Rey, dia pergi dari rumah Mina sembari membawa tangkai bunga mawar yang dia gunakan untuk menusuk kekasihnya itu. Tangan lelaki itu gemetar bukan main, bahkan hampir menabrak beberapa pengendara yang melintas. Hujan memang masih turun sekarang, walau pun tidak begitu deras. Dengan kondisi seperti ini, tidak mungkin Rey pulang kerumah. Karena sang ibu dan juga kakaknya akan merasa khawatir, dengan sisa keberanian yang dia miliki. Lelaki ini pergi ke suatu tempat yang tidak akan pernah diketahui oleh siapa pun termasuk keluarganya sendiri. Mungkin Rey akan menenangkan diri sejenak, dan memikirkan bagaimana rencana dia ke depan dalam menghadapi masalah yang sangat serius ini.
Dalam hitungan menit lelaki itu akhirnya sampai disebuah rumah mewah yang terlihat tidak begitu terawat, tempat ini sebenarnya Rey beli dan persiapkan untuk hadiah Mina ketika hubungan mereka semakin bertambah lama. Namun karena kejadian buruk malam ini dia tidak mungkin melanjutkan kembali rencananya.
"Aku tidak membunuhnya, itu hanya sebuah kecelakaan iya benar begitu..."
Rey berlari ke taman belakang rumahnya, kemudian dia menggali tanah yang cukup gembur itu dengan jari-jarinya sendiri. Setelah dirasa cukup, lelaki ini mengubur tangkai bunga mawar yang masih berlumuran darah itu. Dengan cepat dia kembali berlarian ke dalam lalu melepas semua pakaian yang dikenakannya, lalu menyalakan air di kamar mandi. Dengan perasaan yang masih begitu takut, Rey membasuh seluruh tubuhnya. Berharap semua pikiran buruk itu hilang dari pikirannya, entah sampai kapan dia bisa menyembunyikan semua rahasia ini. Termasuk Beni yang saat itu dengan jelas melihat semua kejadian ketika Rey menusuk kekasihnya, yang jelas ini akan menjadi sebuah ketakutan tersendiri yang akan menghantui dirinya seumur hidup.
Hari berganti dengan cepat, minggu demi minggu pun sudah berlalu hingga melewati beberapa bulan dalam setahun. Kejadian itu masih terus menghantui pikiran Rey, bahkan di dalam mimpinya. Mina datang dan menyalahkan semua kematiannya kepada sang kekasih, bahkan dia menusukan puluhan tangkai mawar yang sebelumnya Rey perbuat kepada kekasihnya itu.
Hidup lelaki ini benar-benar kacau sekarang, bahkan untuk tidur nyenyak saja Rey tidak bisa. Karangan bunga yang dipenuhi darah selalu saja terlintas di dalam pikirannya, entah itu tentang perselingkuhan Mina atau pun kematiannya. Yang jelas membuat mental lelaki ini sedikit terganggu sekarang, bahkan Rey pernah menampar salah seorang tukang kebun hanya karena dia menanam bunga dihalaman belakang rumahnya.
Dia sangat takut, muak, kesal dan mungkin tidak bisa mengekspresikan emosinya ketika melihat benda yang menurut Rey sangat mengerikan. Dan seumur hidupnya, dia tidak ingin lagi melihat bunga atau hal apapun yang berhubungan dengan itu.
Tidak ada yang tahu pasti tentang kejadian ini, bahkan Rey sendiri meminta berpisah dengan sang ibu dan menempati rumah yang sempat dia beli saat itu. Mengindari sebuah masalah yang mungkin akan timbul jika orang lain curiga dan tahu tentang apa yang terjadi dengan dirinya
Terkadang menyembunyikan kelemahan adalah hal yang terbaik, dari pada harus menerima semua kenyataan pahit yang nantinya akan dijadikan permainan atau pun ejekan untuk dirinya. Sekarang, lelaki polos yang begitu manis itu kini tumbuh menjadi seorang yang arogan dan juga penuh dengan sisi kegelapan.
Rey seorang yang berhati dingin, kejam dan juga tidak akan membiarkan siapapun mengusiknya walau hanya sedikit.
Flashback off
"Sialan.. kenapa wanita itu terus saja muncul. Aku benci Mina! tapi aku juga sangat merindukan dirinya saat ini."
Rey memukul kepalanya sendiri berkali-kali, bahkan sampai berteriak kencang dan membuat area sekitar rumah bergema. Camelia yang mendengar semua itu merasa sangat kebingungan dan khawatir juga dengan keadaan Rey disana, apalagi setelah lelaki itu memakinya hanya karena sebuah bunga. Entah apa yang terjadi Camelia tidak pernah paham.
"Apa dia baik-baik saja? rasanya aku menyesal meletakan bunga mawar ini di atas meja makan. Mungkin Rey memilih alergi atau bahkan fobia? ah.. apa yang harus aku lakukan sekarang," gumam gadis ini panik.
Camelia pergi ke dapur dan mencari teh yang menurut para pelayan sangat sering diminum oleh Rey, mungkin itu bisa sedikit meredakan amarahnya. Agar dia tidak menjadi sasaran empuk lagi jika lelaki itu tengah kesal atau pun murka pada sesuatu hal.
Beberapa menit berlalu, lelaki itu keluar dari kamarnya. Dia menatap sebuah nampan yang di atasnya ada teh serta sepucuk surat pendek yang di tuliskan Camelia.
'Minumlah ketika masih hangat, maaf karena sudah membuatmu marah. Aku tidak tahu jika kau sangat membenci bunga.'
Sepucuk surat itu Rey lempar ke lantai, kemudian dia meneguk teh yang dibuatkan oleh istirnya. Cukup enak dan membantu menghilangkan badmood yang melanda perasaan lelaki ini. Namun tetap saja, gadis itu harus mendapatkan pelajaran atas kesalahan yang sudah dia perbuat hingga membuat Rey merasakan kesakitan itu lagi.