Detik demi detik berganti dengan cepat, rasanya baru kemarin Camelia datang kerumah megah ini dan berbicara dengan Rey. Namun rupanya hari itu sudah lama sekali, dan sekarang sudah saatnya Camelia menghadapi kenyataan yang paling pahit didalam hidupnya. Menikah dengan seorang lelaki psikopat yang tidak memiliki hati seperti manusia lainnya, Rey! apakah dia akan membuat hidup Camelia semakin bertambah buruk sekarang?! gadis ini sangat takut. Bahkan kepada lelaki yang bisa di bilang sebagai calon tumpuan hidupnya saat ini.
"Tuan, seorang kurir datang untuk mengantarkan karangan bunga di di depan. Apakah anda ingin membawanya ke dalam?" tanya seorang pelayan kepada Rey.
Lelaki itu menatap heran. "Siapa yang mengantarkan karangan bunga kepadaku? apa dia pikir aku ini sudah mati?"
Rey adalah tipikal orang yang tidak menyukai bunga, walau pun itu dalam bentuk ucapan selamat atau apapun. Lelaki ini seolah memiliki sebuah trauma yang mendalam hingga membuatnya membenci benda yang menurut orang terlihat begitu indah dan berharga. Bahkan seumur hidupnya, Rey tidak pernah ingin melihat satu bunga pun yang masuk ke dalam rumahnya. Namun karena dihari pernikahan yang akan segera datang, dia harus mau menerima semua itu. Apalagi jika sang ibu yang mengurus semuanya, wanita itu pasti akan memenuhi seisi rumah megah dan mewah ini dengan karangan bunga.
Rey berjalan ke depan bersama Camelia dibelakangnya, dia menatap begitu banyak karangan bahkan bunga-bunga segar lainnya yang sang ibu pesan untuk menghias seluruh sudut rumah. Lelaki itu berdecik kesal, dia bahkan sampai mengepalkan kedua tangannya karena begitu banyak hal manis yang mengelilinginya akhir-akhir ini. Sementara Camelia tersenyum kecil, apalagi ketika melihat begitu banyak bunga yang berserakan di lantai dan halaman rumah Rey.
"Indah sekali." gumam gadis itu pelan.
Telinga Rey sangat sensitif, dia langsung menatap tajam ke arah Camelia dengan wajah kesalnya. Mungkin ini akan menjadi siksaan bagi Rey karena gadis yang sangat dia benci ini tersenyum bahagia, belum lagi tentang bunga yang berserakan dimana-mana. Jika saja boleh memilih, dia hanya ingin menjalankan pernikahan ini biasa saja. Tanpa ada keramaian bahkan hiasan-hiasan tidak berguna yang merusak tatanan rumah megah miliknya.
"Kau senang? sepertinya pernikahan ini begitu berarti untukmu." ucap Rey dengan nada yang sinis.
Camelia menatap ke arah wajah lelaki itu dengan senyum kecil dibibirnya. "Mau bagaimana lagi? bukankah kau sudah melarang ku untuk menangis dan mengeluh bukan? jadi apa salahnya jika aku tersenyum?"
Entah mengapa kata-kata itu terdengar begitu menyebalkan ditelinga Rey, bahkan tidak cocok dikatakan oleh Camelia. Walau pun memang benar jika dia sendiri yang melarang gadis ini bersedih atau pun mengeluh tentang sebuah takdir baru yang harus dia terima, namun jika tersenyum adalah penggantinya? itu lebih menyebalkan dari dugaan sebelumnya. Rey ingin melihat gadis ini menderita, bukan tersenyum bahagia sepertinya itu.
"Lakukan apa yang kau mau, aku akan kembali tidur. Semua kekacauan ini membuatku muka! jika ibuku datang katakan jika aku sedang tidak enak badan, ingat itu!" tegas Rey kepada Camelia.
Gadis itu hanya mengangguk, senyuman yang tadi terlihat sangat bahagia mulai hilang dan pudar. Bahkan terlihat seperti biasa kembali, Camelia yang pemurung dan penuh dengan penderitaan. Kedua matanya hanya bisa menatap sekitar, memikirkan bagaimana pernikahan dia dengan lelaki brengsek itu besok. Mungkin akan menjadi sebuah kejutan yang tidak akan pernah Camelia lupakan seumur hidupnya, ketika dia harus merelakan seluruh masa mudanya bersama seorang lelaki yang sudah jelas tidak dia cintai sedikit pun.
"Kuatkan hatimu Camelia, ayolah! lagi pula ini tidak akan bertahan lama. Mungkin hanya beberapa tahun sampai akhirnya semua masalah pun selesai."
Ketika Camelia hendak bergegas pergi untuk membantu para pelayan disana, seorang lelaki tinggi yang wajahnya mirip Rey menabrak dia dengan cukup keras. Bahkan hingga membuat hidung gadis ini terasa begitu sakit.
"David, kenapa kau ceroboh sekali? kau hampir saja melukai calon adik iparmu." ucap Yuna yang entah kapan datang dan langsung menghampiri Camelia disana.
Gadis itu refleks tersenyum manis dan langsung menyapa calon ibu mertuanya, ucapan Rey memang benar jika nyonya Yuna akan datang kemari dan pasti langsung menanyakan keberadaan putra bungsunya itu. Seperti yang diperintahkan Rey sebelumnya, dia mengatakan semua alasan tadi agar tidak terjadi masalah atau pun perselisihan diantara mereka. Namun Yuna tidak percaya dan langsung menyusul putra bungsunya itu ke kamar, sedangkan lelaki bernama David itu berdiri dan terus memandangi Camelia dengan tajam.
Sebagai seorang kakak yang mengenal adiknya dengan baik, David tidak percaya jika Rey serius akan menikahi wanita seperti Camelia. Karena yang dia tahu Rey tidak pernah sekali pun bercerita atau bahkan memajang potonya di status atau pun wallpaper ponsel. Jadi kira-siapa dia sebenarnya? pertanyaan itu terus terngiang di pikiran David.
Sementara itu Camelia hanya bisa tersenyum dengan penuh perasaan bingung, dia tidak mengenal lelaki tampan yang ada dihadapannya. Bahkan untuk menyapa saja dia sangat ragu, karena ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Sampai tak lama lelaki itu pun berjalan menghampiri Camelia lalu berbisik.
"Kau masih perawan?"
Kata-kata itu tentu saja membuat kedua mata Camelia langsung membulat dengan sempurna, bagaimana mungkin lelaki terhormat seperti David bisa menanyakan hal seperti itu kepadanya? padahal sudah jelas jika Camelia adalah seorang gadis yang belum tersentuh oleh lelaki mana pun.
"Maaf, tapi kenapa kau menanyakan hal seperti itu? tentu saja aku masih perawan. Lagi pula kami belum resmi menikah, jadi kenapa harus berfikiran sampai kesana." jawab gadis itu dengan wajah polosnya.
David tertawa kecil, sudah dia duga sebelumnya jika Camelia ini bukan gadis yang serius untuk Rey nikahi. Karena yang dia tahu bahwa jika sang adik benar-benar mencintai seorang wanita maka dia pasti akan menghancurkannya habis-habisan, dalam arti Rey akan meniduri dia untuk mengikat wanita tersebut sebagai miliknya.
"Apa yang sedang kau rencanakan dengan adikku Nona? sepertinya kalian tidak mungkin tulus melakukan pernikahan ini?" tanya David dengan senyum tipis diwajahnya.
Camelia tidak bisa berkata-kata sekarang, dia bahkan sangat takut jika sampai lelaki ini tahu apa yang direncanakan Rey sebenarnya. Bukan hanya lelaki itu yang kena imbas namun dia juga, mungkin Camelia akan menjadi daging panggang jika sampai wanita paruh baya dan lelaki bernama David ini tahu rencana Rey sebenarnya.
Namun untunglah tidak lama kemudian lelaki itu datang bersama ibunya, Rey mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan kakaknya itu dan langsung dengan segera mengambil tindakan refleks untuk membuktikan jika dia dan Camelia serius dalam pernikahan ini.
"Heh jangan so tahu dengan hubungan pribadi seseorang! kau pikir aku tidak serius Camelia?"
Lelaki itu menarik lengan si calon istri kemudian mencium bibirnya sekilas, entah mengapa situasi ini membuat jantung Camelia berdegup dengan kencang. Bahkan wajahnya terasa seperti terbakar, panas dan penuh gairah.
"Bukankah kita saling mencintai, iyakan Camelia...?"