Chereads / Esostrefis Gynaíka / Chapter 13 - Rencana

Chapter 13 - Rencana

Selesai makan malam, kedua perempuan tersebut melanjutkan kembali percakapan di antara mereka.

"Ka, waktu itu lo pernah ngomong ke gua kalo lo ngedukung hubungan gua sama Evan, tapi kenapa lo tadi bilang supaya gua jangan buru-buru dan mesti jaga perasaan ke dia?"

"Emang sih gua dukung hubungan lo sama dia, tapi gak harus buru-buru juga, kan? Kalian baru ketemu dua kali dan Evan bilang lagi pendekatan, rasanya gak mungkin deh." Rika mengungkapkan keheranannya.

"Gua juga gak ngerti kenapa mendadak ada rasa ke dia, gua gak mau kalau Evan cuma jadi tempat pelarian dari Rendy," balas Lena.

"Itu dia, Len. Coba pikir-pikir lagi, sebenernya lo emang suka, cinta atau apa? Gimana kalau minggu depan nanti lo ajak dia ketemuan lagi?"

"Maksudnya gua ngajak dia ketemu duluan?" tanya Lena.

"Iya, kebetulan rabu gua sama Albert jadi ke Lembang. Lo sama Evan ikut, ya?" pinta Rika.

"Rabu ya ke Lembangnya? Lo pergi sama Albert yang mana?" tanya Lena bingung.

"Albert itu … yang pernah gua ceritain sama lo dulu. Temennya adik gua, dia lagi pendekatan juga, makanya ngajak nge-date ke Lembang," jelas Rika.

"Ohh yang itu. Ya, ya gua tau, coba deh besok gua tanya dulu ke Evan. Dia mau apa gak diajak ke sana," balas Lena.

"Nanti kalau memang gua sama Albert jadi ke Lembang, gua kabarin lagi dua hari sebelumnya. Rencananya kita perginya Rabu, itu hari libur," pungkas Rika.

"Sekalian kenalin ke gua, ya

Penasaran dia itu kayak gimana orangnya," lanjut Rika.

"Bereess, tar gua kenalin. By the way udah malem, nih. Kita pulang sekarang, ya," ajak Lena.

"Iya, Len."

Mereka pun beranjak dari tempat duduknya lalu menuju kasir, membayar makanan serta minuman yang dipesan tadi kemudian Rika mengantar Lena pulang ke rumahnya.

"Ka, makasih udah nganterin gua balik. Gua masuk dulu ya, bye," ucap Lena setelah sampai di depan rumahnya.

"Your welcome, bye." Rika melambaikan tangannya pada Lena.

*****

Selasa Pagi di Scarlett ....

Setelah Lena bertemu dan mencurahkan isi hatinya pada Rika, pagi ini ia merasa lebih lega dan tenang. Lena benar-benar menghabiskan waktu seharian bersama Rika di Orchid Plaza dua hari yang lalu.

Pagi ini wajahnya begitu fresh dan tampak lebih semangat dibanding sabtu kemarin. Lena sengaja berangkat kerja dengan Rika karena sahabatnya masih mencemaskan Lena.

Pukul 7.50 wib, Rika dan Lena pun tiba di tempat mereka bekerja. Rupanya semua staff juga karyawan lain sudah datang terlebih dahulu.

Kedua orang itu bergegas masuk ke lobby kantor, absen lalu masuk ke dalam ruangannya masing-masing.

Rika membawa beberapa buah komik yang dibelinya waktu di mall sabtu kemarin untuk dipinjamkan pada Lena dan untuk dibacanya sendiri saat jam istirahat nanti.

Sementara Lena mencoba menghubungi Evan lagi sekaligus ingin memastikan apakah Evan benar-benar akan ikut ke Lembang atau malah membatalkan rencana Rika dan Lena.

Pagi, Van. Kamu lagi apa? By the way suka baca cerita horor gak?

Hai ... gua baru nyampe kantor. Cerita horor? Gak suka. :(

Kamu suka baca buku apa? Kebetulan aku punya beberapa koleksi buku di rumah, ada novel, komik sama buku rohani.

Oya? Ada novel apa aja? Aku mau pinjem buat Stella, boleh?

Boleh, Van. Kamu pilih-pilih aja novel yang Stella suka, kamu juga boleh pinjem, kok.

Ya udah nanti sore aku ke rumah kamu, ya?

Iya, aku tunggu. By the way nanti besok jjadi kan ikut kita ke Lembang?

Jadi, kok. Kenapa? Kamu kangen sama aku?

Gak, aku cuma mau mastiin kamu jadi ikut atau enggak.

Ya jadilah, Len. 

Oke, sampe ketemu nanti sore, ya. Bye.

Bye. ^v^

Sehabis sms-an dengan Evan Lena segera memulai pekerjaannya yang tertunda minggu lalu meski sebagian pekerjaannya sudah dikerjakan oleh Anna waktu hari jumat kemarin.

Lena merasa jantungnya berdebar-debar  menunggu kedatangan Evan nanti sore di rumahnya. Bukan saja deg-degan tapi ia juga tidak sabar menanti sampai hari Rabu, oleh karena itu Lena mencari-cari alasan agar bisa bertemu dengan Evan lagi.i

Saat di tanya kangen atau tidak oleh Evan tadi, sebetulnya Lena senang sekali seakan mau terbang ke angkasa. Sepertinya tindakan mereka berdua terlalu buru-buru, tapi dalam hal ini Lena memang sudah terjebak dengan kata-kata manis Evan.

Lena berniat memperkenalkan Evan kepada orangtuanya ketika dia berkunjung nanti sore, mereka harus tahu siapa laki-laki yang sekarang ini sedang dekat dengan Lena.

Lena sudah jenuh dan muak akan pertanyaan-pertanyaan kapan mau menikah, mana pacar barunya, dan lain-lain. Kali ini dia memantapkan dirinya untuk berterus terang kepada papi maminya tentang Evan.

Lena senyum-senyum sendiri di mejanya tanpa menyadari kalau Fiona dan Susan sedang memperhatikan tingkah lakunya yang aneh, mereka juga saling berbisik satu sama lain.

Mata Lena memang tertuju pada komputer yang ada di hadapannya namun pikiran dia melayang-layang ke mana-mana.

Lena sedang membayangkan pertemuan antara papi maminya dengan Evan yang pasti akan disambut baik oleh mereka, khayalan itu sungguh nyata di kepala Lena.

Ponsel Lena tiba-tiba berbunyi sangat kencang, ia pun seketika tersadar dari lamunannya lalu cepat-cepat menjawab panggilan dari Ivana.

"Len, kamu lagi sibuk, gak?" tanya Ivana di telepon.

"Haloo, Kak. Aku gak sibuk, kok. Ada apa?

"Nanti sore kita mau makan di luar. Kamu mau ikut?" tanya Ivana lagi.

"Makan di luar? Tumben ... kamu ngajakin aku makan bareng," jawab Lena sedikit sinis.

"Mau ikut, gak? Aku sekalian mau--"

"Gak deh, aku gak ikut. Sorry, aku udah ada janji sama Evan," balas Lena.

"Ya sudah, kalau begitu acara makan-makannya dibatalkan saja," sahut Ivana.

"Terserah kamu, Kak. Pokoknya aku mau kencan sama dia."

"Kalian udah jadian?" Ivana penasaran.

"Belum jadian kok, baru pendekatan. Udah dulu ya teleponnya, aku sibuk." Lena malas berbicara terlalu lama dengan kakaknya di telepon.

"Oke, kalo gitu kita tetep makan di luar tanpa kamu, ya. Selamat kencan, Len." Suara Ivana terdengar gembira dan tulus.

"Ya, bye."

"Bye, my sister."

Klik, Lena pun menutup teleponnya. Dia merasa kalau percakapannya di telepon tadi ada yang sedikit aneh, tidak biasanya Ivana atau orangtuanya mengajak Lena makan bersama di luar.

Emang ada acara apa ya sampe mereka ngajak gua makan bareng segala? Penting gitu gua ikut? Biasanya juga gak dianggap ada.

"Hmm, mending gua dinner sama Evan daripada sama mereka. Gua bagaikan anak dan saudara yang gak dianggap," gumam Lena kesal.

🍹🍹🍹

Di ruang desain CV. Scarlett Digital Printing ....

Evan tampak sibuk menggambar poster di komputernya, tangan Evan sangat lincah dan gesit saat menggerakkan mouse.

Kedua mata Evan memang terfokus ke komputer di depannya, tapi hati dan pikirannya berada di tempat lain. Dia sedang membayangkan wajah Lena yang biasa saja namun Evan selalu merindukan Lena.

Lo tuh memang tomboy dan biasa aja, tapi lo juga baik dan ramah. Gua kangen, deh.

Evan senyum-senyum sendiri di depan komputer memikirkan pertemuannya dengan Lena waktu makan malam di dekat stasiun minggu kemarin.

Tiba-tiba Evan tersentak dari lamunannya barusan, dia teringat janjinya pada Lena untuk mencarikan info lowongan pekerjaan di tempat Evan bekerja.

Evan segera beranjak keluar lalu pergi menemui Bu Fenny di ruangan HRD.

"Permisi, Bu." Evan menghampiri Bu Fenny yang sedang membuka sebuah amplop coklat besar.

"Ya, ada apa, Evan? Silakan duduk." Bu Fenny pun meletakkan amplop tersebut di meja kemudian mengangkat wajahnya.

"Maaf saya mau tanya." Evan menarik kursi lalu duduk di hadapan Manager HRD tersebut.

Wanita itu cantik, ramah, berwibawa dan masih cukup muda. Usianya terpaut lima tahun lebih tua dari Evan.

"Mau tanya apa?" tanya Bu Fenny ramah.

"Begini, apa perusahaan sedang membuka lowongan pekerjaan atau tidak? Teman saya kebetulan mau resign bulan depan," jawab Evan mantap.

"Untuk saat ini belum ada, tapi kalau mau kirim saja surat lamarannya dulu ke sini," jelas Bu Fenny.

"Baik, terimakasih untuk infonya," balas Evan sopan.

"Sama-sama, Evan. Ngomong-ngomong temanmu bekerja di bagian apa?"

"Di bagian akunting, Bu."

"Baiklah, kalau begitu saya tunggu surat lamarannya. Kalau bisa titipkan ke kamu saja, jangan lewat pos," pinta Bu Fenny.

"Iya, Bu.

Setelah menanyakan ada tidaknya lowongan pekerjaan kepada Bu Fenny, Evan kembali ke ruangannya semula kemudian melanjutkan beberapa pekerjaan yang belum selesai.

Nanti sore dia akan berkunjung ke rumah Lena, Evan begitu senang karena dapat bertemu dia lagi, rasanya tidak sabar untuk mengatakan sesuatu pada Lena.

Mungkin pertemuan mereka nanti sore adalah waktu yang tepat untuk menyatakan perasaan Evan kepada Lena, walaupun dia tahu jika perkenalan mereka baru berjalan seminggu lamanya namun tidak ada salahnya mencoba memulai hubungan yang baru dengan perempuan tersebut.

"Gua kangen sama lo," gumam Evan tiba-tiba.

"Serius? Gua juga, Van. He he he." Andrew menggodanya.

"Gua gak ngomong sama lo," celetuk Evan pada Andrew yang duduk di sebelah kirinya.

"Lagi jatuh cinta ya? Sama siapa?" tanya Andrew. "Memang orang kayak lo bisa falling in love?"

"Gak lagi falling in love, cuma kangen," sahut Evan datar.

"Nanti sore ada acara?" tanya Andrew.

"Udah jam 12, Drew. Mau makan siang gak? Ngobrolnya nanti aja." Evan melirik ke jam dinding.

"Mau, yuk," balas Andrew singkat.

Kedua orang itu bergegas keluar dari ruang desain setelah mematikan komputernya masing-masing terlebih dahulu, lalu Evan mengajak rekan-rekan kerjanya yang lain di ruang tersebut untuk makan siang bersama di dekat kantor.

Dalam hatinya Evan berharap agar rencananya nanti sore akan berhasil, semoga apa yang hendak disampaikan Evan pada Lena berjalan dengan baik.

~~~~~