Tiga minggu kemudian Ello masih di dalam gudang wajahnya kini semakin pucat, lehernye sedikit melonjong karena badanya yang semakin kurus. Wajar saja semua itu terjadi selama dikurung oleh ibu angkatnya di gudang semua makanan yang dibawa oleh Seli dengan menukarkan makanan basi yang ditukar oleh Seli diganti dengan makanan yang baru.
Selama makan Ello terus memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya dikeluarin dari mulutnya oleh isi perutnya apa pun yang dokonsumsinya akan ia muntahkan semua yang membuat tubuhnya semakin melemas dan pusing.
Pagi itu Ello lemas dengan tubuhnya yang sulit untuk berdiri namun, gadis itu tetap memaksakan dirinya untuk bangkit dari tidurnya. Saat sudah bangkit berdiri kepala Ello sangat sakit dan membuat ia melihat sekelilingnya berputar seperti arah jarum jam, sedangkan tatapan Ello semakin lama semakin gelap gulita hingga tubuhnya yang sudah kehilangan tenaga karena dari semalam ia kembali memuntahkan semua isi perutnya.
Kepalanya semakin berat penglihatan Ello buram tidak bisa melihat apa-apa, tubuhnya yang semakin lemah sulit untuk Ello berjalan semakin lama rasa pusing datang di kepala Ello ia kehilangan keseimbangan tubuh hingga akhirnya Jatuh bersimbah di lantai.
"Kakak...!" panggil Seli ketika melihat tubuh Ello yang tergeletak di lantai.
Seli yang mengantar makanan ke gudang untuk kakaknya kaget hingga makanan ada di mampan yang dipegang oleh tanganya tumpah berserakan di sembarang tempat di bawah sana.
"Kakak!" jerit Seli.
"Kamu kenapa? Bangun!? Kakak... hiks..." tangis Seli saat ia bersujud dibawah sana sambil memangku tubuh Ello dengan kepala Ello diletakan tumpuan pahanya yang lain sebagai alas bantal.
Siska yang mendengar teriakan Seli dari gudang di mana saat itu ia sedang asyik menonton acara di televisi yang terletak di ruang keluarga, dia segera bangkit dan berlari menghampiri arah suara Seli di gudang sana.
"Apa yang kamu lakukan Seli?" Menatap kaget putrinya dari balik pintu.
"Ibu kakak pingsan cepat pangilkan dokter bu! hiks.... Seli mohon! Kali ini ibu turuti permintaan Seli!" Menatap mamanya penuh dengan air mata.
"Tidak Seli. Dia palingan sengaja melakukanya agar ibu bisa mengasihaninya dan membebaskanya," jawab Siska tidak percaya.
"Ibu...teganya ibu mengatakan seperti itu! Wajah kakak sangat pucat bagaimana mungkin kaka membohongi kita...!" Ungkap Seli menatap ibunya masih dengan air matanya.
Siska yang tidak peduli dan sama sekali tudak kwatir akan kondisi Ello tersenyum. Ia menghiraukan ucapan Seli lalu pergi mengambil air di gayung yang ada di kamar mandi, tujuan Siska melakukan itu untuk memastikan dan membuktikan pada Seli bahwa Ello berbohong padanya, bagi Siska saat gadis malang itu berpura-pura mencari perhatian dia lalu, Ia kembali ke gudang dan langsung menyeburkan air yang ada ketubuh Ello dengan air gayung yang ada di tanganya.
"Bangun!" jerit Siska dengan nada tinggi hingga bagaikan petir saat itu dengan tatapan melototokan mata membunuh pada Ello.
"Kamu pikir aku percaya dengan sandiwara basi kamu itu?" papar Siska dengan emosi sambil bersikap kasar menendang-nendang kaki Ello dengan kuat tapi, sayang gadis itu sama sekali tidak terpengaruh atau membuka matanya dan bangun dari sana.
Seli yang melihat sikap mamanya yang sudah keterlaluan pada Ello meremas jari jemarinya dengan sangat kuat Ia menatap tajam ibunya dan bersuara,
"Hentikan Ibu!" geram Seli.
Seli yang berucap dengan nada tinggi pada ibunya karena, dirinya yang sudah tidak tahan lagi dengan ucapan dan perilaku Siska kepada Ello.
"Jika ibu tidak mau memangil dokter biar aku saja dan jangan berani ibu berbuat hal sehina ini di hadapan aku! Sehina apa kakak matamu tapi, dia tetap saudara aku!" tegas Seli menatap tajam Siska.
"Beraninya kamu memarahi mama hanya karena, anak sampah ini Ibu tidak akan biarkan kamu memangil dokter," dengus Siska masih menahan amarahnya.
"Jika ibu melakukan itu maka aku akan membunuh atau menghukum diriku saja! hiks..." jawab Seli dan kembali menangis sejadi-jadinya di hadapan Siska.
"Ibu Seli mohon untuk kali ini dengarkan Seli panggilkan dokter... hiks..." memohon dengan tangisan sambil berlutut di bawah kaki Siska.
"Apa yang kamu lakukan? Jangan merendahkan dirimu hanya demi gadis pembawa sial ini!" tutur Siska geram akan aksi putrinya itu.
"Seli tidak akan bangkit berdiri dari sini sebelum ibu mengabulkan permintaan Seli," jawab Seli memohon.
Siska yang melihat aksi putri kesayanganya itu tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia menarik nafas dalam-dalam masih mendengus emosi pelan.
Hufff....
"Baiklah ibu akan pangilkan dokter, aku melakukan semua ini hanya untuk kamu," pinta Siska akhirnya menuruti kemauan putrinya itu.
Siska mengikuti ucapan Seli dengan secepatnya ia menelpon ke dokter yang ada di rumah sakit terdekat, sedangkan Seli gadis itu memopong tubuh Ello untuk segera membawa tubuh kakaknya ke kamar. Setelah meletah tubuh Ello terlentang di kasur kamar Seli masih setia duduk di samping kakanya dan menatap dalam wajah pucat nan cantik yang sedang berbaring di sana.
15 menit kemudia dokter wanita yang tadi dipanggil oleh Siska datang, Ia pun segera mengikuti Siska yang menuntutnya masuk ke kamar Seli. Para tetanga yang sedang bergosip di penjual sayur gerobak saling berbisik-bisik satau sama lain dengan mengatakan siapa yang sedang sakit? Karena menurut mereka yang sakit sudah pergi yaitu Lucas.
Dokter pun mulai memeriksa suhu tubuh Ello dan memastikan kondisinya melalui pergelangan urat nadi Ello, dokter juga mulai memakai peralatan dokter untuk memeriksa tubuh Ello dan memastikan apa yang terjadi pada gadis itu, setelah lima menit memeriksa kondisi Ello Dokter tersebut tersenyum bahagia menatap Seli dan Siska yang sedang serius memastikan kondisi Ello.
"Dokter bagaimana kondisi kakak saya? Apa dia baik-baik saja?"tanya Seli cemas.
Dokter yang mendengar ucapan Seli tersenyum sambil bangkit berdiri ia mengulurkan satu tanganya dihadapan Seli dan Siska untuk menyalami mereka sebagai tanda ungkapan bahagia.
"Selamat ya nyonya, putri anda positif hamil Kehamilanya sudah berjalan 2 minggu."
"Apa?" kaget Siska.
Siska dan Seli yang saling menatap satu sama lain tidak percaya mereka kembali menatap dokter itu dan berucap bersama,
"Hamil?" suara serentak Seli dan Siska.
"Bagaimana mungkin kakak hamil? Pada hal dia tidak..." ucapan Seli terdiam saat ia yang seperti merasakan sesuatu yang tidak ia sadari.
Seketika memory otak Seli kembai mengingat kejadian di rumah sakit dimana saat itu Ello datang mengatakan pada Seli bahwa ia sudah mendapatkan biaya operasi ayahnya, Seli yang sadar akan hal tersebut jatuh lemas di lantai.
"Kakak! hiks...." tangis Seli merasa bersalah di bawah sana karena baru menyadari hal itu.
Siska yang melihat Seli menangis merasa aneh dengan sikap putrinya itu. Namun, ia masih mengontrol emosinya untuk tidak bertanya pada Seli karena masih ada dokter wanita iblis itu hanya tersenyum paksa pada dokter yang menatap mereka sedikit bingung lalu dokter itu pun pamit untuk pergi.
Siska mengantar dokter tersebut ke depan dan mengucapkan terimakasih karena mau menyempatkan waktu untuk datang memeriksa kondisi Ello. saat di depan teras Siska melihat para tetanga yang sedang bergosip di gerobak tukang sayaur, Dia meremas jari jemarinya dan menongkak kuat rahang giginya dengan tatapan tajam penuh amarah Siska segera melangkah masuk kembali untuk menghampiri Seli dan Ello.
Dasar gadis pembawa sial, Dia sok polos di hadapan aku tapi mempermalukan aku dan anakku sebelum orang-orang mengetahuinya aku harus meminta menggurkan kandunganya itu, batin Siska.
Bersambung.