Malam itu cuaca terlihat buruk sekali, hujan deras disertai dengan petir yang bergemuruh dengan sangat menakutkan. Bahkan lampu pun mengalami pemadaman secara keseluruhan karena disebuah tempat arus listrik terganggu karena gangguan cuaca yang buruk.
Seorang lelaki berkemeja putih polos tengah duduk disamping jendela besar itu, memandang derasnya air hujan yang turun membasahi langit malam. Padahal hari ini dia memiliki sebuah janji dengan kekasihnya, mereka berencana untuk pergi ke bioskop lalu makan malam bersama di restoran favoritnya. Namun karena cuaca yang buruk janji itu harus batal dan membuat Rey sedih, bahkan beberapa kali dia mengirim chat atau pun telpon Mina tidak menjawabnya. Mungkin gadis itu sedang marah atau takut memegang ponsel karena petir, namun tetap saja membuat Rey sangat khawatir. Dia sempat berfikir apakah harus Rey menyusul Mina kerumahnya? sedangkan jalanan pasti kabur karena hujan yang deras.
"Aku tidak bisa bernafas lega jika Mina belum memberikan kabar kepadaku, tidak ada pilihan lain kecuali menyusul wanita itu kerumahnya."
Rey mengambil kunci mobil yang sebelumnya dia letakan di atas meja kemudian bersiap untuk pergi, beberapa pelayan dan juga supir melarang lelaki itu untuk keluar rumah. Namun Rey adalah Rey, lelaki ini tidak akan pernah mendengarkan ucapan siapapun termasuk para bawahannya yang tidak penting itu. Dia tetap nekad pergi di tengah hujan lebat yang sangat membahayakan siapapun yang akan keluar menerobosnya.
Tot tot tottt !
Suara kelakson mobil truk terus menghiasi telinga lelaki ini karena menghalangi jalan si pemilik, Rey tidak bisa berkendara dengan baik karena pandangannya yang terbatas. Namun demi sebuah perasaan cintanya kepada Mina, dia rela melakukan semua ini.
Rey terus menelpon kekasihnya itu, namun tetap saja tidak ada jawaban dari semua panggilan dan pesan yang dia kirimkan. Rey semakin gelisah lalu dengan nekad mempercepat laju mobilnya, sampai tak selang satu jam dia sampai dirumah Mina. Saat itu hujan masih turun sangat lebat, namun sebuah mobil sport terparkir dengan rapi dan Rey bisa melihat itu dengan jelas. Entah mengapa mobil mewah itu terasa begitu tak asing dipikirannya, jadi tanpa basa-basi lelaki ini langsung menerobos masuk.
Pintu rumah Mina tidak terkunci, dia berfikir mungkin saja jika kekasihnya itu sedang mandi atau mungkin masak di dapur. Namun setelah dia telusuri Mina tidak ada disana, Rey pun beranjak dari dapur kemudian berjalan menuju kamar utama. Sebuah suara cekikikan orang didalam sana membuat jantung lelaki ini berdebar, itu adalah suara Mina. Namun siapa lagi suara yang ada di dalam sana?!
Perlahan kedua mata elang itu menatap dengan tajam dari balik pintu yang terbuka, Rey melihat sang kekasih tengah asik bercumbu mesra dengan seorang lelaki berkulit coklat dengan tubuh kekar yang penuh peluh. Mereka terlihat begitu menikmati suasana itu hingga membuat lengan lelaki ini mengepal hebat.
"Brengsek!" gumam lelaki itu kesal.
Hati Rey benar-benar sangat kesal dan perih bagaikan sebuah luka yang tersiram air garam, dia tidak menyangka jika Mina tega berbuat seperti ini kepada dirinya. Kesalahan apa yang sudah Rey perbuat? sehingga sang kekasih berselingkuh dibelakangnya. Selama ini dia sudah sangat baik dan memberikan apapun yang Mina inginkan, namun kenapa gadis itu membalasnya dengan sebuah pengkhianatan?!
Brakkk !
Tanpa berfikir panjang lagi, Rey langsung masuk dan menarik tubuh lelaki yang sedang asik menggauli kekasihnya itu. Emosi Rey tidak bisa terkontrol dan langsung refleks memukul wajah Beni hingga tersungkur ke lantai, Mina sangat syok dan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memegangi diam dengan tubuh yang bergetar. Kedua orang yang sudah tertangkap basah sedang berselingkuh ini hanya saling menatap, kira-kira apa yang bisa Mina katakan sekarang? karena semua sudah sangat jelas di depan mata.
Rey menatap keadaan sekitar kamar itu, dia melihat begitu banyak bunga mawar yang berserakan dibawah lantai juga tempat tidur. Lelaki ini tersenyum kecil, sepertinya Mina dan kekasih barunya itu sedang melaksanakan sebuah pesta kecil.
"Rey, aku bisa jelaskan semuanya. Tolong jangan sakiti Beni seperti itu lagi, aku mohon!" pinta Mina dengan wajah yang memelas.
Rey tersenyum kecil, sepertinya gadis itu lebih memilih Beni dari pada dirinya. Betapa bodohnya Rey karena sudah jauh-jauh pergi hanya demi mendapatkan sebuah kabar dari Mina, padahal dia lebih mementingkan Beni dari pada dirinya. Sempat tersirat apa yang sudah Rey perbuat? sehingga Mina tega melakukan semua ini kepadanya.
"Ternyata kau lebih mencintai dia dari pada diriku Mina? baiklah kalau begitu."
Kedua mata lelaki itu menatap barang-barang sekitar, dia mencari sesuatu yang mungkin bisa dia gunakan untuk melampiaskan emosinya kepada dua orang ini. Tak ada sesuatu yang bisa dia gunakan, kecuali tangkai bekas bunga mawar yang dia lihat dipojok ruanhan. Lelaki itu pun menyeringai dan berjalan perlahan ke arah benda itu tersimpan, Rey menatap tajam ke arah Beni dan dengan pikiran kalutnya berusaha menyingkirkan lelaki yang sudah menghancurkan kehidupan percintaannya.
"Kenapa? kau marah padaku Rey? kemarilah kita selesaikan dengan cara yang sedikit menyenangkan. Ah tunggu, apa kau tidak akan merasa perasaan yang sia-sia karena tindakan berlebihanmu ini? karena seperti yang kau tahu jika Mina lebih mencintai diriku daripada dirimu." ucap Beni dengan nada yang sangat menyebalkan.
Rey tidak pernah memperdulikan semua ucapan itu dan terus berjalan dengan beberapa tangkai batang bunga mawar yang besar dan penuh dengan duri itu. Dia menggenggamnya erat, dengan harapan bisa menancap dengan sempurna di dada lelaki brengsek itu.
"Matilah kau brengsek!"
Melihat jika Rey berusaha untuk menyakiti Beni, Mina tidak akan membiarkan itu semua. Dengan sisa keberanian yang dia miliki, gadis itu berlari dan menahan tubuh Beni dengan tubuhnya sendiri. Batang-batang bunga mawar yang Rey genggam begitu erat menancap sempurna di dada kekasihnya itu. Darah bercucuran dan bahkan sampai menyembur sedikit ke wajah lelaki itu, Beni yang tidak ingin tersalahkan dalam kejadian ini langsung berlari secepat kilat meninggalkan mereka berdua.
Mina terjatuh ke lantai dengan rasa sakit yang mulai menjalar memenuhi seluruh tubuhnya, dia bahkan terus meneteskan air mata di detik-detik ajalnya yang hampir tiba. Rey menatap dengan tangan yang gemetar, dia syok bukan main karena sudah membunuh orang yang salah. Perlahan kaki itu mundur dengan tatapan yang kosong, dia bingung harus berbuat apa sekarang karena perbuatan cerobohnya. Sedangkan Mina terus mengulurkan tangannya dengan bibir yang mencoba mengatakan sesuatu, namun Rey tidak memperdulikannya dan terus menatap kedua tangannya yang berlumuran darah si kekasih.
"Rey.. tolong maafkan aku..."