Ken begitu gusar, disisi lain ia sangat mencintai Viola dan tidak ingin melepaskannya, sisi lainnya ia juga tidak membantah kalau dirinya pelan-pelan mulai nyaman bersama Alana. Ken mendengus kesal, setelah itu ia pergi meninggalkan resto itu karena Jordi sudah menjemputnya.
Ketika tiba di rumah, hari sudah mulai sore, Ken mendapati Beni Dirga yang tengah mengobrol di ruang tamu bersama Alana. Ia terkejut karena tidak mengetahui sama sekali bahwa Beni Dirga terlibat dalam acara pernikahannya nanti.
"Ben, kamu di sini? Tumben?"
"Kebetulan kamu sudah pulang, ayo cobalah, kalian pasti akan sangat serasi," balas Beni dengan ciri khasnya yang lembut seperti seorang perempuan, meski begitu Beni Dirga tetap memilih berpenampilan layaknya laki-laki dengan style khasnya ala oppa Korea.
Ken menaikkan alisnya, lalu berbisik kepada Alana karena tidak tahu apa yang sedang dimaksud oleh Beni Dirga.
"Oma memesan baju pengantin kepada Kak Ben."
"Jadi Ben tahu?"
Alana mengangkat bahunya, lalu berjalan mengikuti Beni Dirga ke kamar kosong yang diarahkan pelayan rumah.
Ken mendengus kesal, meski Beni Dirga adalah sahabatnya sejak lama, tapi Ken tidak menyangka Oma akan melibatkan Beni Dirga dalam acara pernikahannya nanti.
"Ini untukmu cantik, ayo cobalah, aku tidak sabar melihatnya," seru Beni girang sambil menyerahkan kebaya full payet putih dan jarit batik.
Alana mengangguk lalu masuk ke kamar mandi untuk mencobanya, sementara Ken duduk malas di sofa kamar itu sambil ingin mengintrogasi Ben.
"Apa yang kamu tahu Ben?" tanyanya dengan nada tidak menyenangkan.
Ben hanya mengangkat sudut bibirnya hingga membentuk senyuman, lalu ikut duduk di samping Ken yang sedang tidak enak hati padanya.
"Dia calon istrimu kan? Oma Riana yang memberitahuku, apa ada yang salah Ken?" Aku Ben secara gamblang.
Ken justru mendengus kesal.
"By the way dia sangat cantik, bahkan lebih cantik daripada Viola, aku berjanji padamu akan membuatnya menjadi serasi ketika bersamamu, aku akan merubahnya pelan-pelan," imbuh Ben memelankan volume suaranya dengan kerlipan mata berbinar ke arah Ken.
Ken diam dan tak peduli.
"Aku tahu kamu tidak ingin ada yang tahu soal ini Ken, but you know me, aku akan merahasiakannya dengan baik."
"Oke, aku harap kamu tidak hanya sedang merajuk padaku, aku akan selalu ingat janjimu."
Beni Dirga tertawa, lalu memaksa Ken untuk mencoba baju pengantin laki-laki hasil rancangannya yang didesain khusus untuknya itu.
"Tidak, aku yakin cocok dengan karyamu," tolak Ken.
Beni Dirga pasrah, ia sedikit kecewa namun tidak berlangsung lama karena Alana tiba-tiba muncul dengan begitu ayu dalam balutan kebaya dan jarik batik khas Jawa timur hasil karya Beni Dirga.
Mata Beni Dirga memancarkan cahaya bahagia yang tak terkira, ia tidak menyangka kecantikan Alana akan begitu terpancar begitu elok dan ayu dalam balutan maha karyanya. Beni Dirga sampai tertegun sesaat, terpesona dengan aura kecantikan Alana.
Tak hanya Beni Dirga, Ken juga mengalami hal yang sama. Ia seperti tersihir oleh kecantikan Alana hingga tak berkedip, dalam hati Ken mengakui kekagumannya pada calon istrinya itu semakin bertambah, diam-diam ia menyunggingkan senyuman penuh pesona ke arahnya.
Alana tersipu malu melihat ekspresi mereka berdua.
"Apakah aku pantas mengenakannya Ken, Kak Ben?"
"Ya, tentu saja. Kamu sangat cantik."
Pujian Ken meluncur begitu saja tanpa ia sadari hingga membuat rona merah di pipi Alana karena merasa tersanjung sekaligus malu, ini pertama kalinya Alana memakai kebaya hingga sebenarnya menimbulkan rasa tidak percaya diri padanya, tapi Ken sudah mematahkan rasa itu dengan pujiannya, maka Alana tersenyum senang.
"Ken benar, kamu sangat cantik Alana. Andai saja ada resepsinya, aku tidak keberatan membuatkan gaun yang lebih bagus agar kalian tampil Perfect," balas Ben penuh euforia kegembiraan.
Ken dan Alana hanya tersenyum malu-malu, apalagi Ken tadi tak sengaja melontarkan pujian pada Alana membuat rona pipinya juga terlihat seperti tomat merah.
"Ben, aku punya tugas lagi untukmu," ujar Ken untuk menghilangkan rasa groginya.
"Apa itu?"
"Panggil Kyle ke sini, Alana dan aku akan makan malam di Vanila Resto nanti jam 7 malam, aku ingin dia terlihat serasi bersamaku," ujar Ken lagi sambil melirik ke arah Alana.
Alana yang tidak tahu apa-apa soal ini segera mengerutkan keningnya, ia pikir Ken sedang bercanda di depan sahabatnya.
"Ken, apa itu benar? Kamu belum beritahu aku sebelumnya."
"Bukannya sekarang aku sudah memberitahumu?"
Alana mendengus kesal, tapi ia tidak membantahnya lagi. Beni Dirga mencoba menengahi dengan kembali mencairkan suasana.
"Baiklah Alana cantik, ayo segera ganti bajumu. Aku akan menelfon Kyle dan kita akan bersiap-siap," seru Beni sambil melirik jam tangan brandednya yang sudah menunjukkan pukul 05.00 sore.
Alana mengangguk setuju, meski dalam hati ia bertanya-tanya dalam rangka apa lagi Ken mengajaknya pergi makan malam? Dia tidak yakin Ken hanya ingin sekedar mengajaknya dinner.
Tak lama setelah Alana ganti baju, Kyle yang merupakan adik Beni Dirga segera datang, namanya Kyle Simon, dia MUAnya para artis papan atas, kredibilitasnya dalam dunia permakeupan sudah tidak diragukan lagi, oleh karena itu Ken memanggilnya ke sini.
Meski ia justru akan menunjukkan Alana pada kekasihnya yang sesungguhnya, Ken tetap tidak mau Alana terlihat tidak pantas di sampingnya.
"Jangan membuatku kecewa Kyle, dandani dia sepantas mungkin."
Kyle yang juga merupakan laki-laki lembut seperti kakaknya itu segera mengangguk patuh, sementara itu Beni Dirga diberi tugas untuk memilihkan baju yang cocok untuk Alana nanti malam.
Hal itu membuat Alana semakin kebingungan, namun ia sama sekali tidak berani bertanya kepada Ken. Sampai saat ini, ia masih belum bisa memahami sifat Ken yang gampang sekali berubah, butuh waktu lebih lama lagi baginya untuk bisa memahami itu semua.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Alana sudah selesai didandani oleh Kyle dan Beni, malam ini ia memakai mini dress hitam selutut dengan aksesoris simpel, tas di tangan dan Stiletto dengan warna senada, simpel but elegan itulah yang ingin Beni dan Kyle sampaikan pada penampilan Alana malam ini, Ken untuk kesekian kalinya terpukau, namun kali ini tidak memujinya secara langsung.
"Sebenarnya kita akan pergi kemana Ken?" tanya Alana memberanikan diri saat mereka dalam perjalanan.
"Aku tidak perlu memberitahumu sekarang, lihat saja sendiri nanti."
"Baiklah," balas Alana pasrah.
Percuma saja ia bertanya lagi, Ken bukan orang yang mudah digali, maka Alana memutuskan diam sepanjang perjalanan, ia baru sadar saat mereka berdua tiba di Vanila Resto, di ruang makan private yang disebut Paviliun Megan. Seorang perempuan cantik segera menjabat tangannya dengan senyuman sedingin kutub Utara.
'Viola?'