"Siapa kalian beraninya menguping di pintu kamar tuan muda?" tanya sekertaris Kim saat melihat para pelayan yang berkerumun di depan pintu kamar Taehyung.
"Maafkan kami nona Kim, tadi kami mendengar tuan muda meminta tolong makanya kami takut terjadi sesuatu atau hal buruk kenapa-kenapa dengan tuan muda," jelas pelayan yang satu dengan ketakutan.
Sepertinya kecanduan tuan mulai lagi seperti biasanya. Untung aku datang cepat bagaimana jika para pelayan itu melihat yang sebenarnya terjadi pada tuan muda, batin sertaris Kim yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Kim Taehyung.
"Tetap saja apa yang kalian lakukan ini salah! Bubar dari sana sekarang juga!"
teriak sekertaris Kim dengan nada tinggi dan tegas sambil melotot kedua matanya yang membuat para pelayan itu ketakutan dan berlari menuruni anakan tangga satu persatu menuju lantai satu.
Setelah mengusir semua pelayan pergi akhirnya sekertaris Kim secepatnya melagkah ke depan pintu Kim Taehyung lalu, mengetuk pintu kamar Taehyung. Karena tidak mendapat respon sekertaris Kim secepatnya membuka pintu yang dikunci oleh Taehyung dari dalam dengan kunci cadangan yang dimiliknya. Sekertaris Kim memang memiliki kunci cadangan kamar Kim Tarhyung sejak ia mengetahui bahwa tuan mudanya itu mengunakan obat terlarang.
Kamar yang sangat luas itu penuh kehancuran dengan perabotan kamar, Lukisan dan pajangan di kamar Taehyung semuanya hancur berantakan walau pun ruang kamarnya gelap karena lampu kamar dimatikan oleh Taehyung wanita paru baya itu masih bisa melihat kehancuran di kamar Taehyung ketika ia yang sudah masuk dan berdiri di dalam kamar Kim Taehyung yang sangat luas itu.
"Tuan muda! Di mana kamu!?" tanya sekertaris Kim yang tidak melihat Taehyung ada di kamarnya.
"Tolong aku! Aku tidak ingin semakin masuk ke dalam kelamnya narkoba! Kenapa dia membuat aku frustas!? Ingin memakanya terus menerus!? Tolong aku!?hiks..." tangis Taehyung dengan ketakutan saat ia yang baru saja habis kembali mengonsumsi nikotin lagi setelah tadi ia hampir dibuat gila karena ia tidak bisa menemukan obat tersebut.
Taehyung yang ketakutan dan bersembunyi dengan kecemasan dan tangisan seperti anak kecil di pojokan kamar dengan kegelapan dan kekelaman dalam dirinya. Ia menangis terus menerus seperti anak kecil, pada hal aslinya jika sadar dalam normal seperti biasanya Taehyung bersikap layaknya pria dingin, sombonh, mandiri, tegas dan berwibawa. Namun, jika malam hari saat kesakitan akaj kecanduannya datang kembali maka, dia akan kesakitan sendiri, menangis sendiri dalam kamar dengan kegelapan di sana.
"Tuan muda kemarilah aku obati dirimu! Tangan dan wajahmu terluka itu berbahaya untuk dirimu tuan muda," ucap sekertaris Kim saat dia tiba di hadapan Kim Taehyung.
Taehyung yang menangis dengan ketukatan dan tanganya yang gementaran, jari-jemari lentiknya bergetar gelisah dimana kedua tanganya langsung memeluk kedua lutut kaki sekertaris Kim.
"Tolong aku! Bawa aku keluar dari sini! Aku ingin kembali normal ini sangat menyiksa," seru Taehyung memohon di bawa kaki sekertaris Kim dengan air mata seperti layaknya seorang pelayan pada hal ia adalah bos besar diperusahaanya.
Sekertaris Kim yang melihat sikap Taehyung kembali membungkukan tubuhnya untuk memeluk Taehyung, Wanita paru baya itu memang sangat menyangi Kim Taehyung layaknya anak kandungnya sendiri dan mengangap Tarhyung adalah anak kandung karena ia sudah merawatnya sejak masih bayi.
"Kemarilah Tuan! Aku obati lukamu, hem!" tawar sekertaris Kim saat melepaskan pelukanya pada Taehyung.
Pria tampan yang ada di bawah sana menuruti ucapan sekertarisnya bagaikan anak yang kecil yang mendapatkan hadiah setelah dimarahi, Kim Taehyung bangkit berdiri melangkah dengan kaki tertatih-tatih kesakitan di bagian lututnya untuk segera mendekat ke kasur kamarnya yang sangat luas itu seperti luasya satu ruang tamu. Sedangkan sekertaris Kim mengambil kotak P3K untuk mengobati luka-luka yang ada di tangan dan wajah Kim Taehyung.
Saat sekertaris Kim yang datang sambil membawa kotak obat P3K untuk segera mengiobati luka Taehyung namun, entah mengapa sikap Taehyung yang tadi ketakutan kini kembali normal seperti biasa.
"Simpan saja kotak obat itu di sini! Biar aku yang mengobatinya sendiri!" perintah Taehyung dengan nada dinginnya sambil menatap dingin sekertaris Kim.
" Tidak apa-apa tuan muda. Biarkan aku saja yang mengobatinya tuan muda hanya perlu istrahat saja," jawab sekertaris Kim menolak perintah Taehyung saat ia yang berdiri di hadapan Taehyung sambil memegang kotak obat P3K di tangan.
Taehyung yang mendengar ucapan sekertaris Kim mendengus kesal mengangkat wajahnya yang dingin dengan tatapan emosi sambil menatap wajah sekertaris Kim yang sedang menundukan kepalanya ke bawah sebagai rasa hormat ketika Taehyung menatapnya dingin.
"Berani sekali kamu! Membantah perintah aku pergilah! aku bisa obati luka aku sendiri dan aku tidak suka mendongkak kepala leherku sakit!" ketus Taehyung emosi dengan kekesalan jelas di wajahnya menatap dingin sekertaris Kim.
Sifat Taehyung memang selalu berubah-ubah stiap kali hormon otak alam bawa sadarnya kembali maka, ia akan bersikap sangat dingin dan kaku. Namun, jika alam pikiran otak alam bawa sadarnya dipengaruhi oleh obat terlarang itu maka, ia akan melakukan hal yang sangat berbahaya pada dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya tanpa sadar.
"Tapi tuan muda..." tolak sekertaris Kim yang mulai duduk disofa yang ada di kamar Taehyung. Karena ia sadar dan tahu bahwa alam bawa sadar pria itu sudah kembali maka sifatnya yang tidak suka berbicara dengan seseorang saat dirinya duduk. Sifat Taehyung memang paling tidak suka jika lawan biacaranya berdiri saat dirinya duduk.
"Apa kamu tuli sekertaris Kim!? Letakkan saja di sana!? Aku sendiri yang akan mengobati luka aku."
"Pergilah! Aku tidak suka berdebat!" perintah Taehyung yang mulai emosi tapi masih dengan nada rendah dan tatapan dinginya pada sekertaris Kim.
"Baiklah. Maaf jika aku berdebat dengamu," sahut sekertaris Kim mengalah dan pamit pergi.
Sekertaris Kim yang sudah pergi ke luar namun, Dia tidak pergi jauh. Dia masih berdiri di depan pintu kamar Taehyung untuk berjaga-jaga Karena, Dia tahu jika Taehyung sudah kembali normal seperti itu maka ia akan menangis dalam kegelapan dengan kesepian hidupnya.
Taehyung yang sudah melihat sekertaris Kim tidak ada lagi di kamarnya mulai mengambil kotak obat P3K yang ada di kasur kamar dengan wajahnya yang dingin. Ia mengambil beberapa lembar perban untuk mengobati luka yang ada di tanganya akibat memukul tembok berulang-ulang dan terakhir adalah cermin lemarinya saat merasa kesakitan akan apa yang ia alami tadi.
Setelah mengobati tanganya tidak terasa air mata mengalir membasahi tanganya yang diperban, Pria itu mengoles tanganya yang satu ke pipinya untuk melihat butiran air matanya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu dengan pikiran kotor yang kembali terlintas di kepala Kim Tarhyung dimana saat ia yang sedang mengobati lukanya itu. Dengan kembali berpikir bahwa mengisi kesepian dirinya bermalam bersama seorang wanita Kim Taehyung segera mengambil jas hitam tebalnya lalu memakai menutup tubuhnya setelah Ia selesai mengobati luka di tangan sambil Memakai sendal jalan lalu melangkah pergi meningalkan kamarnya.
Saat membuka pintu Kim Taehyung kaget melihat sekertaris Kim yang belum pergi dan masih berdiri di depan pintu kamarnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Tugasmu sudah selesia pergi sana!?" perintah Taehyung bersikap dingin sambil memerintah sekertaris Kim pergi dari pintu kamarnya.
"Tuan muda anda mau ke mana malam-malam begini?" tanya sekertaris Kim menghiraukan ucapan tuan mudanya itu dan kembali bertanya saat melihat Taehyung yang mulai melangkah pergi menuruni anakan tangga menuju lantai satu.
"Bukan urusanmu! Pergi sana istirahat!" jawab Kim Taehyung dingin dan terus melangkah menuruni anakan tangga satu per satu tidak peduli dengan sekertaris Kim lagi, sedangkan sekertaris Kim hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dengan mendengus kesal pada Taehyung.
***** flashback (Ello).
"Kakak kamu pergilah dari sini! Dan masuk ke dalam hutan sana. Di dalam hutan ada pondok rumah tunggulah aku di sana! Setelah selesai mengalihkan warga di sini maka, aku akan menemuimu di pondok rumah itu," papar Seli yang sudah tidak tahu bagaimana caranya menyelamatkan nyawa kakaknya lagi.
"Lalu bagaimana dengan kamu dan ibu? Tidak biar aku hadapi mereka maka, semua masalah selesai," tolak Ello yang tidak menyetujui ucapan dan saran dari adiknya.
"Kakak! Aku mohon kali ini dengarkan aku! Pergilah! Cepatan kakak," mohon Seli yang sudah membuka pintu belakang dapur mereka dimana dari pintu itu Ello akan melewati sebuah jalan tikus menuju ke hutan yang dimaksud oleh Seli.
"Tidak. Aku akan bersama kamu dan ibu..." tolak Ello tidak mau pergi. Saat Seli yang sudah mendorong tubuhnya keluar dari rumah mereka.
"Pergilah! Kita tidak punya banyak waktu lagi dan tidak ada cara lain selain ini," perintah Seli memotong ucapan Ello saat ia mendorong kakaknya keluar dari pintu dapur rumah mereka.
"Pergilah! Aku akan menemuimu," ucap Seli dengan air mata terbendung di sana.
Dengan terpaksa Ello melangkah pergi sambil berlari kencang tanpa menoleh ke belakang lagi, Seli menghapus air matanya sambil melihat Ello yang sudah berlari dengan kencang dan masuk ke dalam hutan belantara sana. Sedangkan di luar Siska sudah kewalahan meladeni para warga kampung yang mulai memaksa dengan cara kasar untuk menyeret Ello keluar dari dalam rumah.
Kakak aku pasti akan menghampirimu. Jaga dirimu di sana hiks... air mata mengalir begitu deras dari wajah Seli saat melihat Ello yang berlari dan sudah mulai masuk ke arah hutan.
"Ibu... hiks...!" Panggil Seli dengan menangis keras sambil jatuh tersungkur dilantai. Ia sengaja melakukan hal itu setelah melihat tubuh Ello yang sudah jauh dari rumah dan perkampungan mereka.
Siska yang mendengar jeritan Seli memutar bola matanya dengan kaget karena kwatir ia pun lari masuk ke dalam rumah mereka yang juga diikuti para warga.
"Ada apa Seli? Apa yang terjadi?" t.anya Siska panik saat melihat Seli yang sudah menangis di bawah lantai sedang memegang tali tambang.
"Kakak kabur ibu hiks... Dia memotong tali yang tadi ibu ikat padanya dengan pisau saat dengar bapa-bapa dan ibu semua datang. Aku tadi pergi ke kamar mandi sebentar namun, saat aku balik kakak sudah tidak ada lagi hikss..." ucap Seli sengaja berekting menangis sejadi mungkin di depan para warga agar tidak curiga.
"Apa? Beraninya dia sekali dia!? dengus emosi Siska mengikuti rencana anaknya itu.
"Beraninya sampah itu membawa aib kampung kita keluar kota! Ayo cari dia! Dia pasti belum jauh dari sini!" perintah warga yang lain pada yang lain untuk mulai mencari Ello.
Sedangkan Siska menatap emosi Seli karena ia tahu bahwa apa yang dilakukan putrinya itu salah dan akibatnya akan jatuh fatal pada dirinya sendiri.
"Karena kalian sudah membohongi kami akan kehamilan Ello yang sudah masuk dua minggu maka, kami akan membakar rumah sampah ini dengan kamu Seli sebagi akibat menyembunyikan aib kakakmu!" jerit salah ketua warga dengan obor api ditanganya dan menatap tajam Seli dengan amarah wajah yang menakutkan.
Seli dan Siska yang mendengar ucapan ketua warga itu kaget dan ketakutan.
"Saya mohon bapak.... jangan bakar anak saya..." pinta Siska menangis sambil merendahkan dirinya berlutut di bawah kaki ketua warga tersebut Sedangkan Seli mulai nenangis ketakutan.
Bersambung.