Anggun mencengkram lengan mungil itu tanpa memberikan celah sedikit pun, jelas dia sangat cemburu melihat lelaki yang sangat disukainya itu bersama wanita lain yang levelnya jauh dibawah. Jika saja tidak ada ibunda Rey disana, mungkin Anggun bisa saja memberikan sindiran yang luar biasa kepada Camelia.
"Anggun, jangan pegang lengan gadis cantik ini terlalu lama sayang." ucap ibu Yuna kepada gadis yang termakan api cemburu itu.
Kedua orang itu sudah tidak lagi berjabat tangan, kini Rey meminta sang ibu dan juga Camelia untuk duduk di sofa. Mengobrol dengan tempat yang lebih nyaman dan juga santai, sementara Anggun masih saja terus menatap cemburu hingga akhirnya dia berpamitan pulang meninggalkan ibu Yuna disana. Rey hanya bisa menahan tawa melihat tingkah wanita itu, dia merasa sudah berhasil dalam menjalankan sandiwaranya bersama Camelia.
"Jangan hiraukan Anggun ya Camelia, sifatnya memang sudah seperti itu." ucap ibu Yuna kepada gadis disampingnya.
Camelia hanya tersenyum manis, dia mungkin tidak terlalu memikirkan hal seperti itu. Hanya saja kenapa Anggun harus melakukan semua ini padanya? dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan keluarga kaya raya ini.
Ibu Yuna terus memandangi gadis cantik yang ada disampingnya itu, sungguh sejak pertemuan pertama ini saja dia sudah sangat suka dan ingin segera menikahkan putranya dengan Camelia. Rencana Rey benar-benar sukses, dia harus memberikan hadiah yang bagus jika sampai ibunya senang hari ini.
"Camelia, kau tinggal dimana sayang?" tanya ibu Yuna.
"Aku tinggal dijalan pati nomber 19 tante, bersama ibu dan juga kakak laki-lakiku." jawab gadis itu sopan.
"Oh disana, tante juga sebenarnya memiliki teman lama yang tinggal disana. Lalu pekerjaan kamu apa?" tanya ibu Yuna kembali.
Rey memandang wajah gadis itu dengan tajam, sebenarnya dia memberi sedikit kebebasan tentang cara Camelia menceritakan tentang dirinya. Hanya saja jangan sampai membuat harga diri lelaki ini tercoreng, karena itu akan menjadi masalah besar. Apapun boleh dia katakan selama sang ibu merasa senang dan nyaman.
"Sejak ayah Camelia meninggal, aku menjadi tulang punggung keluarga tante. Sebenarnya pekerjaan yang sedang aku jalani tidak terlalu istimewa, dan malu jika diceritakan tante hehe. Tapi tante jangan salah sangka tentang pekerjaanku karena aku tidak mungkin melakukan hal aneh." ucap gadis itu dengan penuh semangat.
Yuna tersenyum kecil, gadis ini benar-benar polos bahkan mungkin terlalu polos untuk menjadi istri putranya. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika mereka berjodoh, Yuna sudah sangat menyukainya dan ingin segera mendapatkan seorang menantu untuk masa depan Rey.
Wanita paruh baya itu mengusap pundak Camelia, kemudian menggenggam erat tangannya. "Camelia, kau itu anak yang sangat manis sekali sayang. Tante benar-benar suka, Rey kapak kalian menikah? ibu sudah tidak sabar ingin menggendong seorang cucu."
Rey sampai tersedak kopi yang sedang dia minum, ucapan sang ibu benar-benar membuatnya syok. Cucu? menyentuh gadis itu saja moodnya sudah hilang, bagaimana mungkin dia bisa memberikan cucu? rasanya tidak akan mungkin terjadi jika karena terpaksa atau kehilafan.
"Ibu yang benar saja, apa pernikahan harus dilakukan dengan cepat? aku dan Camelia juga butuh persiapan yang matang. Dan satu lagi, kenapa ibu memintaku untuk segera menikah? sedangkan kakak saja masih melajang." ucap lelaki itu.
Ibu Yuna tampak sedih dengan ucapan yang keluar dari mulut putra bungsunya itu, seperti yang sudah Rey tahu jika sang kakak tidak memiliki nafsu atau pun keinginan kepada seorang wanita. Entah apa yang terjadi dengan lelaki itu sang ibu pun tidak bisa memahaminya, mereka memiliki dua sifat yang begitu berlawanan. Rey hidup dengan belaian wanita cantik sedangkan sang kakak yang hanya fokus pada pekerjaannya, dia mungkin tidak berpacaran atau pun menikah. Dan tentu saja membuat Yuna merasa begitu sedih.
"Sayang, kita tidak perlu membahasnya lagi. Ibu hanya memiliki harapan penuh kepadamu, jadi menikahlah sayang. Kau mau kan Camelia menikah dengan anakku yang tampan dan baik hati ini?" tanya ibu Yuna kepada gadis disampingnya.
Camelia tersenyum palsu dengan begitu sempurna, baik hati? mungkin kata-kata seperti itu sangat tidak cocok untuk seorang Rey. Dia memang sangat tampan dan juga menawan, hanya saja sifatnya itu benar-benar jahat sampai Camelia pikir apakah lelaki orang manusia atau iblis? dia tidak memiliki hati nurani sama sekali bahkan kepada seorang gadis malang seperti dirinya. Namun tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali menangguk dan memuji Rey didepan wanita bernama Yuna itu, sangat lucu ketika sang ibu tidak mengetahui bagaimana sifat asli anaknya.
"Rey sangat baik tante, dia selalu menolong ketika semua orang dalam kesusahan. Jujur saja aku juga kagum akan hal itu dan membuat hatiku semakin bergetar ketika mengingatnya." ucap Camelia.
Yuna terlihat bahagia ketika mendengar pujian dari gadis polos itu. "Benarkah sayang? syukurlah jika dia benar-benar baik, karena sebagai seorang ibu, tante cukup khawatir mendengar begitu banyak gosip yang berhubungan dengan putraku ini. Tapi setelah mendengar darimu tante cukup lega."
"Jangan dengarkan gosip itu tante, terkadang orang-orang memang tidak bisa mengenal siapa yang mereka bicarakan." jawab Camelia dengan senyuman manis yang tidak pernah luntur itu.
Rey tersenyum kecil, gadis itu ternyata mengingat semua kata-kata yang sudah dia siapkan dengan baik. Karena dengan begini ibu pasti sangat puas dan menyukai Camelia sebagai pengganti Anggun. Rey tidak perlu lagi repot-repot mencari wanita lain yang bisa dia jadikan sebagai istri, karena gadis polos ini sudah menjadi jawabannya.
Beberapa jam sudah mereka mengobrol, bahkan gadis cantik ini memasak untuk makan siang Yuna dan juga Rey. Wanita itu dibuat semakin kagum saja dengan kepribadian Camelia, karena menurutnya jarang sekali ada wanita yang bisa memasak serta melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik di jaman modern seperti ini.
Waktu semakin siang bahkan hampir menuju sore, Yuna pun berpamitan kepada Rey dan juga Camelia karena harus pulang. Dan sebelumnya wanita itu juga meminta dengan tegas agar putra bungsunya bisa dengan segera mempersiapkan rencana pernikahan mereka.
"Terima kasih untuk hari ini ya sayang, Camelia tante pamit dulu. Ingat pikirkan rencana pernikahan kalian dengan matang, karena ibu tidak ingin menunggu lebih lama lagi Rey!" tegas Yuna kepada putra bungsunya.
Lelaki itu tersenyum sembari merangkul bahu Camelia. "Tentu saja ibu, kami akan membicarakan semuanya dengan cepat dan tepat."
"Syukurlah, ibu akan menunggu kabar dari kalian." ucap Yuna sembari masuk ke dalam mobil mewahnya.
Camelia melambaikan tangannya, dia juga meminta untuk sang supir berhati-hati dalam berkendara. Tidak sampai satu menit sang Ibunda pun sudah pergi jauh meninggalkan rumahnya, Rey melepaskan rangkulan itu dari bahu Camelia kemudian menepisnya seolah merasa jijik.
"Kau pandai sekali bersandiwara Camelia, itu sangat bagus. Oleh karena itu aku akan memberimu hadiah malam ini." ucap lelaki itu dengan tatapan yang sinis.
Camelia mencengkram erat gaunnya, entah mengapa dia sangat ketakutan ketika lelaki itu menatapnya dengan tajam. Seolah kesempatan untuk dia hidup di hari esok sudah tiada.
"Aku tidak butuh hadiah, jika boleh aku ingin beristirahat sekarang." ucap gadis itu sembari menundukan kepalanya.
"Terserah kau saja, tidurlah sampai puas jika kau ingin. Akan tetapi malam ini kau tetap harus hadir dan berdandan dengan cantik untuk menemaniku di pesta perayaan atas kesuksesan hari ini. Ingat itu!" tegas Rey sembari menunjuk wajah gadis itu dengan jari jemarinya yang panjang.
"Baiklah."