"Bakar rumah ini!!!"
"Aib keluarga disembunyikan oleh saudara sendirinbakar!" jerit semua warga sambil mulai mengelilingi rumah Ello disiram minyak tanah diseluruh bangunan rumah itu untuk siap di bakar.
"Bapak saya mohon anak saya tidak bersalah. Kami tidak menyembunyikan ini kami baru tahu tadi hiks..." Siska menangis memohon dengan air mata dibawah kaki salah satu pemimpin warga yang membuat aturan itu.
"Lalu mengapa tadi kamu bilang pada kami anakmu tidak hamil? Bukankan itu sebuah penepiun!? Bawa Seli ke dalam rumah ini!? Yang lain cari Ello sampai ketemu jangan biar Dia lolos!? Gadis aib kampung itu melarikan diri di hutan," perintah pimpinan itu dengan tegas setelah mereka selesai menyirami minyak tanah mengelilingi rumah Siska.
Tanpa menunggu lagi Seli pun dibawa paksa oleh para warga untuk dibakar hidup-hidup bersama rumah mereka. Seli memohon minta ampun dan tidak mau namun, tetap saja para warga yang tidak peduli dengan tangisan Seli tetap membawanya pergi menuju rumah yang sebentar lagi akan dibakar. Siska yang sudah tidak tahu cara apa yg harus ia lakukan akhirnya menghentikan para warga dengan dirinya yang mengantikan posisi Seli.
"Hentikan!!!"
Teriak Siska dengan nada tinggi ditengah-tengah perdebatan Seli dengan para warga yang ingin membawanya itu. Warga yang mendengar suara nada tinggi dan keras Siska menghentikan aksi mereka dan semuanya berbalik fokus pada Siska.
"Bebaskan putri aku! Dia tidak bersalah aku yang bersalah karena menyembunyikan semuanya..."
"Ibu apa yang kamu maksud?" tanya Seli memotong ucapan Siska.
"Biarkan aku yang menganti posisi putri aku di sana dan aku mohon bebaskan anak aku!" seru Siska menatap dingin semua warga yang serius menatapnya tidak peduli dengan pertanyaan Seli padanya.
"Ibu!" lirih Seli tidak percaya dengan keputusa Siska air mata terus berjatuhan dari matanya tanpa henti.
"Tidak ini salah aku! Ibuku tidak bers..." ucapan Seli kembali dicela Siska.
"DIAM!!!"
Jerit Siska menatap Seli dengan sorot mata menakutkan.
"Ini salah aku! Bakar saja aku! Tapi bebaskan putriku Dia tidak bersalah," papar Siska menatap semua warga yang berdiri melihatnya dengan serius.
"Baiklah Kami setuju. Lepaskan dia dan tangkap Siska!" Perintah pimpinan warga pada warga yang lainya.
"Tidak. Tidak... hiks...!" tangis Seli.
"Jangan lakukan itu! Hiks... ibuku tidak bersalah... hentikan ini! Biarkan aku saja. Tidak! hiks... aku mohon... pak," mohon Seli menangis mengatup kedua tanganya sambil bersujud dengan air mata membasahi kedua tanganya dibawah kaki pimpinan warga itu.
"Ibuku tidak bersalah aku yang salah... hiks..." Seli terus menangis memohon pada para warga baik laki mau pun perempuan tua atau muda untuk membantu melepaskan ibunya. Namun, semua orang yang ada di sana tidak mendengarkan atau melihat tangis Seli mereka semua sama sekali tidak peduli dengan ucapan Seli mereka malah tertawa dengan bahagia.
"IBU! TIDAK!!!"
Jerit Seli dengan tangis keras sambil berlari menghampiri ibunya yang sebentar lagi akan dibawa masuk ke dalam rumah mereka yang siap dibakar. Seli memeluk Siska dengan erat dan menumpahkan semua tangisannya di sana setelah berpelukan beberarak detik ibu dan anak itu saling melepskan pelukan walau Seli masih memegang kuat tangan sang mama.
"Jangan menangis. Sekarang kamu tahu bukan betapa sayangnya ibu sama kamu, Degarkan ibu baik-baik mungkin ini akhir ibu tapi tidak bagimu, mulai sekarang balaskan dendam kematian ibu yang tidak sewajar ini! hem..." papar Siska saat menyentuh wajah Seli menghapus air mata putrinya itu dimana Seli yang menangis dengan sangat dalam sejadi mungkin di hadapanya itu.
"Bawa dia! Tunggu apa lagi kalian!" perintah warga.
"Tidak... ibu... hiks... Aku mohon.... aahhh... hiks... ibu...." tangis Seli sambil berlutut melemah di atas tumpuan tanah sebagai alas kakinya dengan tangisan dan air mata yang terus mengalir tiada hentinya.
Prukkk....
Rumah sudah terbakar bersama Siska di sana ketia satu pemantik yang dinyalakan oleh seorang warga dalam sekejap bom si jago merah membakar habis bangunan rumah Ello.
"IBU!!!"
Jerit Seli menangis dengan sejadi-jadinya sambil menidurkan kepalanya ke tanah dengan emosional yang tidak bisa dijelaskan lagi.
****
Suara Seli bagaikan pengantar lewat angin-angin pohon menemui seseorang Gadis yang saat ini sedang berlari dan berlari terus menerus dengan sangat keras tanpa hentinya. Suara nafasnya yang tersengal-sengal memenuhi seisi hutan saat itu, Dia adalah Ello.
Gadis itu menghentikan langkahan larianya saat mendengar suara teriakan seseorang dengan tangisan sengukanya di dalam hutan dimana suara itu tidak asing bagi Gadis itu yang secara tiba-tiba menghampirinya sebagai pertanda buruk.
"Ibu!" sebutan nama dari suara Ello saat mendengar suara tangisan sang adik.
"Ibu..." lirih Ello.
Yang ingin memutar tubuhnya pergi melihat kondisi sang adik dan Ibunya namun, saat niat itu ingin dilakukan Ello ia kembali menghentikan kakinya saat melihat semua warga dengan obor api menyala di tangan yang sudah mulai memasuki hutan sambil mencari-cari keberadaan Ello dengan obor api itu sebagai penunjuk arah.
Gadis itu pun menghentikan langkahan kaki dan mengurungkan niatnya lalu, Ello berlari kembali dengan sekeras dan sebisa mungkin untuk menjauh dari pencarian warga. Ello berlari dengan tatapan kosongnya dan tatapan dinginya dengan banyak pikiran dikepala akan keadaan adik dan ibunya saat ini hingga pikiran yang tidak fokus pada jalanan hitan akhirnya kaki Ello tidak sengaja tersandung dibatu dan jatuh dengan keras dibawah sana.
Brukkk...
Tubuh Ello jatuh menimpal tanah diatas tumpuan daunan kering. Nafas Ello yang ngos-ngossan kembali memenuhi seisi hutan.
Dari suara nafas itulah yang membuat salah satu warga mendengarnya. Warga itu memutar tubuhnya melihat ke arah Selatan dan ia berjalan pelan walau dirinya dengan diri Ello masih cukup jauh namun, nafas ngos-ngosan Ello di hutan belantara yang sepi itu memenuhi hutan.
"Aku menemuka dia. Dia sedang berlari menuju jalanan kota!!!" teriak warga itu dengan suara yang keras.
Mendengar teriakan teman merek itu warga yang lain segera berlari dan membagi tugas ada yang ke arah utara dan ada yang ke selatan, arah barat dan timur kini seluruh hutan sudah dikuasai dan dikelilingi warga setempat Ello yang mendengar teriakan warga itu segera bangkit kembali dan bangun lalu berlari dengan sekencang mungkin.
"Itu dia! Tangkap dia! Cepat!"
"Jangan sampai dia lolos! pastikan untuk menangkapnya!" perintah ketua rombongan itu pada para anggotanya yang sudah berlari mengejar Ello.
"Hei mau ke mana kamu sampah!? berhenti disana!?" teriak seseorang warga yang sudah mendekati Ello.
Tuhan tolonglah aku... aku mohon... selamatkan aku... batin Ello yang masih terus berlari hingga dua sendal yang ia pakai putus dari kakinya di tengah hutan.
Ello yang saat itu berlari dengan kencang akhirnya ia tiba di penghunjung jalan menuju jalanan yang akan masuk ke jalan besar kota. Namun, saat ia ingin berlari lagi tiba-tiba tiga warga sudah ada dibelakangnya dan mengepung gadis malang itu. Ello yang ketakutan mencoba menghindar untuk berlari kembali tapi, lenganya sudah dicekal kuat oleh salah satu dari mereka.
Dan saat yang bersamaan mobil Taehyung sedang melewati jalanan itu namun, sayang Taehyung hanya sekedar lewat saja seperti mobil pada umumnya.
"Lepaskan aku! Apa yang ingin kalian lakukan!?" tanya Ello dengan nada dingin tetap tenang dan tatapanya yang sangat dingin tidak ada rasa takut sedikit pun dari sorotan matanya walau dalam dirinya ketakutan layaknya Gadis muda lain ada.
"Kami ingin membawamu pergi ke warga yang lain. Namun, sebelum itu haruskah kita nikmati tubuhnya dulu," ucap salah satu dari ketiga pria itu sambil melirik ke kedua temanya.
"Apa?"
"Maksudmu?" tanya Ello yang mulai ketakutan terpancar dari matanya.
Mereka yang mendengar ucapan Ello menghiraukanya lalu saling memberi kode mata satu sama lain, ketiga pria itu pun membawa paksa Ello ke dalam hutan yang gelap jauh dari jalanan saat Ello berteriak meminta tolong salah satu pria menondongkan sebilah pisau di lehernya. Yang membuat Ello kaget namun, gadis itu tidak peduli dengan ancaman itu ia kembali berteriak dalam sekejap lehernya sudah luka mengeluaran darah karena tergores pisau tersebut..
Karena tidak berani melukai Ello salah satu dari mereka membuka baju yang ia kenakan digulunglah baju itu memanjang dan dimasukan ke dalam mulut Elllo agar ia tidak mengeluarkan suara setelah itu mereka memopong tubuh Ello kembali dalam hutan sesampai di tempat yang sepi pinggiran sungai dengan nafsu mereka memaksa membuka pakaian yang dikenakan Ello. Gadis itu berusaha melawan tetap saja ia tidak bisa melawan kekuatan para pria bejat itu.
Hujan yang besar mengguyur tubuh Ello hingga basah kuyup. Lalu rambutnya yg lurus basah dengan sangat basah membuat kecantikan Ello bersinar walau bibir dan wajahya masih pucat.
"Kita akan bergiliran ya!" ucap salah satu dari ketiga pria itu yang mulai menelusuri tubuh Ello yang mulus dengan tanganya bermain di dua gunung kembar Ello. Namun, Ello masih berusaha melawan tapi tetap saja kekuatan pria itu lebih kuat dibandingkan Ello.
"Jangan kasar sayang. Aku akan bermain halus jika kamu nurut," ucap pria itu berbisik dengan penuh nafsu di daun telinga Ello lalu bibirnya kembali menelusuri leher jenjang Ello.
Bersambung.