Chereads / Kisah Petualangan Clara / Chapter 29 - Dewi Kematian

Chapter 29 - Dewi Kematian

Sebuah garis cahaya menari di dalam hutan. Sewaktu-waktu garis itu akan menciptakan kabut merah. Sewaktu-waktu pohon akan tumbang. Sewaktu-waktu percikan api akan bermunculan.

Cahaya itu bagaikan garis hidup terakhir. Menari layaknya dewa kematian yang mengayunkan sabitnya. Merenggut nyawa yang tak terhitung jumlahnya.

"Oh Tuhanku ... Betapa murni ... Indahnya hidup itu ... Namun juga begitu rapuh dan kejam ...."

Sekali lagi cahaya itu berayun. Kali ini memisahkan kepala dari tempat semestinya.

Di temani cahaya senja. Sang Dewi Kematian berdiri berlumuran darah, di atas gunung mayat mangsa-mangsanya.

"Bahkan semua ini belum cukup untuk menghentikanmu, ya ...."

Berdiri di depan sang kematian adalah lelaki tua. Sebuah pedang menancap pada dadanya. Hanya selangkah lagi baginya demi menjemput ajal.

"Kau!"

"Berani-beraninya ..."

Bombardir datang dari udara. Namun sang Kematian, O'hime mengelak dengan mudahnya.

"Nona Friede. Lebih baik kita mundur dahulu sampai malam tiba," saran salah satu sentinel.

Saran ini sebenarnya cukup tepat mengingat tidak ada di pihak mereka yang mampu menandingi kekuatan si Monster ini. Jika mereka menunggu hingga malam di saat kekuatan ahli nujum berada di puncaknya, maka mereka akan memiliki kesempatan lebih besar untuk menang.

Namun hal ini justru menyulut kemarahan keduanya. Pertama, mundur justru malah menyalahi tujuan mereka untuk menjemput Blackjack. Kedua, mereka sudah kehilangan terlalu banyak.

"Apa maksudmu mundur!"

"Setelah pengorbanan salah satu saudari kami ...."

""TIDAK ADA KATA MUNDUR!""

Pengeboman terus di lanjutkan. Namun, kerusakan pada target sangat minim. O'hime melanjutkan pembantaiannya sambil menghindari pengeboman dari angkasa.

"Cih!"

"Di mana manusia-manusia tidak berguna itu."

Pihak yang seharusnya menjadi pemangsa kini berbalik menjadi mangsa.

"Wahai sang pemilik janji."

"Oh, sang mair."

"Terberkati sang Ifrit."

"kematian."

"Bangkitlah!"

Mayat yang bergelimpangan di tanah mulai berdiri satu per satu. Sebuah sihir terlarang di mana membangkitkan mereka yang sudah mati.

Pasukan mayat hidup segera mengerumuni O'hime sebelum akhirnya kembali dipotong-potong olehnya.

Namun memotong saja tidaklah cukup untuk menghentikan mereka. Bahkan segumpal daging akan tetap berdenyut dan sepotong tangan akan terus menggenggam.

Ada beberepa cara yang terbukti efektif melawan mayat hidup. Tapi O'hime tidak memiliki kesemua metode itu.

Walau tidak kuat, mayat-mayat ini berguna untuk membatasi pergerakan O'hime. Mereka juga sangat menjengkelkan dan menjijikan.

Seberkas api membakar sebuah mayat menjadi abu. Mayat lainnya dipotong dan akhirnya berhenti bergerak.

"Serahkan mereka pada kami," ucap Wali Kota Darton.

"Lukamu?"

"Sudah baikan."

Lubang di tubuh Darton menghilang seolah sejak awal dia memang tidak pernah terluka. Kalau Clara melihat hal ini dia pasti sudah menjerit tidak percaya.

Orang kuat memang beda.

Darton menebas dan mayat hidup akan segera berhenti bergerak. Otoritasnya seperti musuh alami mayat hidup. Di tambah dukungan ajudannya, gerombolan mayat hidup segera di berantas.

Bersamaan dengan itu O'hime berhasil membunuh sentinel yang tersisa.

Kini hanya tersisa Friede Bersaudari dan juga target mereka, Blackjack.

"Jack! Menyerah sajalah."

"Jika menyerah di tengah jalan begini. Tidakkah menurutmu itu tidak menarik?"

Blackjack melempar tiga pisau dengan tangkas. Tentunya pisau itu dihindari dengan mudah bahkan tanpa menggerakkan kaki.

Dia kembali melempar tiga pisau.

"Trik murahan."

Tiga pisau dari depan. Lalu tiga pisau sebelumnya menyerang dari belakang. Semuanya berhasil di tepis oleh wanita itu. Namun, sesaat kemudian keenam pisau itu meledak. Dan tentunya O'hime tidak terluka dari trik murahan Blackjack.

"Apa yang sedang kau mainkan?"

Blackjack tidak menjawab dan malah menunjuk ke atas. Di sana, sebuah anomali terjadi. Langit senja sudah digantikan oleh gemerlap bintang. Anomali ini hanya terjadi pada ruang lingkup beberapa meter.

"Pantas saja mereka jadi agak tenang. Ternyata sedang merencanakan sesuatu," gumam O'hime.

"Pepatah mengatakan, melawan ahli nujum di malam hari sama seperti melawan ikan di dasar samudera. Mereka hanya akan memiliki setengah dari kekuatan aslinya di siang hari. Dan ketika malam tiba, kekuatan mereka akan berlipat-lipat," jelas ajudan Darton. "Mari selesaikan dengan cepat."

Tubuh O'hime memiliki banyak luka. Ada juga masalah stamina.

Berbeda dengannya, para saudari itu adalah ahli nujum dan tidak memiliki masalah dengan stamina.

Rebut Blackjack dan segera mundur adalah pilihan bijak.

Namun pertanyaannya adalah, apakah para saudari itu akan membiarkan mereka berlaku seenak jidatnya?

Jawabannya jelas.

Sesosok berpakaian hitam membawa sabit besar turun dengan cepat dari angkasa.

Sosok itu bersilangan senjata dengan O'hime dan mampu mencapai keseimbangan.

Dari ujung lainnya tombak-tombak es muncul, memaksa O'hime untuk mundur.

Saudari pemegang sabit kembali menyerang, menekan O'hime.

Pada sabitnya terlihat jelas aura kematian yang sangat kental. O'hime sendiri berusaha menghindari kontak langsung dengan sabit karena akan sulit untuk membersihkan luka pasca pertempuran nantinya.

Sementara itu, saudari lainnya berhadapan dengan Darton dan ajudan.

Ajudan Darton adalah penyihir ahli tingkat empat. Namun di hadapan Friede bersaudari, dia tampak seperti anak yang memegang tongkat sihir ayahnya den dengan bangga memamerkannya.

[Halilintar]

[Kubah pelindung]

Kejadiaan sebelumnya kembali diulang. Saudari Friede melancarkan petir ungu sedangkan Elaine menahannya menggunakan kubah pelindung. Perebedaannya, halilintar kali ini lebih lemah dari sebelumnya sehingga sang ajudan dapat menahannya dengan sihir pelindung.

Saudari Friede tampak tidak terkejut. Dia bergegas pergi membantu saudarinya melawan O'hime, meninggalkan sang ajudan dengan tampang bodohnya.

Kubah pelindung adalah mantra anti-sihir tingkat empat dan bisa dibilang terbaik dibidangnya jika dibandingkan dengan mantra pelindung lainnya.

Kelemahannya, sang perapal mantra tidak dapat bergerak ataupun melakukan hal lain saat sihir ini diaktifkan. Selain itu, ada juga jeda waktu antara mengaktifkan mantra dan membatalkannya.

kelemahannya ini telah dieksploitasi oleh saudari Friede.

Ketika Elaine membatalkan mantranya, saudari Friede akan kembali menyerangnya menggunakan sihir halilintar. Sang ajudan terpaksa kembali merapalkan sihir kubah pelindung karena hanya ini satu-satunya sihir perlindungan yang ia kuasai dan mampu menahan serangan halilintar. Ada juga masalah batas mantra yang bisa ia rapalkan dalam waktu singkat.

Pada gilirannya, saudari Friede akan kembali mengabaikan sang ajudan dan memilih untuk fokus melawan O'hime.

Dengan begitu sang ajudan dibiarkan dengan dilema sulit di mana dia telah mati kutu.

Di sisi lain Darton juga sama tidak bergunanya dalam pertempuran ini. Permasalahannya ada pada fakta bahwa dia tidak memiliki serangan jarak jauh. Dengan begitu ia sama sekali tidak berdaya melawan Friede Bersaudari yang melayang bebas di udara.

Darton juga tidak cukup gila untuk menjadi pelindung daging demi memecah dilema sang ajudan. Bagaimanapun bila dia terkena serangan halilintar jika tidak mati konyol ya sekarat.

Satu-satunya hal yang dapat ia lakukan saat ini adalah mengawasi pergerakan Blackjack.

Hal ini juga terbukti sangat efektif untuk memaku sang penjahat di tempat.

Situasi menjadi canggung bagi mereka.

Bentrokan antara Friede Bersaudari juga menjadi semakin intens.

O'hime agak kewalahan. Musuhnya melayang di udara dan dengan begitu dapat bergerak jauh lebih leluasa. Dia juga tidak dapat mengambil inisiatif untuk menyerang. Dengan tingkat kekuatan mereka yang tidak berbeda jauh di tambah lagi ini adalah dua lawan satu. Sang kapten sangat dirugikan.

"Sampai berapa lama kau bisa bertahan."

"Bukankah aku yang seharusnya mengatakan itu?"

Hal yang sama juga terjadi pada Friede Bersaudari. Keduanya menggunakan sihir unik untuk mendatangkan malam secara paksa. Sihir ini tentunya memiliki batas waktu penggunaan.

Terang dan gelap bertemu, menciptakan bunga api di udara. Lagi dan lagi. Bahkan dengan semua kerugian ini O'hime masih mampu menahan imbang Friede Bersaudari.

Sang kapten menghindari serangan petir dari belakangnya. Setelah itu dia menyambut hangat sabit yang mencoba memotong lehernya. Tidak cukup sampai di situ, tombak es kembali mengincar titik butanya.

Serangan sihir berhasil mengenai targetnya. Tombak es merobek pakaian O'hime, menembus kulit putihnya dan menciptakan lubang di dadanya.

"Kelihatannya ini kemenanganku."

Suara itu datang dari mulut O'hime.

Apa yang diserang tombak es hanyalah afterimage-nya; tidak bisa juga disebut afterimage karena sampai batas tertentu memiliki bentuk fisik.

Tubuhnya yang asli sudah lama menghindari serangan.

"Tidak juga."

"Malam yang sebenarnya akan turun tidak lama lagi," balas Friede Bersaudara.

Sihir yang diciptakan Friede Bersaudari untuk mendatangkan malam secara paksa sebenarnya sangat membebani tubuh mereka. Jika saat ini benar-benar malam, maka tidak mungkin O'hime dapat mengalahkan mereka dalam pertarungan dua lawan satu.

"Aku hanya perlu membunuh kalian berdua sebelum malam benar-benar tiba," ujar O'hime, percaya diri.

"Oh."

"Betapa sombongnya."

Posisi kembali terbalik.

O'hime kini dengan gencar melancarkan serangan sedangkan Friede Bersaudari mencoba untuk mengulur waktu.

Darton dan ajudannya melihat peluang dan mencoba menangkap Blackjack.

Lelaki tua itu terluka parah dan hanya bisa dengan pasrah membiarkan mereka bertindak semaunya.

"Selesai. Ini kemenangan kami."

Mereka hanya perlu membawa Blackjack menuju Kota Denia dan semuanya akan usai. Terlebih Friede Bersaudari sedang di sibuk kan oleh O'hime. Ini kesempatan mereka.

Namun tanpa diduga sekali lagi badai berkecamuk mengacaukan medan perang.

[Lambaian Cakar Naga]

Sebuah tombak melesat dengan sangat cepat bahkan mungkin menyamai kecepatan suara.

O'hime terlambat menyadari kedatangannya sehingga harus merelakan tangan kanannya terkoyak sampai habis.

Berlari mengikuti tombak adalah sesosok raksasa hampir dua meter tingginya. Dia mengenakan zirah hitam compang-camping namun masih tampak gagah ketika dipakainya.

Orang ini tidaklah asing bagi Darton.

"Estarosa," gumamnya.

Situasi kembali memburuk bagi mereka. Kedatangan Estarosa memiringkan timbangan kekuatan. O'hime memang kuat tapi di hadapan legenda seperti Estarosa kesempatan menangnya agak meragukan.

Dia harus segera memikirkan cara agar keluar dari posisi sulit ini.