Mimpi buruk terus muncul sepanjang malam, bahkan sampai membuat Camelia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia melihat seorang lelaki berpakaian merah terus mengejarnya tanpa henti dengan sebuah pisau besar yang dia pegang ditangan sebelah kanannya, sebuah tawa yang mengerikan bahkan terdengar begitu jelas hingga membuat gadis ini menjerit-jerit ketakutan. Gaun putih yang dia kenakan bahkan sudah penuh dengan lumuran darah, dan itu membuat Camelia sangat ketakutan. Sampai detik ini dia tidak bisa tidur dan terus memandangi gaun yang akan dia kenakan di pernikahannya besok.
Tok tok tok
"Nona! apa anda sudah bangun? air hangatnya sudah siap!"
Padahal Camelia baru saja memejamkan kedua matanya, namun suara ketukan pintu itu terus mengganggunya. Dia pun terbangun dengan kepala yang terasa begitu pusing, memandang situasi sekitar yang sudah mulai ramai. Beberapa pelayan masuk tanpa permisi karena mungkin Camelia tak kunjung membuka pintu, mereka meminta dia untuk segera bersiap karena pernikahan akan dimulai dalam waktu beberapa jam lagi.
Dengan wajah yang masih mengantuk Camelia bangun dari tempat tidur mewah itu, kemudian berjalan mengikuti para pelayan yang akan membawanya ke sebuah kamar untuk membersihkan diri. Entah siap atau tidak sepertinya Camelia akan mengakhiri masa lajangnya hari ini juga, tanpa adanya cinta sedikit pun yang menyelinap di dalam hatinya. Walau pun Rey adalah seorang yang sangat sempurna untuk semua wanita, namun dalam posisi Camelia itu tidaklah berarti. Lelaki itu memiliki kepribadian buruk yang begitu dia benci dan takuti hingga membuat gadis ini merasakan perasaan tak nyaman.
"Nona, kantung matanya hitam sekali. Apa Nona tidak tidur semalaman?" tanya seorang pelayan kepada Camelia.
Gadis itu hanya tersenyum kecil kemudian menatap wajahnya di cermin. "Iya, mimpi buruk terus menghantuiku. Oleh karena itu aku tidak bisa tidur walau hanya beberapa menit, dan ketika kedua mata ini mulai mengantuk kalian datang untuk membangunkan ku." jawab Camelia.
"Maafkan aku Nona, tapi tuan Rey yang meminta untuk segera membangunkan Nona." ucap pelayan itu bersalah.
"Tidak perlu minta maaf, ini bukan salahmu juga. Oh ngomong-ngomong dimana lelaki itu? apa dia juga belum bersiap-siap?" tanya Camelia.
Kedua pelayan yang mendandani Camelia menatap satu sama lain, pada jam-jam seperti ini tidak ada yang tahu apa yang sedang dilakukan Rey ditempat rahasianya. Lelaki itu terkadang memiliki waktu dan kegiatan khusus yang tidak boleh diketahui banyak orang termasuk pelayan seperti mereka.
"Kami tidak tahu Nona, mungkin dia akan datang sebentar lagi." jawab pelayan tersebut.
Camelia hanya mengangguk, untuk apa dia bertanya lebih banyak lagi jika orang-orang ini tidak tahu tentang kegiatan calon suaminya itu. Dia hanya penasaran, kenapa Rey meminta Camelia bersiap sepagi ini. Sementara dirinya sendiri pergi entah kemana.
***
Waktu terus bergulir, kini tiba saatnya mereka mengucap janji suci untuk sehidup semati. Camelia terlihat begitu cantik dengan gaun putih nan anggun yang dia kenakan. Bahkan dandanan sederhana itu mampu memancarkan aura yang ada di dalam dirinya, dia mencoba tersenyum tulus dengan sorot mata yang tajam untuk menyambut setiap tamu. Sementara di hadapannya sudah ada Rey, yang datang dengan stelan jas hitam dengan tatanan rambut yang membuat jidat paripurnanya itu terpancar indah. Wajah yang bagai pahatan karya seni itu berkilauan tersorot lampu, membuat ketampanannya semakin tidak manusiawi. Para wanita yang hadir disana begitu iri dengan posisi Camelia, karena dia bisa mendapatkan seorang lelaki sempurna seperti Rey.
Kania, Johnny, Yuna dan juga David duduk berdampingan. Mereka menyaksikan acara pernikahan kedua anak mereka, dan ini juga kedua kalinya mereka bertemu setelah acara lamaran resmi beberapa hari yang lalu. Kania terlihat begitu senang melihat putri bungsunya itu menikah dengan seorang lelaki kaya, karena dia pikir mungkin saja dengan pernikahan Camelia sekarang Kania dan juga anak sulungnya akan mendapatkan juga kekayaan dari lelaki itu. Benar-benar ibu yang rakus! padahal hati anaknya saat ini sedang menderita setengah mati.
Acara berlangsung dengan sangat meriah, tidak ada halangan atau bahkan masalah sedikit pun yang menghambat. Kini Rey dan Camelia resmi menjadi pasangan suami istri setelah kedua cincin melingkar dijari mereka, semua orang memberikan tepuk tangan yang meriah. Bahkan satu persatu dari mereka pun memberikan ucapan selamat. Camelia tersenyum sepanjang acara, bahkan rasanya sakit sekali karena itu adalah sebuah senyuman palsu. Sementara Rey sibuk mengobrol dengan para tamu undangan yang tak lain adalah temannya sendiri, meninggalkan Camelia disana bersama Kania dan juga Johnny.
Gadis itu menahan air mata yang mencoba untuk keluar dari kelopak matanya, bisa-bisanya wanita paruh baya itu terus tertawa dan mengucapkan selamat atas pernikahan putri bungsunya. Padahal Kania tahu betul jika dia sendiri yang sudah menjebak Camelia hingga harus menderita seperti ini.
"Camelia, kau harus pintar membuat lelaki itu puas lalu ambil hartanya selagi kau bisa." bisik Kania kepada putrinya itu.
Camelia tidak menjawab apapun dan terus diam dengan wajah sedihnya, sementara dari kejauhan Rey terus memperhatikan mereka. Tahu-tahu jika mereka sedang merencanakan sesuatu yang buruk untuk kehidupannya. Lelaki itu berjalan menghampiri Camelia disana kemudian menepuk punggungnya cukup keras hingga membuat gadis itu kaget.
"Apa yang sedang kalian bicarakan? jangan macam-macam denganku! apalagi sampai merusak pesta ini. Karena jika sampai hal itu terjadi, kalian akan merasakan akibatnya sendiri okay?!" bisik Rey dengan raut wajah yang mengerikan.
Kania menelan ludahnya kasar, lelaki ini tidak ada bosannya untuk mengancam. Dia pun dengan terpaksa pergi dan meninggalkan Camelia disana bersama suaminya, mungkin untuk saat ini dia belum bisa menyusun rencana dengan baik. Namun suatu saat nanti Kania berjanji pada dirinya sendiri akan merusak semua yang lelaki itu miliki sekarang, lalu merebutnya tanpa sisa.
"Apa yang mereka katakan padamu hm?" tanya Rey dengan raut wajah yang penuh rasa penasaran.
Camelia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, mereka hanya mengucapkan selamat kepadaku." jawab gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Rey memberikan selembaran sapu tangan yang dia simpan di dalam saku kemudian memberikannya kepada gadis itu. Camelia menatap dengan heran, kepada Rey memperlakukan dia seperti ini? apakah sesuatu sedang terjadi sekarang sehingga dia kembali membuat hati Camelia goyah dengan perhatian kecil ini.
"Sudah berapa kali aku katakan padamu, jangan memasang wajah menyedihkan seperti itu dihari pernikahan kita! karena jika sampai ibuku melihatnya, kau sendiri yang akan tamat!" bentak Rey dengan mata yang melotot tajam.
Ternyata Camelia salah menduga jika Rey mengkhawatirkan jika istirnya sedang menangis sekarang, di hanya khawatir jika sampai sang ibu mengetahui rencana mereka berdua. Dan sekarang, semua terasa semakin menyedihkan! Rey, sang ibu dan juga semua yang ada dihadapan Camelia semakin hancur.