Ya, Alana yakin tidak salah melihat, bahwa perempuan cantik nan seksi yang ada di hadapannya saat ini adalah Viola, kekasih Ken yang merupakan super model kebanggan kota ini. Tak mau terlihat grogi di depannya, Alana segera menjabat balik Viola dengan senyum palsu dan tatapan yang tak kalah dingin.
"Alana," ujarnya memperkenalkan diri.
Namun Viola melepas jabatannya begitu saja tanpa memperkenalkan dirinya, hingga semakin membuat Alana ingin mencabik Viola, namun ia masih bisa menahannya.
Memang Alana akui, meski Kyle dan Beni Dirga sudah semaksimal mungkin merubahnya, aura bintang Viola tetap yang paling bersinar, bagaimanapun Viola tetap mega bintang sesungguhnya, jadi tentu saja dari segi penampilannya terlihat sekali perbedaannya.
Namun Alana tidak mau berkecil hati, ia harus bangga karena Ken justru membawanya ke sini malam ini demi memperkenalkannya sebagai calon istrinya.
"Jadi ini calon istrimu Ken?" Tanya Viola dengan tatapan mencemooh.
Ken mengangguk tegas, sementara Viola tak berhenti memandangi Alana seakan ingin mencibir namun berusaha ia tahan karena Ken seperti mengerti gelagat buruknya.
"Bagaimana menurutmu?"
"Not bad."
Ken manggut-manggut, lalu mencoba mengobrol ringan dengan Viola agar tidak terlalu mengintimidasi Alana, sementara Alana menggigit bibir berusaha mengontrol dirinya agar tidak mengamuk, perempuan itu sangat sombong, ingin rasanya Alana enyah saja dari tempat ini bahkan sebelum mereka berdua bisa berhitung sampai tiga.
"Jadi kapan kalian akan menikah?"
"Minggu depan, itu semua rencana Oma, kami hanya menurutinya saja demi menjaga kesehatannya."
"Oh, benarkah begitu Alana?"
Alana segera tersentak saat tiba-tiba Viola mengalihkan sebuah pertanyaan padanya.
"Benar, kamu tidak usah khawatir," balas Alana dengan dingin dan tegas.
"Baguslah, semoga kalian konsekuen dengan perjanjian pernikahan itu."
"Ya, aku sadar diri Viola. Kamu tetap yang terbaik di matanya, benar begitu Ken?" tanya Alana dengan senyum sinisnya terhadap Ken.
Entah kenapa malam ini Alana terpengaruh oleh emosional yang begitu tinggi.
Ken ragu-ragu mengangguk seraya memasang senyuman yang begitu memaksa, ia tidak menyangka Alana akan melempar pertanyaan seperti itu padanya.
Viola hanya tersenyum begitu sinis sembari menaikkan salah satu alisnya, perempuan itu sama sekali tak menampakkan keramahan, justru keangkuhan dan sikap dinginnya yang begitu mendominasi.
Sebagai sesama perempuan, Alana paham betul situasi sulit dihadapi Viola saat ini, ia mungkin akan bersikap sama jika berada di posisinya, harusnya mereka tidak bertemu malam ini, itu tidak penting karena akan menimbulkan dendam dan amarah di kedua hati masing-masing perempuan.
Sehingga makan malam berlangsung dengan suasana kaku dan dingin, sedingin udara malam hari di luaran sana yang sedang mendung gelap, seakan menandakan bahwa setelah ini hujan lebat yang akan menyerang ibu kota dan membasahkuyupkannya.
Di tengah suasana canggung itu, makanan yang dipesan datang, pelayan segera memberikan satu persatu menu yang dipesan.
Sebuah grilled watermelon salad, daging sapi wagyu t-bone dengan saus serta beberapa minuman segar menjadi teman makan malam mereka bertiga.
Alana yang selama beberapa hari di rumah Oma Riana sudah belajar table manner dan mengenal beberapa makanan restoran, mulai terbiasa dengan semuanya jadi ia tidak khawatir akan membuat Ken malu di depan Viola.
"Oh ya Ken, aku sudah bertemu dengannya, jadi setelah ini aku akan pergi ke sebuah acara, aku tidak memaksamu ikut, tinggallah di sini bersama Alana." Ujar Viola tiba-tiba sambil menyudahi makan minumnya dan mengelap bibir seksinya dengan sapu tangan yang disediakan.
"Kenapa buru-buru? Aku bisa mengantar Alana setelah ini dan ikut denganmu bukan?"
"Tidak, ini hanya acara reuni Miss Beauty, kamu tidak perlu khawatir, lagipula tidak ada yang mengajak pasangannya."
"Baiklah, kami juga akan pulang."
Alana hampir tersedak, ia baru saja menikmati makanannya dan Ken sudah mengumumkan bahwa mereka akan pulang secepat itu, ini tidak sebanding dengan persiapannya yang dilakukannya bersama Kyle dan Beni, Alana mengerutkan bibir, kecewa.
Meski begitu ia bisa apa? maka ia terpaksa menyudahi makan minumnya dengan cepat dan mengelap bibirnya.
"Terserah kamu, aku pergi sekarang, sopirku sudah menunggu di depan, bye Ken."
Tanpa menatap Alana, Viola keluar dari paviliun mewah itu dengan terburu-buru, sepertinya hatinya sedang terluka karena kecewa. Alana bisa merasakan itu.
"Hati- hati di jalan Sayang," lirih Ken yang seakan ingin mencegah kepergian Viola, terbukti dengan tangan Ken yang sempat mencegah namun langkah Viola begitu cepat dan terburu-buru.
Sama seperti Viola, Alana juga merasakan kegetiran luar biasa di hatinya saat Ken menyebut kata 'Sayang' di depannya yang dipergunakan bukan untuk dirinya.
"Harusnya makan malam ini tidak terjadi Ken," protes Alana marah.
"Tapi dia sendiri yang memintanya, aku hanya berusaha menurutinya."
Alana tersenyum tipis saat Ken membantahnya, entah kenapa hatinya semakin sakit. Jadi ia mengajak Ken pulang dari tempat itu dan Ken setuju.
Sepanjang perjalanan pulang, mereka saling diam dalam perasaan kalut masing-masing, sampai tak terasa Rolls Royce putih itu tiba di Green Garden kembali dengan begitu cepat.
Alana langsung menghambur masuk dan menuju ke kamarnya, perasaannya berkecamuk, ia tidak pernah menyangka akan terlibat dalam lingkaran percintaan laki-laki yang begitu ia idolakan selama ini.
"Ini baru permulaan Alana, kamu harus siap menghadapi semuanya."
Entah bisikan dari mana, yang jelas suara itu begitu terdengar jelas di telinga Alana, mungkin saja itu suara hatinya sendiri yang sedang berusaha menyemangatinya agar tidak mudah rapuh.
Alana lalu memilih merebahkan tubuhnya dan mengotak-atik Iosnya, namun justru ia menemukan foto Ken dan Chia yang sedang berpeluk mesra dalam adegan sinetronnya, foto itu baru saja diunggah Ken hari ini, Alana kembali melenguh nafas berat.
"Viola, Acachia, setelah itu perempuan siapa lagi?" gumamnya kesal.
Minggu depan pernikahannya baru akan dimulai, tapi entah kenapa Alana seakan ingin menyerah, ia sudah memiliki perasaan yang sesungguhnya terhadap Ken, jadi tentu saja ia akan cemburu, namun kembali lagi Ken adalah aktor terkenal, ia harus bersikap profesional, terlebih lagi pernikahannya hanyalah sebuah kontrak untuk membahagiakan Oma Riana.
Pusing memikirkan segala kegelisahan di hatinya, Alana memilih untuk terlelap, hari ini sangat melelahkan baginya.
"Tidak, siapa kamu? Jangan bawa ayahku, tolong!"
Alana segera bangun dengan nafas yang terengah-engah, ternyata hanya mimpi baru. Ia langsung menghela nafas lega.
"Ayah," gumamnya pelan.
Entah kenapa ia jadi teringat ayahnya, bagaimanapun laki-laki itu, ia hanya mengenal sosok orang tua laki-laki darinya, Alana tidak pernah mengenal siapa kedua orang tua kandungnya. Hanya Diana dan Ario yang selama ini ia kenal, yang bersusah payah membesarkannya dengan penuh kasih sayang, dan tiba-tiba berubah sejak kehadiran Claudya dan anak-anaknya.
"Minggu depan aku akan menikah, harusnya Ayah ada di sini bersamaku."