Chereads / Kisah Petualangan Clara / Chapter 23 - Situasi Berbahaya

Chapter 23 - Situasi Berbahaya

"Proposal apa?"

"Kau tahu, Tuan Greyhorn sepertinya mencurigaimu berhubungan dengan buronan ini."

"Eh? Kok bisa!"

"Entah. Jalan pikirannya sulit dimengerti. Dengar dengan baik. Tuan Greyhorn ingin menjadikanmu umpan. Proposalnya adalah aku dan temanku akan menemanimu menjelajah selama beberapa hari. Destinasinya adalah Air Terjun Nagara tidak jauh dari sini. Dengan ini semua pihak akan puas. Kau bisa berpetualang sedangkan Detektif Greyhorn berhasil menjalankan rencananya. Tentu saja semua bisa menjadi sangat berbahaya. Jadi pikirkan baik-baik. Jika kau setuju maka temui aku lusa di depan pos pemeriksaan gerbang utara ...."

"...."

"Fuhaa!"

Desahan nikmat keluar dari bibirnya. Sejuknya air danau merangsang kulit pucat si gadis. Bermain air di tengah musim panas memang paling nikmat.

Setelah lelah bermain air dia bisa menepi sejenak untuk memakan cemilan lalu kembali bermain.

Eh, ini di surga, ya?

"Rhino mau kemana?"

"Jalan-jalan sebentar. Apa? Mau ikut?"

"Shu, shu."

Clara berjemur di bawah sinar matahari. Harusnya dia tidak bisa melakukan ini karena ia dan matahari ibarat gula dan penderita diabetes. Tapi berkat resep obat mujarab Raph semua menjadi mungkin.

Terima kasih kepada engkau sekarang berada yang entah di mana.

Oh, ya, setelah sampai di sini Clara juga belum melihat Pedro. Menurut Lial dia sedang memeriksa daerah sekitar. Veteran memang bed, sangat berhati-hati.

Di sini mereka juga tidak sendiri.

Ada seorang petualang lelaki tinggi kekar. Lial pernah melihatnya tapi tidak tahu namanya. Dia juga terlihat menakutkan jadi Clara tidak berani mendekatinya.

Selain lelaki itu ada juga seorang wanita bersurai hitam dan berkulit coklat. Iris violetnya sungguh indah seolah menyihir Clara untuk selalu menatapnya. Dia juga sangat ramah pada Clara.

"Aku Lynn sang Penjelajah. Salam kenal!"

Clara dan Lial beru pertama kali mendengar namanya. Tapi kelihatannya dia juga seorang petualang veteran.

Kak Lynn bercerita tentang berbagai petualangannya pada Clara membuat matanya berbinar. Dia mengaku sudah menjelajahi hampir seluruh dunia. Mulai dari dataran es hingga gurun berpasir.

"Rhino dan kak Pedro kok belum kembali ya~?"

Sudah hampir satu jam setelah kepergian Rhino tapi masih belum ada kabar darinya.

Bosan bermain air, Clara juga memutuskan untuk melihat-lihat daerah sekitar. Tapi sebelum itu ia harus mengenakan pakaiannya terlebih dahulu.

Ngomong-ngomong di sini juga ada banyak kamar lengkap dengan perabotannya.

Setelah berganti jubah putih biasanya Clara siap untuk menjelajah. Namun ....

"Mmmmphhh!"

Sebuah tangan membekap mulut si gadis mungil dengan erat.

Apa?

Siapa?

Berbagai pikiran buruk menghantui Clara.

A-apa seorang lolicon bersembunyi di sekitar sini.

Atau jangan-jangan ....

"Sssstt!"

Ah ....

"Fuah! ... Ternyata Rhino. Bikin kaget aja."

Mengendap-endap ke ruang ganti wanita dan bahkan membekapnya. Apa Rhino sudah berubah jadi kriminal?

Clara ingin marah tapi menahannya setelah melihat raut serius lelaki itu.

"A-ada apa. Mukamu tambah seram, tahu."

"Kita dikepung," balas Rhino, singkat.

"Eh ...?"

Untuk sesaat otak berspesifikasi tinggi Clara tidak dapat memproses maksud dari perkataannya.

Clara mengintip lewat jendela mengikuti arah yang di tunjuk Rhino. Di sana tampak seorang lelaki gempal—sangat, sangat gemuk—membawa gada yang tidak kalah besarnya sebagai senjata. Tunggu, itu bukan gada. Itu adalah paha monster yang sudah dibakar sampai matang. Lelaki itu terlihat sedang berbicara dengan Lial.

Clara tidak dapat mendengar dengan jelas apa pembicaraan mereka yang pasti bukanlah hal bersahabat.

Benar saja. Tidak lama kemudian mereka mulai bertarung.

Lelaki itu, bertentangan dengan tubuh gempalnya, mengayunkan tangan kanannya dengan sangat cepat. Lial bereaksi dengan menangkis serangannya namun tubuhnya tak kuasa menahan hingga akhirnya terhempas sejauh beberapa meter.

Clara tertegun. Ayunan yang terlihat santai itu sebenarnya mengandung kekuatan yang menakutkan. Jika itu Clara yang menahannya pasti tubuhnya sudah hancur menjadi bubur.

Tanpa ragu pria gemuk melompat ke arah Lial sambil mengayunkan senjatanya. Untung Lial berhasil menstabilkan pijakannya dan berhasil menghindar.

"Gila," bisik Clara.

Keduanya saling bertukar serangan. Bahkan di mata amatir seperti Clara tahu Lial sangat dirugikan. Jika terus seperti ini pemenangnya sudah jelas.

Pria itu sangat ganas dan tanpa di duga cukup cepat. Lial yang belajar dari pengalaman sebelumnya tidak berani menerima serangannya secara langsung.

Lial merunduk menghindari serangan pria gendut, lalu melakukan tebasan diagonal ke atas. Pria gendut sama sekali tidak mengelak dan malah menendang Lial dengan sangat keras.

Seteguk darah segar dimuntahkan dari mulut Lial. Sedangkan laki-laki gempal itu hanya memiliki goresan dangkal.

"R-Rhino. Cepat! Bantu kak Lial-"

"Tidak. Ingat rencana b," sanggah Rhino.

Clara yang panik segera mengingat rencana b. Namun tetap saja, jika terus seperti ini maka kak Lial ....

"Jangan khawatir. Ada dua petualang lain yang akan membantu di saat kritis. Lebih baik kita segera pergi."

Itu benar. Ada dua petualang lain yang baru pertama kali mereka temui. Namun pertanyaannya apakah mereka akan membantu?

"Clara ... Percayalah pada seniormu."

Menatap mata hitam besar Rhino, Clara akhirnya diyakinkan.

Setelah mengepak barang-barang, kedua sejoli itu secara sembunyi-sembunyi berjalan menuju pintu keluar. Namun,

"Kemana kalian akan pergi!"

Mereka ketahuan. Teriakan lelaki gemuk itu bagai gemuruh guntur. Dia mencoba untuk menyerang kedua sejoli tapi kembali disibukkan oleh Lial.

Tanpa banyak ba-bi-bu lagi Rhino langsung menggendong si gadis manis Clara layaknya barang bawaan menuju pintu keluar. Dari kejauhan masih terdengar bentrok antara Lial dengan pria gendut.

"Siapa sih orang itu?" tanya Clara, heran.

"Entah. Yang pasti dengan tingkat penguasaan level bumi seperti dirinya tidak mungkin hanya bandit biasa," jawab Rhino, muram.

"Level bumi, ya~, berarti sama kayak kak Pedro, dong." Clara mendesah berat. "Ngomong-ngomong, Rhino, bisa enggak posisi gendongnya yang benar."

"Sekarang bukan waktunya bercanda."

"Clara serius."

Namun Rhino tak menghiraukannya.

Dua sejoli itu dengan hati-hati menaiki lereng curam. Berlari menuju kedalaman hutan mengikuti tanda rahasia yang di buat oleh Pedro sebelumnya.

Apa itu rencana b?

Singkatnya adalah kabur ketika terjadi keadaan darurat seperti ini terjadi. Tujuannya adalah Benteng Kenzi, tiga kilometer dari Air Terjun Nagara. Di sana mereka akan aman. Atau begitulah harapannya. Bagaimanapun juga semua tergantung pada siapa yang sedang mereka lawan.

Sepertinya ini balasan untuk Clara atas kesombongannya sebelumnya. Kenapa sih Clara harus berharap sesuatu yang menarik terjadi?

Tapi bahkan jauh sebelum sampai ke tempat tujuan, mereka harus sekali lagi merubah rute pelarian.

Ada sebuah area bukaan dalam hutan dengan luas sekitar 400 meter. Dan di area itu dua kelompok sedang bersitegang.

Satu sisi adalah sekelompok pria garang dengan perlengkapan minim. Kelihatannya adalah bandit. Mengejutkannya, pemimpin kelompok bandit itu hampir setinggi dua meter dan mengenakan zirah hitam legam seluruh tubuh. Jujur saja, zirah itu terkesan terlalu mewah untuk ukuran bandit.

Sisi lainnya adalah lima orang yang tidak kalah sangarnya. Mereka mengenakan perlengkapan petualang standar.

"Bagaimana ini," ucap Clara dengan tenang, padahal hatinya dalam kepanikan.

"Tunggu dan lihat dulu."

Pihak bandit menggunakan keunggulan jumlah untuk menahan petualang. Ya, hanya menahan. Lima hingga enam bandit mengeroyok satu petualang tapi keunggulan mereka tidak pasti.

Para petualang itu kuatnya bukan main.

Meski begitu, sebenarnya yang sedang terdesak adalah pihak petualang.

Tiga orang petualang lain sedang melawan pria berzirah hitam dan dalam kondisi kritis. Jika bukan karena bantuan sesekali dari dua rekan mereka dari waktu ke waktu, mereka pasti sudah di bantai.

Walau keroconya lemah bos bandit itu luar biasa kuat. Sebagai perbandingan, jika keroco berada di level 1, maka pria gendut tadi adalah level 5, para petualang sendiri berada pada kisaran level 4, sedangkan pria berzirah ini berlevel 10.

Itulah penjelasan Pak Guru Rhino.

Sebuah tebasan datang dari kiri, tapi dengan mudah dihindari pria berzirah. Bos bandit itu membalas dengan tiga tusukan beruntun dengan setiap tusukan tampak cahaya biru pucat meletus dari senjatanya.

Petualang A—sebut saja begitu—tidak bisa memblokir apalagi menghindar. Tusukan pertama mengenai tepat pada sendi lengan kanan menyebabkan tangan kanannya terputus. Tusukan kedua menghancurkan pelindung dada hingga tulang rusuknya. Tusukan ketiga membuat lengan kirinya tidak berfungsi. Dengan kata lain, petualang A sudah K. O.

Petualang B mencoba menyerang dari belakang tapi pria berzirah melakukan putaran lingkaran penuh, membuatnya harus kembali mundur.

Pria berzirah segera mengejar tapi di intervensi petualang C.

Pria berzirah mengayunkan halbert-nya, mendorong mundur petualang C. Lalu segera berurusan dengan petualang B.

Saat itu, sebuah suara dentuman metalik terdengar. Pelakunya adalah petualang A yang seharusnya sudah lumpuh. Entah bagaimana luka-lukanya sudah pulih total. Walau tidak dapat sepenuhnya menembus zirah bos bandit setidaknya ia berhasil membuat lubang pada zirahnya.

Clara yang menyaksikan dari samping merasakan emosi berkecamuk di hatinya. Sebagian adalah gelisah, takut, dan panik. Namun yang paling dominan adalah semangat dan antisipasi.

Bagaimanapun, saat ini dia sedang menyaksikan pertarungan epik yang biasanya hanya bisa dia baca di dalam buku cerita.

Sayangnya entah itu Rhino ataupun Clara terlalu lemah untuk berpartisipasi.

"Mereka semua terlalu kuat ...."

Sekali lagi Clara menyesal mengharapkan kejadian menarik terjadi saat berpetualang.