Ke mana kaki melangkah? kemana air mata aku alirkan? kemana hidup harus melangkah di masa yang penuh dengan luka ini bagaikan sungai yang terus mengalir dan aku terbawa arus sungai itu.
Ello melangkah pergi melihat jenazah sang ayah yang sedang dikremasi untuk segera di makamkan Ia tidak bisa masuk ke dalam sana karena, ada sang mama yang melarangnya melihat wajah papanya untuk terakhir kalinya. Tatapan dingin dan kekosongan dari sorot matanya jelas terlihat membuat ia menahan luka yang begitu menyakitkan namun, sama sekali tidak teteskan air mata sedikit pun oleh Ello.
****
"Ayah...!" tangis Seli yang terus memeluk jenazah Lucas di bawah sana dengan air mata.
Seli begitu kehilangan ayahnya gadis itu, walau ia tahu bahwa Lucas lebih menyangi Ello dari padanya namun, tetap saja ia sangat menyangi ayahnya. Siska yang melihat kepergian Lucas memang sedikit terluka tapi, saat mengingat bahwa operasi yang membuat Lucas meninggal adalah uang empat miliar membuat Siska emosi dan menarik dua sudut bibirnya tersenyum bahagia seakan ia bersyukur atas kematian suaminya.
Empat milar itu sangat banyak jika tadi aku datang dan menggalkan pasti aku sudah mendapatkan empat miliar itu untuk tabunganku ahhh dasar gadis sialan ngapain dia mengorbankan empat miliar hanya untuk pria yang tidak berguna ini, batin Siska menyesal dan memaki-maki hancur Ello du dalam sana.
****
"Sekertaris Kim pastikan jadwal aku semuanya mulai dari sekarang," ucap Taehyung saat dalam perjalanan pergi ke perusahaanya dengan sekertaris Kim di dalam mobil.
"Pukul 08.00 tuan muda harus menghadiri peresmian hotel berbintang lima di perusahaan perhotelan, peresmian ini akan berjalan selama dua jam jadi tuan muda akan pulang pada pukul 10.00 wib," jelas sekertaris Kim.
Sekertaris Kim yang menjelaskannya sedikit melirik ke tuan mudanya yang masih diam tanpa banyak komen seperti biasanya. Namun, ia tahu bahwa tuan mudanya ini pasti akan komen setelah dia membacakan jadwalnya hari ini.
"Kenapa diam... apa cuma ada satu acara hari ini?" tanya Taehyung dengan nada dingin dan sorot mata yang kaku menatap sekertaris Kim yang duduk di samping sopir.
"Aku tidak diam. Aku hanya menunggu komentar tuan muda," seru sekertaris Kim tersenyum.
"Jangan senyum-senyum emang aku adalah orang yang banyak omong? Menjengkelkan," dengus Taehyung kesal.
Sekertaris Kim yang mendengar ucapan bosnya itu kembali diam dan fokus membaca jadwal tuan mudanya itu yang ada di notpad pribadi selalu dibawanya ke mana-mana. Ia sama sekali tidak tersingung atau marah akan ucapan Taehyung apalagi sikap Taehyung yang dingin karena, dia sudah biasa dengan sikap itu yang ia takutkan adalah kedespresian Kim Taehyung hingga membuatnya harus mengonsumsi obat terlarang sampai ia kecanduan.
Mungkin bagi banyak orang yang melihat Taehyung akan mengatakan bahwa dia sangat beruntung karena, apa pun yang dia mau di dunia ini pasti itu akan terwujud. Taehyung yang sejak kecil sudah hidup dalam kemewahan membuat banyak anak-anak yang iri melihatnya bahkan banyak orang di luar sana yang selalu mencari cara agar membuat Kim Taehyung terluka karena bagi mereka Taehyung sangat sempurna ada dibumi ini. Bukanya hanya memiliki orang tua yang kaya raya namun, ia juga memiliki ketampanan pari purna bagaikan dewa. Tapi, banyak yang tidak tahu bahwa Dia terlihat bahagia di luar tidak dari dalam.
Semenjak kepergian kedua orang tuanya Taehyung tumbuh menjadi anak yang sangat dewasa di usia delapan tahun ia harus menjadi anak dewasa untuk mengolah semua perusahaan papanya. Tidak ada waktu baginya bermain dengan teman-temanya layaknya anak kecil.
Hingga ia tumbuh dewasa dan mulai mengonsumsi obat terlarang selama 2 tahun berturut-turut, siang hari ia akan terlihat seperti pria yang tampan nan dingin, pria yang memiliki segalanya pria yang tegas dan berwibawa namun, di balik topeng wajahnya yang tampan, sikapnya yang dingin dan kaku itu tersimpan kesepian dan luka yang mendalam. Tembok rumah yang terlihat mewah bagi semua orang namun, bagaiakan jeruji penjara untuk Taehyung.
Di malam hari ia akan merasakan kesakitan yang luar bias Narkoba membawa Taehyung hidup dalam kegelapan dan selalu melakukan hal-hal berbahaya, Ia menangis pada malam hari berada di rumah istana yang bagaikan tembok penjara untuk Taehyung depresi yang berat dan mental yang semakin lama semakin jatuh ke dalam kegelapan.
"Aku tersenyum karena aku bahagia. Melihat tuan muda di siang hari...," ucap Sekertaris Kim menatap Taehyung yang meliriknya dengan sikap dinginya dan sorot matanya yang sangat dingin dan kaku.
"Sudah selesai baca? tutup mulutmu aku tidak mau pagi hari aku di awali dengan suasan yang baik dan kamu merusaknya," cetus Taehyung bernada dingin.
Sekertaris Kim yang mendengarnya mengukir senyuman dan menutup mulutnya tidak banyak omong. Taehyung yang melihatnya hanya mengukir senyum tipis lalu ia mengambil ponselnya memasang headset di kedua telinganya sambil kakinya di naikan di atas kepala kursi supir dan menutup kedua matanya menikmati alunan musik pagi itu yang diputar dari ponselnya.
Saat menikmati alunan musik barat di pagi hari, tiba-tiba Taehyung terbayang akan hubunganya dengan gadis yang semalam bersamanya menghabiskan malam mereka dengan berapa kali putaran ronde.
****
"Jangan pernah munculkan wajahmu yang tidak berguna ini di pemakaman jika tidak ingin aku membuat masalah!" ancam Siska pada Ello.
Siska mengancam Ello saat jenazah Lucas yang sudah dikremasi akan segera dimakamkan. Ello yang tadinya hanya memandang dari kejauhan dengan tatapan yang sangat dingin walau ia tahu bahwa Siska melarangnya untuk menghadiri pemakaman sang ayah namun, gadis itu melanggar dan tetap menghadiri pemakaman sang ayah dari kejauhan.
Setelah pemakaman selesai dan taburan bunga dari keluarga serta para pelayat yang datang turut berduka bagi kepergian Lucas. Ello menatap makam sang ayah dengan kekosongan hidup dimatanya yang sendu dan dingin bagaikan es batu itu, tanpa ada sesetes bening yang mengalir di sana walau hatinya perih bagaikan tusukan pedang yang sesak di dada.
Selesai melihat dari kejauhan Ello melangkah dengan tubuh yang masih lemas dan wajah yang pucat untuk pulang kembali ke rumah Ia tahu setelah ini badai penyiksaan dari Siska padanya akan datang.
"Sini kamu! Berani sekali kamu mengambil keputusan untuk membunuh suami aku!" Lirih Siska yang menjambak rambut Ello selesai pemakaman Lucas.
Siska meningalkan Seli di pemakaman sendirian karena gadis kecil itu masih merasa kehilangan sang ayah sedangkan Siska langsung pulang dengan wajah yang geram pergi ke rumah yang tidak jauh dari tempat pemakaman, Saat sampai di rumah Siska langsung memangil dengan emosi pada Ello lalu ia menghampiri Ello yang berdiri di balkon saat itu sedang menatap langit- langit dengan kekosongan hidupnya.
Gadis itu tidak melawan atau pun menangis seperti biasanya saat Siska menyiksanya. Ia menahan sakitnya tanpa membantah atau mengeluarkan sepatah kata pun.
PLAKK....
Tamparan keras dari tangan Siska saat ia membawa Ello ke gudang untuk mengurungnya di sana.
"KAMU PIKIR SIAPA KAMU! BERANI MENGAMBIL KEPUTUSAN TANPA AKU!" jerit Siska yang kembali menampar wajah Ello lagi ketika tubuh Ello yang sudah jatuh tersungkur dibawah sana Ello hanya diam tanpa meneteskan air mata walau pun saat itu air mata banyak memebendung di sana, menyakitkan jika dia mengatakan dirinya baik namun banyak luka yang terus menyesak di dadanya.
Berulang kali Siska memukul tubuh Ello, menampar wajahnya berkali-kali hingga pipinya bengkak dan bibirnya mengeluarkan darah namun, gadis itu sama sekali tidak menangis tatapan nan dingin dengan rambut yang berantakan dan wajah yang kusut menatap Siska hanya menarik senyuman tipis tapi, jelas terlihat di matanya ada kekosongan hidup dan tangisan di sana.
Mengapa ia tidak melawan atau berucap sepatah kata pun? Selama ini ia selalu menangis sampai berlitutut di kaki aku memohon ampun namun, hari ini dari rumah sakit sampai sekarang dia sama sekali tidak menangis ada apa ini? batin Siska.
"Mengapa kamu tersenyum? Kamu pikir ini lucu?"tanya Siska menatap emosi Ello.
"Jika ibu ingin membunuh aku, aku sudah siap lahir batin," jawab Ello dengan suara yang lemah.
"Aku tidak membunuhmu namun, aku akan pastikan kamu tinggal selamanya di sini tanpa melihat matahari atau pun menghirup udara! Anak haram dari buah perselingkuhan sepertimu tidak pantas untuk melihat dunia, gadis sampah sepertimu tempatanya adalah sampah bukan rumah," seru Siska dan langsung menghentakan kakinya untuk pergi meningalkan Ello.
Ello yang melihat kepergian Siska untuk sekejap ia diam akan tetapi seketikan air mata jatuh membasahi wajahnya di mana ia sulit bernapas dan terasa sesak di dada.
"Ayah... aku rindu," bisik Ello ketika butiran demi butiran menetes di lantai di saat suara tangis ingin ia teriakan saat itu namun tidak bisa.
Sungguh menyakitkan saat air mata ingin mengalir namun hatinya masih berkata semua baik-baik saja.
Sesuai dugaan Ello Siska mengurungnya di kamar selama tiga minggu, memberi makananan basi pada Ello. Seli berusaha untuk menolong sang kakak namun, ibunya selalu melarangnya Ello yang takut dengan kegelapan hanya bisa menahanya ketika ketakutan datang padanya gadis itu tidak mengeluh sedikit pun pada Seli atau pun Siska.
Jadilah buta disaat kamu ingin menangis, jadilah bisu disaat kamu ingin berteriak, dua hal yang pedih ketika bersatu.
Dibandingkan menjadi bisu aku memilih menjadi buta karena, bisu lebih menyakitkan ketika menahan sakit dalam diam dibandingkan buta kau tetap menangis dan tidak keperihan ketika air mata mengalir tidak terasa sesak karena saat itu kau tidak menahanya bagaikan orang bisu pada hal tidak.
Bersambung.