"Oh tidak ...." Wash mematung dengan mulut terbuka.
"Akhirnya kau memanggil hewan peliharaanmu ya." Fenrir tersenyum. Keringat mulai menetes dari dahi hingga ke pelipis.
"Ini adalah kartu As milikku. Semoga beruntung melawan mereka!" Scar menjentikkan jari. Ketiga monster kontan berebut maju dan mengoyak - oyak tubuhnya. Kemudian para monster itu berlanjut mendatangi ketiga orang yang masih dalam posisi.
"Mereka bahkan memakan pawangnya sendiri?" Komentar Fenrir bingung.
Satu kalanjengking menyerang Nevtor dengan kedua capitnya. Si Pemuda pun melompat dan mendarat di atas tubuh sang monster. Kalajengking itu berupaya menjatuhkan Nevtor dengan menggoyang - goyangkan tubuh. Kemudian mendadak hujaman ekor melesat dan menghantam tubuh sang monster hingga berlubang lalu tumbang seketika.
Nevtor mendarat kembali pada lantai tanah. Dirinya memang sengaja bertengger di atas sang kalajengking supaya temannya menyerang. Dan betul saja, satu monster itu akhirnya bisa dikalahkan tanpa usaha ekstra. Sekarang tinggal dua lagi.
"Kerja bagus, Nevtor!" Puji Wash sambil memberi jempol.
Kalajengking yang tersisa semakin agresif saat temannya terbunuh. Mereka secara bersamaan menyerang sang pemuda berjubah hitam secara membabi buta menggunakan ekor dan capitnya, membuat Nevtor dibuat kewalahan. Namun berkat dukungan dari Wash yang menembak mata dari salah satu monster tersebut, akhirnya Nevtor berhasil terlepas dari keadaan genting.
Crankk!!
Makhluk raksasa yang satu matanya hancur karena tertembak langsung beralih mendatangi si lelaki berambut perak. Wash pun kembali menembaki mata sang monster yang kian dekat. Namun kalajengking itu melindungi indra penglihatannya menggunakan capit, sehingga si pemuda dibuat panik dan secara terburu - buru mengisi ulang amunisi.
"Average Magic: Thorn!"
Kumpulan akar hijau berduri muncul dari bawah tanah. Melilit keenam kaki sang kalajengking dan menghentikan lajunya.
"Apa jadinya kau tanpa bantuan diriku?" Kelakar Fenrir sambil tersenyum kaku dan memajukan tangan kanan yang terbuka lebar. Ia tampak sedikit kesulitan mempertahankan mantranya sebab makhluk raksasa itu berusaha keras melepaskan jeratan di kaki.
"Berisik!!" Sahut Wash ketus. Ia sibuk mengisi satu per satu amunisi ke dalam magazine, lalu membidik dan meluncurkan dua tembakan.
Peluru itu tepat menembus mata sang monster, membutakannya. Pada momen itulah Fenrir lekas maju sambil menahan rasa sakit pada pahanya. Ia melompat, memutar tubuh bak gasing dan meninju keras kepala makhluk raksasa tersebut hingga remuk. Si monster kesakitan dan butuh beberapa menit hingga akhirnya tumbang.
"Satu lagi tumbang, tinggal yang terakhir!" Fenrir menyeka keringat di pelipis.
Tidak disadari kalau hari hampir menjelang siang. Matahari yang telah muncul membuat suasana perkampungan begitu panas. Belum lagi pertarungan ini cukup menguras energi.
"Pertarungan yang menakjubkan!" Seseorang di atap salah satu rumah penduduk tampak berjongkok. Di sampingnya pun ada seorang perempuan terbaring dengan kedua tangan dan kaki yang terikat tali.
Slashh!!
Sabetan demi sabetan berhasil melubangi perut sang kalajengking raksasa. Cairan hijau pun langsung memerciki tanah. Makhluk itu tumbang seketika. Dengan luwes Nevtor memasukan kembali pedang hitamnya ke dalam sarung di punggung.
Pertarungan telah usai. Dari arah belakang Edy yang sedari tadi bersembunyi, berlari menghampiri ketiga orang yang sudah tampak lelah. "Kalian tidak apa - apa?" Tanyanya cemas.
Nevtor dan Wash mengangguk. Sedangkan Fenrir menjawab, "Ya, kami baik - baik saja!"
Edy menghela nafas lega, tetapi saat melihat luka serius di paha Fenrir, ia langsung kaget. "Pahamu terluka parah. Sebaiknya kau perlu diobati secepatnya!"
"Tidak, tidak usah, ini hanyalah luka ringan. Yang penting sekarang adalah membawa para korban." Ia menatap orang - orang yang tergeletak di tanah. Ada yang bersimbah darah, luka - luka dan juga masih bergerak.
"Baiklah, kalau begitu."
Keempatnya mulai beranjak. Namun langkah mereka terhenti saat mendengar suara seseorang. Orang berjubah yang melayang di udara. Pakaiannya memang serba tertutup. Namun cukup mudah bagi Fenrir menebaknya. Bahwa ia dalang dari serangan semua ini. Pemimpin dari Scar dan wanita berjubah tadi. Siapa lagi kalau bukan ...
"The Four Candle's!" Fenrir menatap penuh intimidasi. Kedua tangan dikepalkan erat hingga bersuara.
Orang berjubah hanya menyuguhkan senyum tipis. Tak lama kemudian dua buah peluru melesat dan menembus tubuhnya. Tetapi tidak ada luka sedikit pun. Sebab badan orang tersebut hanyalah asap. Perlahan tapi pasti, perut yang berlubang beregenerasi. Usai kembali sedia kala, orang itu melesat dan tanpa terduga sampai di hadapan Wash lalu mencekik lehernya, mengangkat tinggi - tinggi.
"Arckk," lelaki itu merintih dan meronta - ronta, mencoba melepaskan cengkeraman tangan yang membuat dirinya kesulitan bernafas. Tetapi usahanya nihil. Tubuhnya berangsur - angsur lemas dan senjata digenggaman pun terjatuh lalu ditangkap oleh orang berjubah.
Brakk!!
Tubuh Wash dibuang hingga menghantam puing - puing rumah yang berserakan bekas pertarungan tadi. Dia tampak tidak bergerak, kemungkinan pingsan.
"Oh, jadi ini senjata yang digadang - gadang sangat langka ya. Hm ... harganya pasti fantastis jika dijual," gumam orang itu sambil memandang senang senjata di tangan. Kemudian dia beralih menatap kedua pemuda di bawahnya. "Sebaiknya serahkan saja senjata milik kalian. Jika tidak ingin terluka sepertinya," lanjutnya sambil menunjuk lelaki yang pingsan di puing rumah.
"Cih, mana mungkin aku memberikannya," geram Fenrir.
"Oh, kalau begitu kita bertukar saja!"
Ketika orang berjubah itu menjentikkan jari, tiba - tiba muncul seorang wanita yang tak sadarkan diri dengan keadaan terikat, melayang di sampingnya. Membuat Edy dan Fenrir terkesiap. Mata mereka terbelalak.
"Mia!" Seru keduanya serentak.