Tiba di RS. Kartika Asih, Anna segera memanggil perawat yang sedang lewat di hadapannya bersama dua perawat lainnya.
"Sus!" panggil Anna kepada perawat-perawat tersebut.
Salah satu perawat menoleh kepadanya ketika mereka hendak masuk ke dalam lobby rumah sakit. Perawat yang dipanggil tadi bergegas mendekati Anna yang tampak panik dan cemas.
"Iya, Bu. Ada apa?" tanya perawat.
"Sus, cepat tolong teman saya. Dia pingsan."
"Teman ibu di mana?"
"Di dalam mobil, Sus."
Anna lalu mengajak perawat tersebut menghampiri sedan putihnya yang sengaja diparkir dekat lobby. Di dalam mobil Lena masih belum sadar juga, hal itu menyebabkan Anna semakin khawatir pada sahabatnya.
"Sus, teman saya ini sudah pingsan dari setengah jam yang lalu."
"Tunggu sebentar ya, Bu."
"Cepat, Sus."
Perawat itu lalu kembali pada rekan-rekannya dan tampak berbicara sesuatu kepada mereka, sementara Anna menunggu dengan cemas.
Beberapa saat kemudian dua orang perawat keluar menghampiri Anna dengan membawa brankar bersama mereka. Saat Anna dan kedua perawat hendak membopong tubuh Lena tiba-tiba Andi keluar dari mobil Rika yang berhenti tepat di belakang mobil Anna lalu secepat kilat dia langsung membopong Lena masuk ke dalam rumah sakit.
Anna tertegun sejenak melihat Andi yang sangat peduli pada Lena, rasa cemburu pun kembali muncul di hati Anna.
"Ehm, Sus. Maaf brankarnya tidak jadi," ujar Anna yang merasa tidak enak kepada perawat-perawat tersebut.
"Tidak apa-apa, Bu," balas salah satu perawat.
"Ruang IGDnya di mana, ya?" tanya Anna.
"Ruang IGD ada di sebelah kiri, Bu. Ibu masuk ke lobby dulu lalu belok ke kiri, di situ ruang IGDnya," jawab perawat itu ramah.
"Terimakasih, Sus."
"Sama-sama, Bu."
Setelah bertanya pada perawat, Anna segera mendekati Rika yang masih duduk di dalam MPVnya. Rika kelihatan bingung, cemas dan takut.
"Ka, elo kok masih di sini? Gak ikut masuk ke dalem?" tanya Anna heran.
"Enggak, An. Badan gua lemes, gua mau markirin mobil dulu ya."
"Lho, kenapa? Bisa gak markirin mobilnya? Kalo gak kuat gua aja yang parkirin." Anna menawarkan diri membantu Rika.
"Hmm ... kayaknya gak kuat, deh. Lemes banget, nih," jawab Rika lirih.
"Mau sekalian diperiksa, gak? Mukanya pucet gitu," balas Anna.
"Gak, gua gak kenapa-kenapa kok. By the way gua masuk dulu, ya. Tolong parkirin mobil gua, An," pinta Rika pelan.
"Beres ... lo tunggu di dalem aja tar gua susul. Mau dianter ke dalem?" tanya Anna lembut.
"Gak usah, gua bisa sendiri. Maaf ya ngerepotin," sahut Rika.
"Iya, Ka. Udah, gua mau markirin mobil lo dulu terus markirin mobil gua."
Rika pun kemudian berbalik meninggalkan Anna di depan lobby, dengan perlahan-lahan ia masuk ke dalam lobby lalu duduk di kursi tunggu di dekat meja bagian informasi.
Sekitar lima belas menit kemudian, Anna muncul di hadapan Rika yang sedang sms-an.
"Ka, kita ke ruang IGD sekarang ya. Gua mau ngeliat Lena, dia udah sadar atau belum," pungkas Anna tiba-tiba.
"Sebentar, gua lagi sms-an sama Evan dulu," sahut Rika.
"Ngapain lo nge-sms dia? Jangan-jangan Lena tadi pingsan gara-gara dia lagi." Anna curiga kalau Evan yang sudah menyebabkan Lena sakit hingga pingsan waktu di kantor tadi.
"Lo jangan nuduh dia dulu, lo kan gak tau yang sebenernya," sanggah Rika.
"Gimana gak nuduh, waktu itu Lena sakit juga gara-gara Evan kan?!!" tanya Anna geram.
"Sabar, An. Jangan marah-marah di sini, katanya mau ngeliat Lena."
"Ya udah, gua ke IGD dulu. Ntar abis sms-an lo nyusul, ya," sahut Anna.
"Iya."
Anna tidak habis pikir kenapa Rika malah menghubungi Evan di saat Lena sedang sakit, lagipula apa hubungan antara Evan dan Rika?
Anna sangat yakin jika menurunnya kesehatan Lena akhir-akhir ini pasti disebabkan oleh laki-laki itu. Perasaan Anna sekarang begitu kacau dan tidak karuan.
Di satu sisi dia kasihan pada Lena namun di sisi lain ia juga marah karena Lena begitu lemah. Anna ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi di antara Lena, Evan serta Rika.
Dengan gontai, Anna berjalan menuju IGD tempat Lena dirawat sementara. Ketika masuk ke sana, ternyata Lena sudah sadar tetapi wajahnya begitu pucat dan lesu.
Anna tanpa sengaja melihat Andi sedang berdiri terpaku sambil memandangi wajah Lena, tatapannya sangat dalam dan penuh arti. Anna bisa merasakan sesuatu dari tatapan itu, dia memang sangat peka.
"Hmm ... Len, gua ganggu gak?" tanya Anna ragu.
"An ... masuk aja, gak ganggu kok," jawab Lena lirih.
Anna pun berjalan mendekati Lena yang terbaring lemas lalu berdiri di samping Andi.
"Gimana kondisi lo? Dokter bilang apa tadi?" Anna bertanya.
"Kata dokter sih gak kenapa-kenapa, tapi hari ini Lena harus medical check-up soalnya belakangan dia sering pusing dan lemes," terang Andi.
"Len, apa ini semua ada hubungannya sama Evan?" Anna tiba-tiba menyebut nama Evan di depan Lena.
Hati Lena sakit mendengar nama itu disebut-sebut Anna, dia tidak dapat mengendalikan perasaannya.
"Aduh, dada gua sesek ...." Lena kesulitan bernapas.
"Lo kenapa lagi?!" Anna menjadi sangat panik.
"An, cepet panggil dokter!" seru Andi.
"Y--ya bentar, lo jagain dia, ya."
Anna segera keluar dari IGD mencari dokter, dia tidak bisa berpikir jernih saat itu. Bingung, panik, waswas menyatu di hati dan pikirannya.
"Dokter di mana dokter?!!" teriak Anna.
"Ada apa, An? Lena kenapa lagi?!" tanya Rika yang sedang menuju ruang IGD.
"Dokter, Ka! Panggilin!"
Dengan tergesa-gesa Rika memanggil perawat yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Sus, tolong panggilkan dokter!" seru Rika.
"Baik, saya panggilkan dokternya dulu," sahut perawat.
"Ke ruang IGD, Sus!" teriak Rika.
Perawat tersebut berbalik meninggalkan mereka di depan IGD dan bergegas memanggil dokter ke ruangannya yang berada di lorong sebelah kanan rumah sakit.
Sekarang hanya tinggal Anna dan Rika yang berada di luar IGD, Anna menangis tersedu-sedu sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
"An, Lena kenapa lagi?!"
"D--dia tadi ... sesek napas, Ka." Tangisan Anna semakin kencang.
"Lo udah sempet masuk ke dalem?" tanya Rika.
"Udah, gua juga udah ngobrol sedikit sama dia. Cuma ... cuma waktu gua nyebut soal Evan ke dia, dia langsung ngerasa sesek gitu," jawab Anna merasa bersalah.
"Kasian dia, gara-gara Evan nyatain perasaan sama dia kemaren sekarang malah jadi begini. Nyesel gua udah ngajakkin mereka ke Lembang." Rika akhirnya berterus terang kepada Anna.
"Maksudnya si Evan suka sama Lena?" Anna tidak percaya dengan ucapan Rika barusan.
"Iya ... dia suka sama Lena. Bukan cuma suka tapi juga cinta dan gua baru tau kalo Evan ada rencana mau ngejadiin Lena tunangannya," terang Rika.
"Oya?! Cepet banget kayaknya. Mereka kan baru kenal seminggu yang lalu?" tanya Anna kaget.
"Ya gitulah, namanya juga cinta ... cinta kan buta," jawab Rika.
Sesaat setelah mereka mengobrol, dokter dan perawat muncul dengan tergopoh-gopoh lalu masuk ke dalam IGD.
"Ka, gua masuk dulu ya. Gua takut Lena pingsan lagi."
"Jangan, An. Di dalem kan ada Andi, kita tunggu di luar aja."
"Tapi gua khawatir sama dia, gua pengen tau keadaan Lena." Anna memohon.
"Gua juga khawatir tapi udah ada dokter sama suster di sana," tandas Rika.
Anna terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengetahui keadaan Lena karena Rika melarang dia masuk ke IGD. Sesaat kemudian, Evan muncul di hadapan mereka dengan wajah penuh tanya.
"Rika? Gimana Lena? Dia--"
"Tenang, Van. Dia lagi diperiksa sama dokter, nanti lo temuin dia di dalem, ya."
"Ka, itu siapa?" timpal Anna.
"Dia Evan, temennya Lena."
"Oh ... jadi anda orangnya, ya?!" Anna langsung bertanya pada Evan tanpa berkenalan atau berbasa-basi terlebih dahulu.
"Ka ... ini ada apa sebenernya?" tanya Evan pada Rika, dia bingung karena Anna terlihat marah kepadanya.
"Sabar, sabar." Rika menengahi.
"Anda yang sudah membuat Lena sakit?! Anda harus minta maaf padanya sekarang juga!" teriak Anna.
"Lho, memang Lena sakit apa? Kenapa anda berbicara seperti itu?!" balas Evan emosi.
"Sesudah mengenal dan dekat dengan anda, Lena jadi sering sakit. Termasuk hari ini, dia pingsan di kantor tadi siang!" Anna menatap tajam pada Evan.
Evan terdiam seketika tidak mampu berkata-kata, dia merasa disudutkan oleh ucapan Anna barusan.
"Tadi pagi Lena nangis sama gua, terus tau-tau pingsan," terang Rika tiba-tiba.
"Aku bener-bener gak ngerti sama dia," Evan mengeluh, dia sangat bingung saat itu.
"Aku kan udah jelasin ke kamu pas sms-an tadi, kalian itu sama-sama salah paham," balas Rika.
"Tapi kalo Lena gak pernah kenal cowok ini, dia gak akan sakit-sakitan! Lo tau tadi dadanya sesek pas gua nyebut nama Evan di depan Lena?!" bentak Anna pada Rika, Anna juga ingin Evan tahu bagaimana kondisi Lena yang sebenarnya.
Evan sangat terkejut mendengarnya, dia tidak menyangka bahwa selain pingsan dada Lena juga sesak. Evan tidak habis pikir apa kesalahannya sehingga kondisi Lena jadi menurun?
"An, lo bisa diem gak? Jangan ikut campur urusan Evan sama Lena, bisa?!"
"Kenapa lo malah belain dia?! Gua gak mau Lena disakitin lagi sama cowok!"
"Lo gak tau masalah yang sebenernya! Gua minta Evan ke sini buat ngelurusin kesalahpahaman di antara mereka. Lo jangan kebawa emosi gitu, dong," gerutu Rika.
"Aku mau nemuin dia sekarang juga!" Evan memaksa, dia tidak mau mendengar perdebatan Rika dan Anna lagi.
"Jangan, Van. Tunggu dulu sebentar, nanti kalo Lena udah selesai diperiksa baru kita masuk ke dalem." Rika berusaha menenangkan Evan.
"Oke, gua tunggu," sahut Evan menahan kekesalannya pada Anna.
Di dalam IGD dokter masih memeriksa keadaan Lena, Andi semakin mengkhawatirkan dia dan ingin segera menyatakan perasaannya kepada Lena.
Sementara di luar, Evan juga tidak kalah cemas dari Andi meski ia sendiri masih menyimpan kekecewaan terhadap Lena.
Evan memutuskan untuk memaafkan Lena setelah bertemu dengannya nanti, sesuai permintaan Rika tadi di sms. Semoga kali ini masalah mereka bisa diselesaikan dengan baik agar tidak ada kesalahpahaman lagi di antara dia dan Lena.
☜☆☞