kalo gua jalan sama cowok."

"Oh gitu. Okedeh. Gua berangkat sekarang ya."

"Iya kak."

Alasan Aqilla barusan itu adalah suatu kebohongan. Sebenarnya di rumahnya kali ini tidak ada Abangnya. Aqilla hanya takut jika kak Rian datang ke rumahnya, justru Ibu Aqilla bersikap dingin kembali kepadanya. Kemudian Aqilla kembali ke ruang makan untuk pamit pergi kepada kedua orangtuaya.

"Mau kemana emang?" Tanya Ibu Aqilla.

"Mau ngerjain tugas sama Keisya."

"Ohh, kirain sama Rian."

"Emang kenapa kalo Aqilla pergi sama Rian Bu?" Tanya Ayah Aqilla. Ayah Aqilla saja bingung dengan sikap Ibu kali ini.

"Yaa ga apa-apa si. Kamu pulangnya jangan sampai sore ya. Ibu lagi ga enak badan. Tar ga ada yang nemenin Ibu."

"Iya Bu. Nanti aku pulang secepatnya. Kalo gitu aku pamit dulu ya Bu, Yah. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Aqilla segera pergi ke depan jalan rumahnya. Di sana Aqilla menunggu kak Rian. Ternyata kak Rian belum tiba di sana. Namun tidak lama juga Aqilla menunggu, kak Rian pun akhirnya datang juga.

Kak Rian langsung memberikan helm kepada Aqilla. Untuk jaga-jaga jika di jalan bertemu polisi dan untuk keselamatan dirinya juga. Dengan sedikit susah, Aqilla menaiki sepeda motor ninja milik kak Rian.

Tiba-tiba saja perasan Aqilla di jalan tidak enak. Dia kepikiran dengan ucapan Ibu yang bilang jika hari ini dia sedang tidak enak badan dan ingin di temani oleh Aqilla. Aqilla takut jika terjadi apa-apa dengan Ibunya. Apa lagi Ayahnya sedang sakit juga. Seharusnya Aqilla memang menemani orangtuanya saja dan tidak ikut pergi bersama kak Rian.

"Udah ah ga apa-apa. Sebentar ini lagian," batin Aqilla.

Ternyata kak Rian membawa Aqilla ke tukang bubur langganannya yang katanya rasanya itu sangat enak. Aqilla sebelumnya belum pernah makan di tempat itu. Setelah di rasakan, memang rasanya sangat enak. Pantas saja yang datang dan makan di tempat juga sangat banyak.

"Hahaha. Masa iya si kak?"

"Iya beneran. Gilak kan."

"Haha, kocak deh..."

Aqilla dengan cepatnya bisa tertawa dengan mudahnya bersana kak Rian. Padahal tadi dia bilang di dalam hatinya jika perasaan dia sedang tidak enak terhadap Ibunya. Kak Rian memang sangat mahir dalam masalah membuat wanita nyaman dan bisa tertawa lepas bersamanya.

"Bentar kak, kakak aku telepon."

"Oh iya, silahkan angkat."

"Iya kak, hallo. Assalamualaikum. Kenapa kak?"

"Apa? Innalilahi."

"Kenapa Qil?"

-TBC-