Di hari lain sehabis latihan fisik, Raph memulai kuliah lainnya.
"Pembelajaran hari ini mungkin agak rumit, tapi, Clara~, apa kau tidak penasaran tentang rahasia kekuatan orang-orang dalam legenda?"
"Rahasia kekuatan?" Hanya dengan beberapa patah kata Raph berhasil mengguncang minat Clara.
"Benar. Ya~ Contohnya Mente Gladio, salah satu petualang legendaris yang konon mampu membelah apapun dengan pedangnya. Atau tentang Rosella yang dikatakan memiliki jumlah mana tak terbatas. Bukankah kau penasaran rahasia mereka?"
Clara mengangguk bersemangat.
"Oh ya~. Ngomong-ngomong, sepertinya kau punya hubungan darah dengan Rosella."
"Tunggu, apa?"
"Jadi rahasia mereka-"
"Bentar, bentar. Clara dan Rosella tadi apa?"
"Kesampingkan itu dulu. Ya~ jika kau ingin tahu maka berpetualanglah dan cari tahu sendiri."
Wajah Clara saat ini seperti iblis yang ingin melakukan pembantaian, tapi Raph sama sekali tidak peduli.
Raph melanjutkan, "Ya~, itu karena mereka mempunyai kuasa Tuhan, otoritas ... Dengarkan dengan baik ya~ atau kau akan menyesal.
"Setelah runtuhnya surga akibat serangan iblis-iblis laknat, otoritas Tuhan tersebar ke seluruh dunia. Ketahuilah bahwa otoritas itu bersifat mutlak. Jika otoritas mendikte 'potong' maka ya~ semua akan terpotong. Otoritas hanya bisa dilawan oleh otoritas lainnya."
"Kalau begitu, jika ada otoritas 'keabadian' maka ...."
Bahkan tanpa menyelesaikan kalimatnya, hanya dengan melihat reaksi Raph, Clara sudah mengerti jawabannya.
"Otoritas mencakup semua hal, karena pada dasarnya Tuhan itu Maha segalanya. Artinya, ada juga otoritas yang dapat menyembuhkan penyakitmu."
Hatinya berdebar kencang. Clara menyadari Raph telah memberikannya sebuah harapan lain untuk hidup.
"Otoritas, ya ...."
"Namun! Mendapat otoritas itu mengandalkan takdir dan keberuntungan. Beberapa orang lahir dengan otoritas. Beberapa lainnya tidak dapat menjangkaunya walau telah mencurahkan seluruh waktu dan usaha. Beberapa lainnya bahkan tidak mengetahui keberadaan otoritas."
Cahaya di mata Clara kembali padam. Dia kembali mulai membenci makhluk aneh ini karena terus memainkan perasaannya.
"Apa tidak ada cara pasti mendapatkan otoritas?" tanya Clara, kesal.
"Sayangnya ya~ tidak ada yang instan di dunia ini, kecuali mi instan tentunya," jawab Raph sambil menggelengkan kepalanya.
"Tapi! Ya~ jika kau terus berlatih dan memurnikan tubuhmu, melepaskan batas-batas manusia biasa, ada kesempatan bagus untuk mendapatkan otoritas. Walau dapatnya random, sih," Lanjutnya.
Setelah mendengarkan sampai titik ini, Clara menundukkan kepalanya dan merenung. Walau sulit dan mengandalkan keberuntungan, masih ada kesempatan dan layak dicoba.
Lagi pula tidak masalah jika gagal. Toh tidak ada ruginya untuk melatih tubuh.
"Tapi! Ada cara lain dan kali ini ya~ 100 persen pasti dapat. Hanya saja otoritas ini tidak bisa menyembuhkan penyakitmu."
Clara sekali lagi menjadi tertarik.
"Ingat paket komplit petualang yang kutawarkan padamu tempo hari? Jika kau setuju menjadi petualang aku akan memberimu cheat protagonis. Yang kumaksud adalah otoritas," jelas Raph.
"Otoritas ini sangat spesial dan butuh tiga persyaratan spesifik saat memilih pengguna," lanjutnya. "Pertama, seseorang harus memiliki latar belakang yang menarik. Kau sudah memenuhi syarat ini. Kedua, seseorang harus memiliki tujuan yang jelas. Aku sudah memberimu sebuah tujuan, jadi tidak masalah.
"Lalu ketiga, seseorang harus memiliki karakteristik unik, dan kau secara tidak langsung sudah meniru karakterku yang menjengkelkan. Jadi persyaratan ketiga juga oke. Hanya saja ya~ jika kau menerima otoritas pemberianku maka peluang mendapat otoritasmu sendiri di masa mendatang akan mendekati nol. Gimana, tertarik?"
"Um!"
Mata Clara berkilauan. Ia mengangguk dengan semangat.
Walau tidak bisa menyembuhkannya, jika dibanding peluang tidak pasti di masa depan akan lebih baik menerima tawaran Raph.
Selain itu otoritas Raph ini sepertinya sangat kuat. Atau itulah yang Clara coba percayai.
"Oke. Seperti namanya, ini adalah cheat protagonis. Tidak mati bahkan setelah kehilangan banyak darah. Selalu mengalami pertemuan kebetulan. Otoritas ini juga mampu membantumu melewati setiap kesulitan. Lebih kuat dari zirah apapun, lebih keras dari tameng manapun, namanya adalah 'plot armor!'"
Hari itu, untuk pertama kali dalam hidupnya, Clara mengalami apa yang disebut penipuan dan api kebenciannya yang kuat membara dalam dirinya mungkin dapat membakar seluruh kekaisaran.
Setelah penjelasan berlebih seperti itu tentu siapa pun akan sangat bersemangat dan Clara langsung menerima tawaran Raph.
Namun,
"Yup. Sudah selesai. Tapi ya~ karena keterbatasan dari pengguna saat ini kau bahkan tidak akan mampu mengeluarkan satu persen dari kemampuan aslinya."
Clara tidak terlalu kecewa. Tapi dia sedikit ragu karena tidak merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ia bertanya dengan penuh harap, "Jadi apa kekuatannya?"
"Saat ini ya~ hanya ada beberapa ketrampilan yang terbuka. Seperti jumlah darahmu akan lebih banyak dari kebanyakan orang."
"Lalu?"
"Lalu. Author dan beberapa orang lain akan dapat mengawasimu."
"Apa ...?"
"Tentu tidak setiap hari. Hanya beberapa adegan penting saja-"
"Maksudnya Clara bakal diawasin gitu! Jijik banget! Siapa pula author itu."
"Nah. Bahkan tanpa otoritas ini kau masih akan diawasi jadi sebenarnya ya~ tidak ada bedanya," ujar Raph, tidak peduli.
"Serius ya~ author itu siapa!"
"Author ya~ author. Kesampingkan itu. Kemampuan lainnya ya~ untuk beberapa kesempatan kau tidak perlu buang air selama berhari-hari tapi masih baik-baik saja-"
Sudut mata Clara berkedut, tapi dia mencoba sekuat tenaga untuk menahan kemarahannya.
"-Tidak mandi tapi tetap wangi. Terkadang ya~ kau akan mendapat mimpi-mimpi aneh seperti kilas balik bahkan pada saat bertarung. Lalu ... O-oi! Sa-sakit. Lepaskan!"
Clara yang tidak dapat mengendalikan kemarahannya lagi menerjang ke arah Raph lalu mencekik makhluk aneh itu.
"Otoritas macam apa ini!"
"Tu-tunggu. Aku masih belum selesai. Biarkan aku melanjutkan."
Clara sedikit melonggarkan cengkeraman tangannya lalu menatap Raph dengan tajam.
"Lanjutkan ...."
Raph agak merinding, tapi melanjutkannya dengan ceria. "Yang ini ya~ favoritku! Dengarkan. Otoritas ini memberimu ketrampilan unik bernama 'break 4th wall!' Dengan ini kau bisa mengeluarkan komentar-komentar bodoh dan tidak ada satu pun yang akan mengerti apa yang kau katakan ... Sa-sakit!"
"Ampas!"
Clara sangat ingin mencekik kelinci ini sampai mati lalu memanggang dan menyantapnya sebagai lauk makan malam.
Setelah pergulatan intens, Raph berhasil kabur dan saat ini sedang singgah di langit-langit rumah, menghindari kemarahan Clara. Ia berdiri seperti kelelawar, sama sekali mengabaikan gravitasi.
"Turunlah Raph! Pak Newton akan nangis jika melihatmu seperti itu ... Huh ...?"
"Lihat! Menyenangkan, bukan, break 4th wall."
Gertakan gigi Clara sangat kuat sampai menggema melalui seisi rumah. Tanpa ia sadari Clara sudah terpengaruh oleh kebodohan makhluk aneh ini. Dia bersumpah untuk tidak akan menggunakan break apalah namanya itu lagi.
"Break 4th wall."
"Jangan ngintip pikiran Clara!"
Setelah konfrontasi menatap selama beberapa waktu akhirnya Raph turun dan menyerahkan dirinya.
"Ehehehe. Jangan marah. Aku Cuma bercanda," ucap Raph, tulus.
"Tadi itu Cuma bohongan?"
"Enggak ya~ tadi beneran."
Singa yang lapar itu langsung menerkam Raph ke lantai.
"Bentar, bentar. Yang kusebutkan tadi ya~ cuma ketrampilan sampingan untuk senang-senang. Lagi pula ya~ dengan kemampuanmu saat ini akan sulit mengaktifkan ketrampilan asli otoritas ini."
Clara mendesah, lalu memberikan temannya itu kesempatan terakhir.
"Ini ketrampilan asli yang hanya bisa kau aktifkan saat ini. Namanya 'bimbingan takdir.' Sebagai anak emas, takdir akan selalu berada di sisimu untuk menyelesaikan masalah yang kau hadapi. Kau mungkin akan menghadapi banyak cobaan. Tapi ketahuilah, hadiahnya akan selalu sepadan dengan cobaan yang kau alami."
Clara termenung memikirkan perkataan Raph. Jika hal ini benar, maka ketrampilan ini memang luar biasa. Mereka yang berdiri di puncak dunia bukanlah orang paling kuat, atau pun paling cerdas, maupun paling berbakat, tetapi mereka dengan keberuntungan menentang surga.
"Ini cuma salah satu keterampilannya," lanjut Raph. "Jika kau cukup kuat keterampilan lainnya akan bangkit dengan sendirinya."
Clara mendesah keras lalu berbaring di atas sofa. Meladeni makhluk aneh ini sangat menghabiskan energinya yang berharga.
Raph bangun lalu hanya dengan jentikkan jari bulu-bulu putihnya yang kotor dan kumal kembali seperti sedia kala. Di sisi lain Clara menatapnya dengan iri.
"Hey, Raph, kapan kau akan mengajariku sihir itu?"
"Tidak akan kuajari ya~. Kau bisa belajar sihir sendiri lewat buku-buku dan makalah penelitian ayahmu," jawab Raph, lelah. "Aku akan pergi ya~ selama beberapa hari. Kau tidak kesepian, kan?" tanya Raph, usil.
"Cepat kembali ... Clara kesepian," balas Clara, lemah.
"Huh ...."
Namun ia tidak berharap jawaban seperti itu akan datang dari Clara. Gadis itu biasanya agak energik dan tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Ini hanya menunjukkan keadaan mentalnya yang memang tidak stabil.
"Iya. Aku akan cepat kembali."
Saat berada di ambang pintu, Raph sepertinya mengingat sesuatu lalu berbalik.
Dengan suara serius dia mengingatkan Clara, "Oh, ya~, aku lupa memberitahumu sebuah kelemahan fatal dari otoritas ini. Dengan kekuatan ini kau akan menjadi protagonis seperti dalam cerita. Namun, tidak semua protagonis memiliki kehidupan manis dan akhir bahagia. Ingatlah ini baik-baik dan hindari bad end."