"Heh bangun!"
Suara teriakan Rey membuat gadis cantik ini terbangun dari tidurnya, semalaman kemarin Camelia tidak bisa istirahat dengan nyenyak karena mimpi buruk yang terus mengganggunya. Dan sekarang ketika dia baru saja menutup mata lalu masuk ke alam mimpi, suara teriakan Rey membuatnya kaget setengah mati. Jantung Camelia bahkan sampai berdetak kencang, namun lelaki itu tidak memperdulikannya.
"Ada apa Rey? aku ngantuk sekali." ucap Camelia dengan wajah yang melas.
Rey menarik lengan gadis itu dari atas sofa lalu menyeretnya ke dalam kamar pengantin mereka, mata Camelia terus menatap keadaan sekitar. Kenapa lelaki ini mengajak dia kemari? bukankah Rey sudah mengatakan dengan jelas jika mereka tidak akan pernah tidur bersama selamanya. Namun kenapa tiba-tiba berbuat seperti ini?
"Kau harus tidur dikamar ini." ucap lelaki itu sembari membuka jas yang dia kenakan.
Camelia memalingkan wajahnya, dia tidak ingin melihat lagi tubuh kekar Rey yang sangat meresahkan itu. Dan tanpa banyak bicara gadis ini pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Pesta yang sangat meriah itu sudah berakhir, bahkan para tamu dan sanak keluarga pun pulang kerumah mereka masing-masing. Kini hanya tinggal Rey dan juga Camelia yang berada di dalam rumah mewah dan megah ini berdua saja, bahkan para pelayan dibiarkan pulang untuk sementara waktu karena perintah dari Yuna. Dia ingin menciptakan suasana romantis untuk putra bungsunya itu yang baru saja menikah, agar tidak mengganggu ketika dia berbulan madu bersama sang istri. Namun pada kenyataan yang sebenarnya terjadi Rey tidak menginginkan situasi seperti ini, dia begitu membenci Camelia dengan segenap jiwa raga. Walau pun mungkin ada sedikit hasrat untuk menyentuh atau bahkan menjadikannya sebagai mainan semata, tetap saja perlakuan ibu nya itu yang membuat lelaki ini begitu muak.
Waktu menunjukan pukul 22.00
Rey masih terbangun dengan mata yang segar dan bugar, seharian sibuk menyambut para tamu undangan tidak membuat lelaki ini lelah melainkan terjaga hingga sekarang. Dia memandangi jarum jam di dinding kamar yang terus berputar mengelilingi angka-angka itu, mencoba memikirkan hal yang mungkin saja bisa membuatnya mengantuk namun tetap tidak bisa. Sementara itu dilain sisi Camelia sudah tertidur lelap, bahkan walau hanya beralaskan selimut tipis yang Rey berikan untuk menemaninya tidur di lantai yang dingin itu. Tanpa bantal atau pun guling yang mengganjal kepalanya, niat hati ingin menyiksa sang istri malah dia sendiri yang tidak bisa tidur.
"Ah menyebalkan! apa yang harus aku lakukan sekarang?!" ucap lelaki itu dengan wajah yang sangat kesal.
Ini adalah malam pertama yang seharusnya mereka nikmati bukan? namun kenapa terasa begitu hampa. Sang istri yang tertidur lelap di lantai dengan suami yang duduk di samping jendela sembari menikmati sebatang rokok yang ada ditangannya. Rey tidak ingin terjaga semalaman sementara Camelia tidur lelap seperti itu, sampai akhirnya dia memutuskan untuk membangunkan gadis itu dengan bungkus rokok hingga mengenai kepalanya. Camelia terkejut bahkan sampai langsung terbangun, dia baru saja bermimpi indah namun dikejutkan dengan lemparan yang mengenai wajahnya.
"Ada apa?" tanya gadis itu dengan wajah penuh perasaan bingung.
Rey berdecik kesal. "Heh kau enak-enakan tidur itu?! menyebalkan sekali. Harusnya kau yang tidak bisa tidur sekarang bukan aku, jika saja ibu tidak memintaku untuk sekamar dengan gadis kotor sepertimu aku tidak akan pernah mau. Apa gunanya kau disini hah? melayani diriku saja kau tidak mampu!"
Camelia memegangi dadanya sendiri, dia paham maksud dari ucapan lelaki itu. Padahal mereka sudah resmi menjadi suami istri bukan? namun apakah Camelia rela jika tubuhnya disentuh oleh Rey? sementara perasaan benci itu kian bergejolak setiap kali menatap kedua matanya.
Dengan tatapan yang penuh keraguan Camelia berdiri dari tempatnya tidur sekarang, dia berjalan ke arah Rey dengan sedikit perasaan takut.
"Kau ingin meminta hak mu sebagai seorang suami?" tanya gadis itu dengan polosnya.
Lelaki itu tersenyum tipis. "Jangan bercanda! kau tidak masuk ke dalam kriteria wanita yang ingin aku tiduri. Aku berkata seperti tadi agar kau berfikir jika tidur ketika orang lain sedang kesulitan untuk istirahat adalah sebuah penghinaan, dan aku tidak suka kau melakukan hal seperti itu. Kau paham?"
Camelia hanya mengangguk lalu berdiri disana sembari memandangi Rey yang sedang merokok, padahal seluruh tubuhnya begitu lelah bahkan tidak sanggup lagi untuk menahan perasaan ngantuk. Tetapi lelaki yang kini menjadi suaminya itu malah meminta hal yang macam-macam, dia meminta Camelia untuk bolak-balik ke dapur mengambilkan sesuatu yang sama sekali tidak lelaki itu sentuh. Seperti minuman, cemilan atau bahkan makanan yang harus Camelia persiapkan terlebih dahulu. Mungkin Rey hanya ingin membuat gadis itu kesal, atau bahkan muak dengan perlakuan suaminya. Karena hanya dengan begitu dia akan merasa bahagia.
Waktu terus bergulir, bahkan hampir memasuki subuh. Mata lelaki itu sudah mulai mengantuk sekarang, sampai akhirnya Rey pun tertidur dengan ponsel yang masih menyala. Camelia masih berdiri disana seperti yang diperintahkan Rey, namun karena merasa aman dan lelaki itu tidak akan bangun. Dia pun mengambil kesempatan untuk ikut beristirahat, dengan kondisi tempat tidur yang tidak nyaman gadis itu merentangkan tubuhnya di atas selimut tipis yang sudah mulai menyerap udara dingin sekitar. Mungkin ini terlihat begitu kejam, namun setidaknya lebih baik dari pada Camelia harus tidur diluar rumah. Ingin sekali malam ini cepat berakhir, agar dia bisa kembali beristirahat dengan nyaman dikamar yang sebelumnya dia tempati.
Malam pertama yang harusnya terasa begitu indah, kini malah menjadi kenangan tidak menyenangkan yang akan Camelia ingat seumur hidupnya. Disaat dia baru saja merasakan apa itu pernikahan? hanya bisa dikenang sebagai sebuah permainan konyol yang membuatnya semakin membenci Rey.