Chereads / Misteri Sebuah Cermin / Chapter 10 - RENY TIBA-TIBA KEMBALI

Chapter 10 - RENY TIBA-TIBA KEMBALI

Andre membuka menu di hpnya, dan mencari nomor Mang Ujang. Setelah menemukannya, dia langsung menghubungi nya.

"Halo, Mang Ujang?" sapa Andre ketika telepon diangkat.

"Ya, Agan," kata Mang Ujang dari balik telepon.

"Mang, Reny mendadak hilang. Bisa panggilkan Mori?" tanya Andre.

Mang Ujang diam sejenak. Dia terdengar menghela nafasnya.

"Maaf, Agan. Mori sedang keluar pulau hari ini. Katanya sih, saudaranya ada yang meninggal," kata Mang Ujang.

Andre terdiam sejenak. Dia tampak kebingungan.

Sementara itu, di dimensi lain Reny berlari ketakutan. Dia bersembunyi di sebuah bangunan tua. Di tengah tangisnya, Reny menyebut nama ayah dan ibunya.

"Mama Elca, tolong Leny....," kata Reny di tengah tangisnya.

Dia mendekap boneka buaya kesayangannya. Dilihatnya, pemandangan sekitar begitu mengerikan. Reny tengah bersembunyi di sebuah ruangan. Bercak darah banyak terdapat di lantai dan tembok ruangan itu

Tampak banyak sekali anak kecil bertaring yang tengah keliaran mencari mangsa.

"Darah! Darah!" suara dari beberapa anak kecil bertaring itu

Reny begitu ketakutan. Dia terus bersembunyi di ruangan itu sambil menangis. Ketika itulah, dia di kejutkan dengan seseorang di belakangnya.

"Nak, tempatmu bukan disini," kata orang itu.

Reny terkejut. Di pandanginya lelaki di belakangnya. Dia keheranan melihat sosok remaja yang ada di belakangnya

"Kak, Leny mau pulang," kata Reny dengan nada polos.

Orang itu berjongkok dan tersenyum manis. Dia menatap Reny dengan wajah ramah.

"Baiklah, Kakak akan antar kamu pulang," kata orang itu.

Reny hanya diam dan mengangguk. Orang itu mengambil tongkat besi dan mengajak Reny untuk pergi.

"Ayo, Dik. Ikuti kakak," kata orang itu

Mereka berjalan mengendap-endap di ruangan itu. Orang itu menghalau beberapa anak kecil yang menyeramkan dengan tongkat besinya. Rupanya, perlawanan orang itu mengundang perhatian.

"Darah! Darah!" terdengar suara makhluk itu.

"Sial! Kita makin banyak yang datang," katanya dalam hati.

Dia tampak panik. Dia pandangi Reny sesaat.

"Dik, kakak Gendong kamu ya. Kita harus cepat sebelum terlambat," kata Orang itu.

Belum sempat Reny berkata, dia segera menggendong Reny dan berlari menyusuri kegelapan hutan. Dia terus berlari seolah tanpa lelah. Orang itu membawa Reny menembus kabut di hutan. Dan , tak lama kemudian, dia langsung menurunkan Reny

Dia kibaskan tangannya, dan memberinya sebuah gelang.

"Dik, larilah kesana. Kakak gak bisa antar kamu. Cepat," perintah orang itu.

"Tapi, Kak. Kenapa kakak tidak bica ikut?" tanya Reny.

Kembali terdengar suara mengerikan. Rupanya suara serigala. Orang itu kembali berkata pada Reny

"Dik, Cepat! Berlarilah! Kakak akan hadang mereka," kata orang itu.

Reny yang ketakutan mendengar suara hewan buas langsung berlari ke arah yang di tunjukkan orang itu. Sempat dia melihat orang itu berjibaku melawan dia ekor serigala. Reny terus berlari, dan akhirnya dia berada di dekat sebuah pohon besar di taman.

"Mama Elca ... tolong Leny ...," teriak Reny yang ketakutan.

Dilihatnya langit malam di taman itu, dan tampak mobil tengah berlalu lalang. Reny terus berjalan sambil berteriak memanggil ibunya.

Sementara itu, Siska yang baru saja pulang kerja tak sengaja duduk di taman itu. Dia mendengar teriakan anak kecil.

"Uhm, suara itu dari mana?" bathinnya.

Dia mencari arah suara itu, dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat Reny yang tengah berjalan sendirian di bawah lampu taman. Buru-buru Siska mendatanginya.

"Reny?! Kamu koq malam-malam di taman sendirian?" tanya Siska.

Reny yang menangis langsung memeluk Siska.

"Leny di bawa Tante jahat," katanya di tengah tangisnya.

Siska memeluknya. Dilihatnya taman itu sepi.

"Ssshh .... tenang. Tante Siska ada disini. Siapapun yang mengganggu kamu, akaan Tante hadapi," katanya sambil membelai lembut kepala gadis cilik itu.

Siska segera membawa Reny pulang ke rumahnya. Dia ajak Reny masuk ke mobilnya dan pergilah mereka ke rumah Andre.

Sementara, di rumahnya Andre yang kebingungan mendatangi Ersa. Dia rangkul mesra istrinya.

"Sayang, semoga tak terjadi apa-apa dengan Reny," kata Andre menenangkan Ersa.

Ersa masih menangis histeris. Dia peluk erat suaminya.

"Pa. Reny pa ... Mama khawatir Reny kenapa-kenapa," kata Ersa di tengah tangis histerisnya.

Dan tak lama kemudian, terdengar suara bel di rumahnya. Andre dan Ersa begitu terkejut. Mereka berdua langsung beranjak dan berjalan ke ruang tamu. Ketika pintu di buka, Ersa tak dapat membendung keharuannya .

Dia peluk erat-erat putrinya.

"Nak, mama begitu khawatir," kata Ersa memeluk erat putrinya.

"Ma, tadi ada Tante jahat yang bawa Leny," kata Reny di tengah tangisnya.

Ersa langsung membawa masuk Reny yang masih ketakutan.

Andre merasa lega melihat putrinya kembali. Ersa yang mengenal Siska menyuruhnya untuk mampir. Siska pun menyetujuinya.

"Siska, terima kasih kamu antarkan Reny pulang. Ayo, mampir," ajak Andre.

"Sama-sama, Ndre. Aku tadi kebetulan mampir di taman itu, dan bagaimana bisa Reny ada di sana?" tanya Siska.

Andre menghela nafasnya sejenak. Dia begitu kebingungan. Di tunjukkanlah cermin itu.

"Semua berawal dari cermin ini," kata Andre.

Andre yang lembali teringat dengan kejadian di Villa Roses akhirnya mulai menceritakan kisahnya bersama Frans, mendiang suami Siska. Panjang lebar Andre menceritakan kejadian aneh yang dia alami bersama Frans dan Reza.

"Mendiang Frans pernah selamat dari kejadian horor itu, tapi aku tak menyangka dia justru meninggal setelah menangani sebuah kasus," kata Andre mengenang kejadian itu.

"Ndre, aku sudah ikhlas melepas kepergian Frans," kata Siska.

Dia usap perutnya yang membesar. Rupanya, Siska tengah hamil lima bulan. Dia masih memakai cincin pernikahannya.

"Frans akan selalu hidup di janin anakku ini," kata Siska.

Tak lama kemudian, Ersa datang membawakan minuman hangat untuk Siska. Reny yang masih ketakutan terus menempel pada Ersa. Dia tersenyum manis kepadanya.

"Siska, terima kasih kamu antarkan Reny," kata Ersa.

"Sama-sama, Ersa. Lagian Reny sudah seperti anakku sendiri," kata Siska.

Mereka kembali terlibat percakapan ringan, dan Reny akhirnya tertidur pulas di pangkuan ibunya.

Sementara itu, di puncak Mang Ujang di kejutkan dengan berita menghilangnya dua orang remaja yang sempat menyewa villa itu. Berita itu telah muncul di televisi. Merasa ada kejadian janggal, dia buru-buru menyelidiki Villa itu. Dan, ketika membuka sebuah ruangan di Villa, dia terkejut.

"Lho, cermin ini bukannya sudah pecah? Kok kembali lagi?" bathinnya.

Dia langsung menutup kembali cermin itu dengan selambu hitam yang ada di ruangan itu. Dan, ketika mengambil selambu itu, dia di kejutkan dengan sebuah benda sepeti boneka. Dia memunugutnya, dan mengamatinya

"Ya elah! Siapa atuh yang main beginian?" pikirnya.

Ketika tengah termenung, Mang Ujang di kejutka. dengan suara langkah kaki di belakangnya. Karena penasaran, dia mengikutinya.

"Lho, tadi suaranya ke arah sini, tapi kok tak ada orangnya?" pikirnya dalam hati.

Dia amati belakang Villa itu. Tak ada siapapun. Dan ketika menoleh ke belakang, dia terkejut melihat seorang wanita muda yang sudah berdiri di belakangnya.

"Aduh, Neng! Bikin kaget saja. Tapi, Neng siapa?" tanya Mang Ujang.

Gadis itu tersenyum manis. Dia menjawab singkat.

"Saya Dewi," jawabnya dengan suara datar.

Mang Ujang terkejut. Dia seperti mengingat nama itu. Mang Ujang berfikir sejenak, dan ketika hendak berbicara pada Dewi, dia mendapati dirinya sendirian di tempat itu.

"Waduh, tempat ini angker lagi. Hiiiih," katanya dengan nada ketakutan.

Mang Ujang merasakan bulu kuduknya merinding. Dia segera berlalu dari Villa itu dan segera pulang. Sesampainya di rumah, dia langsung mengabari Andre mengenai kondisi Villa yang kembali mencekam. Mang Ujang memutuskan untuk menutup kembali Villa Roses.