Di balik gerbang utara kota Denia terdapat jurang besar yang memisahkan wilayah utara dan selatan benua. Hingga kini belum ada yang dapat memastikan seberapa dalam maupun ada apa di dalam jurang itu.
Lebih jauh menuju utara adalah tanah liar yang sudah di tinggalkan oleh manusia tiga ratus tahun silam. Kini dihuni oleh monster-monster ganas.
Selama ratusan tahun kaisar dari berbagai generasi sudah memimpin umat manusia untuk merebut kembali wilayah ini, namun kemajuannya sangat lambat.
Hingga saat ini, wilayah yang sudah berhasil di ambil kembali dan layak huni baru sejauh Kota Sunyi, sekitar 1200 kilometer dari Kota Denia.
Sedangkan benteng terjauh milik kekaisaran berjarak sekitar 4000 kilometer dari Kota Denia.
Jarak ini sangat jauh bahkan tidak mencapai setengah dari wilayah utara.
Tak ayal wilayah utara menjadi favorit bagi para kriminal untuk melarikan diri. Itulah sebabnya pengamanan di gerbang utara sangat ketat.
Cara lainnya adalah dengan melompati jurang secara langsung. Tentu saja cara ini hampir mustahil dilakukan mengingat properti khusus dari Abyss.
Cara lainnya adalah dengan melewati Lembah Naga. Kesampingkan juga hal ini.
Kesimpulannya, walau menyerang Kota Denia terdengar gila dan tidak masuk akal, kenyataannya pilihan ini adalah yang paling mungkin dilakukan. Tentu saja hampir semua kriminal melakukannya secara diam-diam atau melalui jalan belakang.
Setiap hari terasa berat bagi prajurit yang bertugas menjaga gerbang utara. Namun dua hari ini terasa jauh lebih berat lagi. Kemungkinan besar semua ini akan berlanjut sampai beberapa minggu ke depan.
Saat ini dua orang penjaga sedang menanyakan berbagai macam hal kepada empunya kereta sementara dua lainnya memeriksa barang di dalamnya.
Thimoty mau tak mau menghela napas.
Dia yang seharusnya menikmati bonus cuti pengantin baru dan berbulan madu mesra bersama istrinya kini harus rela menunda dan sangat mungkin membatalkan rencananya.
Semua ini dimulai dengan sebuah laporan yang membuat semua orang yang mendengarnya gempar, terutama penjaga kota.
Penjahat paling dicari kekaisaran, Dalang dari insiden Bizantium, Hymne Blackjack, dikabarkan bersembunyi di kota ini dan sedang mencari cara untuk pergi ke wilayah utara.
Jika situasi terburuk terjadi, para penjaga sangat mungkin dijadikan kambing hitam oleh eselon atas. Itulah sebabnya mereka dengan panik menyisir seluruh kota berkali-kali. Namun hasilnya tetap nihil.
Bahkan Tuan Darton, seseorang yang sangat dikagumi Thimoty, sampai harus turun ke jalanan. Ini hanya menunjukkan betapa gentingnya situasi saat ini.
Kontradiksi katamu?
Masalah sudah selesai dua hari yang lalu?
Yah ....
Sebenarnya tanpa sengaja Thimoty mendengar rahasia yang seharusnya tidak diketahui seorang penjaga belaka.
Ok. Ok.
Sebenarnya istrinya yang memberitahunya masalah ini walau ia sudah mati-matian menolak mendengarnya.
Rahasia bahwa buronan yang di maksud oleh surat itu, dalang di balik insiden dua harj yang lalu masih belum di tangkap dan keberadaannya tidak diketahui.
"Bagaimana?" tanya Thimoty.
"Tidak ada masalah. Semua barangnya sesuai," jawab teman sejawatnya, Titti.
"Kalau begitu aku akan pergi melapor. Kalian periksalah lagi untuk berjaga-jaga." ucap Tenor.
"Ya, ya." balas Titti, acuh tak acuh.
"Ya Tuhan. Apa kita harus terus seperti ini selama hari-hari kedepannya?" keluh penjaga bernama Gula. "Tidakkah menurutmu ini sangat menyebalkan, Tuan Pengantin Baru?"
"Ya, ini menyebalkan. Jadi berhentilah mengeluh dan cepat kerjakan tugasmu."
"Kami sudah memeriksanya dan tidak menemukan sesuatu yang salah. Haa. Belum siang tapi sudah panas. Tidak bisakah penjahat itu datang di musim hujan."
"Ya, ya."
Gula memang suka mengeluh sehingga orang yang mengenalnya akan kebal setelah beberapa saat bersama.
"Pak Pedagang, kau tidak membawa hal-hal aneh, kan?"
"Tidak, tidak. Tentu saja tidak. Memangnya kau pikir aku ini siapa? Sepuluh dari sepuluh orang yang mengenalku menyebutku sebagai pedagang jujur."
"Seperti itulah. Jadi kita tidak perlu khawatir."
Thimoty sekali lagi menghela napas menyaksikan tingkah konyol kawannya itu.
Jika semua penjahat bersikap jujur maka penjara pasti sudah kepenuhan.
Setelah beberapa saat, Tenor kembali dengan seorang wanita berpakaian eksentrik.
"Kalau tidak salah namanya Rumia, seorang petualang," ingat Thimoty.
Wanita itu tanpa banyak cakap merapalkan mantranya secara singkat, setelahnya ia tersenyum. Firasat Thimoty tidak enak.
"Tidak ada yang salah," ucapnya.
"Kalau begitu aku boleh pergi, kan? Jadwalku lumayan padat kali ini," tanya pedagang itu.
"Tentu. Tentu saja tidak."
"Huh?"
"Tuan penjaga yang dari tadi mengeluh, bawa dia ke dalam untuk diintrogasi lebih lanjut."
Gula bergegas menangkapnya. Tidak diragukan lagi pedagang itu akan memberontak, meneriakkan ketidakadilan yang dialaminya.
"Apa maksudnya ini! Bukankah kau bilang tidak ada yang salah!"
"Yah. Tidak ada yang salah, sih. Kecuali bekas-bekas penggunaan sihir di dalam keretamu, memang tidak ada yang salah," jawab si Penyihir.
"... Apa?"
Si Pedagang kelihatan sangat kebingungan. Penjaga lain juga sama bingungnya. Setelah beberapa saat Gula berhasil mengikat si pedagang yang memberontak.
"Bukankah kau mengaku tidak bisa menggunakan sihir? Tapi anehnya aku merasakan jejak penggunaan sihir tingkat dua di keretamu. Selain itu, jenis sihir yang digunakan juga sangat mencurigakan."
"Tu-tunggu. Sihir, sihir apa?"
"Pak penjaga. Silahkan."
Tanpa penundaan lebih lanjut Gula menyeretnya ke dalam ruang interogasi.
Merasa tidak nyaman, Thimoty bertanya pada si Penyihir.
"Nona Rumia, sebenarnya apa maksudmu?"
"Fufu. Hanya samar sih, tapi aku menemukan adanya jejak penggunaan sihir. Aku juga tidak terlalu yakin, sih. Ya, Sebut saja intuisi wanita," jelas Rumia. "Lebih baik dari pada menyesal kemudian, kan?"
Thimoty menggelengkan kepalanya dengan lemah. Memang benar sih perkataannya. Tapi tetap saja ....
Mungkin menyadari kekhawatiran Timothy si penyihir menghiburnya,
"Jangan khawatir! Intuisiku jarang salah ... Biasanya, sih gitu."
Yang malah menambah kekhawatiran Thimoty.
"Elaine oh Elaine. Kemarilah dan biarkan pria malang ini memelukmu," keluh Thimothy dalam hati.
Mentari hampir berada pada puncaknya menyebabkan suhu semakin tinggi.
Dan saat ini Timothy dapat melihat dengan jelas keringat yang berjatuhan bak air terjun dari wajah rekan-rekannya. Sepertinya kondisi tubuhnya juga tidak jauh berbeda. Dia bahkan mulai mendengar gumaman yang lebih mirip doa dari teman-temannya itu,
"Semoga hanya potongan gaji."
"semoga potongan gajinya tidak banyak."
Dengan tuan Darton yang mengambil alih secara langsung, interogasi berjalan dengan sangat lancar. Tidak butuh waktu lama untuk mengorek berbagai macam informasi dari si Pedagang.
Kereta dagang dibongkar untuk mencari barang bukti. Dari sana ditemukan berbagai macam barang selundupan dan bahkan seorang anak kecil.
Dengan adanya bukti sejelas itu si Pedagang segera menumpahkan segalanya. Namun dia tetap bersikukuh kalau ia tidak pernah ingat menyelundupkan manusia.
Dengan kata lain, tidak ada yang salah dengan rencana Clara.
Dia hanya memilih orang yang salah di waktu yang salah.
Sisi baiknya, berkat dirinya seorang penyelundup berhasil di tangkap.
Grand Scheme Clara ft. Raph,
berakhir dengan kegagalan.