Estarosa menerjang lurus ke depan, begitu pula kelima petualang. Keduanya akan kembali bentrok ... Atau seperti itulah bayangan Clara.
Kenyataannya, Estarosa mengabaikan kelima petualang dan tetap melaju menuju Anna. Kelima petualang juga mengabaikannya dan menuju gerombolan ikan teri.
"Oho. Jadi ini seperti bos lawan bos ya~," terka gadis cilik itu.
Dan pembantaian pun di mulai.
Ya, pembantaian.
Masalahnya, perbedaan level mereka terlalu besar. Kelima petualang melakukan pembunuhan secara sepihak. Tidak akan lama bagi mereka untuk membereskan gerombolan ikan teri.
Di sisi lain, Estarosa juga melakukan pembantaian terhadap Anna.
Bos bandit itu mengayunkan halbert-nya dengan wuush.
Lalu pluk, kepala sang resepsionis jatuh ke tanah.
Dan Clara di sisi lain melongo, mengeluarkan suara bodoh, "Hah ...?"
Data yang perlu di proses dalam waktu dekat terlalu besar sehingga gadis malang itu benar-benar linglung.
"What the hell, Sis!"
Rhino buru-buru menggendong Clara dan berusaha melarikan diri. Namun, bagaimana mungkin kecepatannya mampu menandingi Estarosa?
Rhino berlari kembali menuju arah asal. Tapi, mungkin karena panik dia tersandung dan berguling sedikit sebelum kembali mendapat pijakan.
Ironisnya, terima kasih pada akar sandungan karena berkatnya Rhino secara kebetulan menghindari serangan tebasan Estarosa.
"Dinding batu!"
Clara merapalkan sihirnya guna menghambat Estarosa. Tentu saja itu tidak berguna. Estarosa menghancurkan dinding seolah terbuat dari pasir.
"AAAAHH. Parley! Parley!"
Rhino mendadak membuang Clara sejauh-jauhnya lalu berbalik untuk memblokir tebasan lain dari Estarosa.
"Tidak berguna."
Kapak Rhino patah. Lebih lagi sebuah sayatan terbentuk di tubuh Rhino seolah membagi tubuhnya jadi dua. Untungnya, tubuh pria sangar itu lebih keras dari dinding batu Clara.
"Gah!"
Lelaki itu mengabaikan luka-lukanya. Dia memeluk si bos bandit dengan erat, tidak ingin membiarkannya lepas.
"Lari!"
Estarosa menendang perut Rhino dengan sangat keras, membuatnya memuntahkan seteguk darah.
"R-RHINOO!" teriak Clara di ambang menangis histeris.
Clara mengeraskan hatinya, untuk kali ini saja dia akan mematuhi perkataan Rhino. Bagaimanapun bahkan jika dia tetap di sini situasi tidak akan berubah.
Itu benar.
Karena dia terlalu lemah.
Lagi dan lagi ia disadarkan betapa lemah dirinya.
Si bos bandit menendang Rhino secara bertubi-tubi. Dengan seberapa kuat tiap pukulan tidak akan mengherankan jika organ dalam Rhino sudah menjadi bubur.
"La ...."
Bahkan ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya sebelum kehilangan kesadaran. Hebatnya, walau hanya bermodal gerak reflek Rhino masih dengan erat memeluk kaki Estarosa.
"Menjengkelkan."
Si bos berniat memenggal kepala Rhino. Namun,
"Huhu. Jangan terlalu kasar pada bocah imut ini."
Sebuah suara manis menggelitik indra pendengaran sang Pahlawan yang jatuh. Tangan mungil dan halus membelai dadanya, tidak, lebih jauh ke dalam, membelai jantungnya.
"Huh ...."
"Anak nakal harus di hukum."
Wanita itu membuat gerakan meremas, meremukkan jantung Estarosa.
Tanpa ragu hampir semua orang pasti mati jika jantungnya dihancurkan. Tapi orang ini adalah Estarosa. Bahkan jika jantungnya diremukkan atau bahkan jika tubuhnya dihancurkan dia masih akan dapat berdiri tegak, mengancam musuh-musuhnya.
"Ups."
Estarosa mempererat pegangan pada senjatanya. Dia lalu membuat gerakan memutar layaknya tornado. Lawannya segera pergi menjauh.
"Aku terkejut kau masih hidup setelah jantungmu hancur." Anna menutupi mulutnya, membuat gerakan terkejut.
"Heh. Sungguh aneh mendengar kalimat ini dari orang yang masih hidup setelah kepalanya dipenggal."
"Ahahaha. Itu benar. Bodohnya diriku."
"Kelihatannya kau sedang sangat bahagia."
"Eh. Aku selalu bahagia, kok. Tapi, ya, hari ini agak istimewa. Sudah lama sejak terakhir kali aku bertarung. Benar, kan, Bel? Khusus untukmu, wahai Pahlawan yang Jatuh, aku akan sedikit serius."
Walau masih cekikikan tapi Estarossa dapat merasakan udara di sekitar Anna sudah berubah.
"Suatu kehormatan, wahai nomor empat dari kelompok petualang legendaris."
Jantungnya sudah selesai di regenerasi. Obat yang dia konsumsi sebelumnya juga berada pada efek terbaiknya. Saat ini tanpa diragukan lagi Estarosa berada pada kondisi puncak.
Lawannya adalah nomor empat dari kelompok petualang legendaris, sang Boneka Terkutuk, Annabelle.
Estarosa membuat gerakan lebih dahulu. Halbert-nya ditutupi aura biru mengiris udara dengan sangat cepat, mencoba membunuh musuhnya secara instan. Tapi Anna berhasil mengelak dengan margin tipis.
Serangan balasan datang dari Anna. Sebuah serangan sederhana tapi sangat mematikan.
Pukulan tangannya bahkan lebih cepat dari tebasan Estarosa dan mengandung kekuatan yang tidak terpikirkan. Membuat orang bertanya-tanya bagaimana tangan mungil ini bisa menghasilkan hal itu?
Pukulan Anna mendarat di tubuh Estarosa. Meniadakan aura pertahanannya, menghancurkan baju zirahnya, sebelum akhirnya dihentikan oleh otot dadanya.
"Otot yang sangat baik. Aku suka," ucap Anna, genit.
Wanita itu mengerahkan lebih banyak tenaga, hampir merobek kulitnya. Tapi Estarosa bergegas melompat ke belakang menciptakan jarak di antara keduanya.
Anna mengejar.
Dalam sekejap keduanya bertukar banyak serangan. Keduanya memiliki serangan yang cukup kuat untuk membunuh lawannya. Keduanya juga memiliki kemampuan regenerasi yang sangat kuat. Hanya saja sudah dibuktikan sebelumnya kalau kemampuan penyembuhan Anna lebih superior.
[Seribu Tusukan]
Seperti namanya, Estarosa melakukan puluhan gerakan menusuk dalam waktu kurang dari tiga detik, membabat habis pepohonan di belakang targetnya.
Tubuh Anna yang tercecer akibat serangan segera kembali bersatu seperti sedia kala.
Hal ini terus berulang kali terjadi selama pertarungan. Tidak peduli kepala yang dipenggal, tangan yang dipotong maupun tubuh yang dibolongi, semua akan selalu kembali seperti sedia kala.
Sebelum Estarosa menemukan rahasia keabadian Anna maka kekalahannya sudah terjamin.
Mungkin ada batas berapa kali dia bisa melakukannya?
Mungkin juga ada syarat lain untuk melakukannya?
Atau mungkin orang yang di lawannya sejak tadi bukanlah tubuh asli Anna?
Apapun itu yang pasti Estarosa harus segera menemukan kelemahannya.
"Sekarang giliranku. [Tarian Alam]"
Mengikuti suara merdu Anna, pepohonan dalam radius sepuluh meter terangkat dari tanah dan bergoyang serta berputar di udara seolah sedang menari.
Tontonan ini sungguh menakjubkan. Namun Estarosa tidak dapat menikmatinya saat ini. Dia terpaksa harus menggunakan salah satu kartu as-nya.
"Kalau begitu mari menari. [Tarian Naga]"
Anna, seperti konduktor, menggerakkan pepohonan untuk menyerang musuhnya. Sedangkan Estarosa bergerak seperti naga yang ganas, memotong segala rintangan yang menghalangi jalannya.
Keduanya mengalami jalan buntu.
Biasanya Estarosa akan diuntungkan dalam pertempuran gesekan. Ini dikarenakan otoritas miliknya merubah setiap luka yang ia derita menjadi kekuatan. Semakin tubuhnya memburuk hingga di ambang kematian, semakin kekuatannya meningkat hingga hampir tak terkalahkan.
Hanya saja lawannya kali ini adalah Anna. Sesosok yang diragukan apakah manusia atau bukan. Sosok yang tidak akan kelelahan atau bahkan terluka.
Menyaksikan pertempuran kedua legenda sebagai saksi bisu adalah seorang lelaki yang dalam keadaan sekarat. Tubuhnya sudah mendingin akibat kehilangan banyak darah. Jika hal ini terus berlanjut maka tidak diragukan lagi dia akan mati.
Akankah gadis kecil tertentu dapat datang tepat waktu untuk menyelamatkannya?
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Dr*gon Bal-