Chereads / Kisah Petualangan Clara / Chapter 25 - Delta Greyhorn

Chapter 25 - Delta Greyhorn

"JACK!"

Teriakan marah barusan bukan berasal dari Darton, tetapi dari seseorang yang mungkin lebih membenci lelaki itu dari dirinya.

"Oho. Jadi pria terkenal memang tidak mudah."

O'hime segera membuang penyamarannya. Dia berlari mengejar Blackjack yang mencoba kabur menuju kedalaman hutan.

O'hime disebut-sebut sebagai salah satu manusia tercepat berkat berkah Dewa Angin miliknya. Tidak mungkin Blackjack untuk kabur dari kejarannya.

Sayangnya musuhnya kali ini bukan hanya Blackjack seorang.

Dua pejuang Kavach mencoba menghadang jalannya.

"MINGGIR!"

"MATI!"

Tebasan diagonal O'hime menerbangkan salah satu pejuang Kavach. Yang satu lagi berhasil menghindar karena murni keberuntungan, tapi justru malah membuatnya berada pada bahaya yang lebih besar.

Monster wanita itu melakukan tebasan lain, membagi tubuh pejuang Kavach menjadi dua.

"Gila," desah Blackjack.

Julukannya sebagai penjagal memang bukan isapan jempol semata. Musuh yang sulit dikalahkan oleh Darton dapat dengan mudah dibunuhnya.

O'hime sekali lagi mengejar Blackjack namun kembali dihentikan oleh lilitan rantai sihir yang muncul entah dari mana.

"Kikikiki."

"Jika kau seorang wanita."

"Maka bersikaplah dengan anggun."

Tiga sosok berjubah hitam melayang dan berputar-putar di udara. Mereka seperti peri nakal yang sedang membuat kejahilan.

Selain mereka satu per satu sosok musuh mulai menampakkan diri. Tubuh mereka seperti batang pohon dengan beberapa fitur mirip manusia. Identitas mereka adalah Suku Treant atau manusia pohon. mereka adalah pohon yang mendapat kecerdasan serta memiliki kemampuan untuk bergerak bebas.

Di tambah yang muncul kali ini adalah treant tipe tempur, Sentinel. Total ada sepuluh Sentinel mengepung mereka.

Mata Darton keruh. Sungguh tidak terduga suku Treant yang jarang muncul dan cinta damai muncul di sini dan pada saat seperti ini pula.

Lebih tak terduga lagj ahli nujum terkenal, Tiga Friede bersaudari juga hadir dalam acara penyergapan ini.

"Katakan, apa pihak kerajaan sebegitu inginnya memulai perang!" murka Darton. Darah kembali mengalir dari sudut mulutnya.

"Kikikiki."

"Darton oh Darton. Kenapa tidak kau cari tahu sendiri jawabannya."

"Engkau sudah bertambah tua, Darton sang Pahlawan Kelabu," cemooh Friede Bersaudari, tidak berniat melakukan percakapan.

"Kuh!" Darton menggertakkan giginya.

Situasinya sangat berbahaya. Sang Wali Kota hanya dapat berharap Detektif Greyhorn sudah mengantisipasasi situasi seperti ini dan menyiapkan sebuah rencana dukungan.

Tidak lama kemudian sang Wali Kota mengetahui bahwa semua itu tidak perlu. Dia seolah kembali mendengar perkataan sang Detektef malam sebelumnya.

"Semua Berada dalam genggaman tanganku."

"...."

Jauh di utara sebuah pertempuran berdarah sedang terjadi.

Suara bombardir meriam menghiasi medan perang. Tempat yang dulunya padang rumput sudah berubah menjadi tanah tandus penuh darah dan air mata.

Pertempuran sudah berjalan selama hampir satu hari dan kini pemenangnya sudah jelas, Batalion Ksatria Khusus.

Pada sebuah tenda Detektif Greyhorn sedang menginterogasi seorang tawanan perang.

"Katakan, di mana majikanmu?"

"Fu, hahaha. Tuanku pasti akan membunuh kalian semua manusia hina. Nantikanlah."

"Di mana tuanmu ini?"

"Kau pikir aku akan memberi tahu mu?"

"Ya. Kau akan. Biar kutebak. Dari perkataanmu barusan berarti dia tidak ada di sini dan tidak akan membantu kalian. Dia seharusnya juga tidak berada di gunung. Artinya dia pergi untuk menjemput Blackjack, benar? Tapi karena dia tidak ada di sini itu artinya ada tempat persembunyian lain, atau rencana asli sudah berubah dan kalian terpaksa membagi pasukan. Kelihatannya yang terakhir."

Si tawanan sama sekali tidak menjawab namun sang Detektif seolah mengetahui semua jawabannya.

"Karena dia tidak ada di sini dan tidak ada di sana, kira-kira ada di mana dia? Yah, kau tidak perlu menjawab. Aku sudah memancing Blackjack menuju Air Terjun Nagara. Itu artinya tuanmu itu akan berada tidak jauh dari sana. Baik, Tuan Tahanan, terima kasih atas kerja samanya. Nikmati waktu singkatmu."

Si tahanan terkejut. Apa yang baru saja terjadi? Orang ini sedari tadi bicara sendiri namun seolah mendapat jawaban darinya. Perasaannya tidak enak. Tapi tentunya dia tidak punya waktu untuk memikirkan ini itu karena waktu eksekusinya sudah dekat.

Detektif Greyhorn keluar dari tenda dan di sambut oleh seseorang berzirah megah. Zirahnya di ukir dengan indah mampu menampakkan kemolekan tubuh sang pengguna. Jubah merah berkibar di punggungnya. Wajahnya tersembunyi di balik helm berbentuk seperti wajah iblis.

"Epsilon, ya. Ada apa?"

Orang ini adalah Hakim Agung sekaligus pemimpin dari Batalion Ksatria Khusus, Epsilon.

"Unit Penghakiman sudah dapat dikerahkan."

"Baik. Ada apa." Greyhorn sekali lagi menanyakan pertanyaannya.

"Tidak ada ... Aku akan ikut denganmu."

"Tidak diperlukan. Pimpin saja pasukanmu."

Sang Detektif segera pergi menuju medan perang selanjutnya. Epsilon menatap awan di kejauhan. Sudah menjadi hal biasa ia mendapat balasan dingin seperti itu. Tapi tetap saja ....

Detektif Greyhorn beserta Unit Penghakiman minus kaptennya berlari mengarungi vegetasi hutan selama berjam-jam tanpa istirahat. Tujuan mereka adalah tempat yang diduga menjadi markas dalang di balik semua masalah ini.

"Tidak di sini, ya."

"Di sini juga bukan."

"Hm. Kelihatannya mereka pernah menggunakan tempat ini."

Mengumpulkan informasi, Menganalisa, hingga akhirnya memunculkan sebuah hipotesis. Semua dilakukan dalam waktu singkat dan berulang-ulang.

Pada akhirnya manusia selalu penuh dengan kekurangan. Tidak mungkin hanya satu orang berhasil mengumpulkan bahkan informasi sekecil apapun, menganalisanya, dan berhasil membuat hipotesis dengan kemungkinan benar lebih dari 90%.

Namun dia berbeda. Julukannya sebagai detektif terhebat bukan hanya pajangan semata. Lebih tepatnya, dengan akashic records miliknya semua itu menjadi mungkin.

"Seharusnya di dekat sini. Bersiap-siaplah!"

Dugaannya sekali lagi benar.

Mereka akhirnya sampai di tempat persembunyian musuh. Namun, mereka terlambat.

Dalam radius hampir 50 meter pepohonan dan tanah terpangkas menyisakan bekas hangus terbakar.

Berdiri di tengah tragedi itu adalah seorang pria berjas dan kaca mata hitam. Pria itu menyambut kedatangan sang detektif.

"Terima kasih atas kerja kerasnya. Namun sayang kalian terlambat. Orang itu baru saja pergi."

Pria ini tidak lain dan tidak bukan adalah pemimpin Aliansi Petualang saat ini, Erick.

Apa yang terjadi?

Kenapa dia ada di sini?

Greyhorn sudah bisa menebaknya. Sepertinya orang ini sudah memanfaatkan rencananya. Tapi apa tujuannya?

Bahkan bagi Detektif Greyhorn pria bernama Erick masih dipenuhi kabut misteri.

"Boleh kutahu apa tujuan Ketua Aliansi di tempat ini?"

"Maaf untuk menjawab pertanyaanmu dengan pertanyaan. Tapi, apa yang di lakukan detektif terhebat seantero Kekaisaran di tempat ini? Yah, sepertinya tujuan kita sama. Dan sebelum anda bertanya biar saya jawab terlebih dahulu, orang itu sama seperti yang anda duga."

Greyhorn mendecakkan lidahnya.

"Sayang sekali."

Dia tentunya kesal. Tapi sayangnya lelaki di hadapannya ini berada di luar yurisdiksinya.

"Kalau begitu saya pamit undur diri."

Erick pergi ke arah Kota Denia.

"Cih."

Sekali lagi rencananya hancur berantakan.

"Istirahat sekalian periksa daerah sekitar."

"Siap!"

Mungkin saja dia terlalu fokus pada musuh di depannya hingga tidak sadar akan masuknya komponen tak terduga di sekitar.

Rasanya sangat tidak menyenangkan. Seolah seseorang secara paksa masuk lalu mengobrak-abrik seisi rumahmu.

Dia juga harus segera memperbarui database-nya.

"Pertama Erick."

Seorang yang sangat misterius. Dia bahkan curiga kalau Erick bukan berasal dari dunia ini. Orang ini akan menjadi fokusnya selanjutnya setelah kasus kali ini selesai.

"Setelah Erick maka selanjutnya adalah bocah itu."

Bocah yang datang entah dari mana dan mengacaukan rencananya. Bocah yang katanya memiliki suatu hubungan dengan petualang legendaris Rosella. Clarina.