"Egghh.."
Clarisa mengerang dalam lelapnya, membuat Jovan mendongak menatap Clarisa dari posisinya duduk. Cukup lama memastikan jika Clarisa hanya bergumam, Jovan akhirnya kembali mengalihkan perhatiannya pada layar tab yang ada di tangannya.
Sudah pukul 3 pagi, tapi belum juga ia bisa tertidur. Itu karna Jovan sejak tadi cukup terganggu dengan kehadiran Clarisa di dalam kamarnya. Biasanya, hanya dengan menghabiskan satu batang rokok saja, Jovan tidak akan gusar. Tapi malam ini, ia malah jadi berbeda. Seakan ada sesuatu yang terus memanggilnya hingga membuat pria gagah itu terlihat tidak fokus.
Sekali lagi ia melirik ke arah Clarisa, Jovan pun berdecak kuat. Ia akhirnya mematikan tab yang sejak tadi menemani dirinya. Meletakkan benda itu di atas dokumen yang sudah lebih dulu tertata di atas meja lalu menghela napas.
"Untuk pertama kalinya, hanya dengan dia tidur di ranjangku saja sudah cukup menganggu pikiranku. Gadis nakal," kata Jovan yang sudah berdiri di sisi ranjangnya. Ia menggeleng pelan memperhatikan gaya tidur Clarisa dari atas sampai bawah.
Jovan tidak akan munafik jika dirinya sangat tergoda melihat Clarisa malam ini. Jelas, wanita itu tidur dengan gaun tidur yang memiliki model cukup terbuka. Padahal tadi Jovan sudah meminta Moza untuk mengganti pakaian Clarisa menjadi sedikit yang lebih tertutup. Tapi tetap saja, ketika dipakai tidur begini, bentuknya sudah tidak karuan. Hingga dengan mudah Jovan dapat melihat kulit mulus Clarisa hingga bagian dalam.
Berniat untuk menutupi bagian tubuh Clarisa yang terbuka dengan selimut, Jovan malah mendapatkan sambutan mengejutkan dari Clarisa hingga membuat ia menoleh dengan cepat ke arah wanita itu.
"Tolong."
Sebelah alis Jovan terangkat, memperhatikan Clarisa yang masih memejamkan matanya tapi mulutnya terus meracau tidak jelas. Menghela napas panjang, Jovan mencoba untuk menarik tangannya yang di genggam Clarisa.
Makin ia tarik tangannya, Clarisa malah makin menguatkan pegangannya. Bahkan secara tiba-tiba Clarisa menarik tangan Jovan hingga pria itu jatuh di atas tubuh Clarisa dan menindih wanita itu.
"Ahhh.." rintih Clarisa akibat tubuhnya yang tertindih Jovan. Menelan salivanya kuat, Jovan memandangi wajah Clarisa dari jarak yang teramat dekat. Sejak awal pun, Jovan sudah setuju jika Clarisa ini memiliki paras yang teramat cantik. Dan kini, makin cantik terlihat saat wanita itu ada di bawah kungkungannya. Dengan rambut berantakan juga dengan beberapa butir peluh membasahi keningnya.
"Ayahku menjualku, bisa kau bawa aku pergi? Ayahku, dia tidak menyayangiku seperti Ayah lain menyayangi putrinya. Aku muak!"
Jovan diam, hanya menatap Clarisa dalam. Wanita itu masih tetap bicara, entah apa yang Clarisa katakan, tidak begitu jelas Jovan dengar. Hingga entah karna apa, Jovan mengulurkan satu tangannya. Pria itu mulai mengusap peluh yang membasahi kening Clarisa. Bukan hanya peluh, tapi rambut wanita itu pun Jovan rapihan.
Hingga saat Clarisa memegangi tangannya yang bergerak merapikan rambut wanita itu, fokus Jovan kembali pada Clarisa dan mendengarkan apa yang Clarisa ocehkan.
"Ayahku jahat."
"Bawa aku pergi, tolong."
"Aku janji, aku akan lakukan apa pun yang kau mau."
"Apa pun?" tanya Jovan yang bodohnya malah tertarik dengan ucapan orang mabuk seperti Clarisa sekarang.
Melihat Clarisa mengangguk dengan wajah polosnya, membuat Jovan tersenyum tipis. Amat tipis hingga siapa pun yang melihatnya tidak akan sadar jika Jovan sedang tersenyum. Pria itu jelas terpesona dengan kepolosan yang Clarisa tampilkan.
"Apa pun asal kau bisa membawaku pergi jauh dari Ayah."
"Termasuk mengikuti semua yang aku katakan?"
"Hm." Clarisa kembali mengangguk singkat.
"Kalau begitu, tidurlah bersamaku," bisik Jovan ditelinga kiri Clarisa yang setelahnya ia jilati dengan lembut. Hal itu justru membuat Clarisa makin gila. Mabuk saja sudah membuat Clarisa bicara ngelantur, apa lagi ditambah Jovan yang menggodanya seperti sekarang.
"Lakukan saja jika itu bisa membuatku terbebas dari Ayah," kata Clarisa pasrah.
Menganggap ucapan Clarisa adalan ucapan orang sadar, Jovan tidak lagi mau menunda apa yang harusnya ia dapat dari hasil merogoh kantongnya dalam. Tanpa mengulur waktu lebih lama lagi, Jovan segera melahap bibir merah Clarisa yang memang sudah menggoda sejak pertama wanita itu bicara.
Bukan hanya bibir, tapi tangan Jovan pun juga sudah merayap tidak tentu arah. Sadar dengan apa yang terjadi pada dirinya, alam bawah sadar Clarisa memaksa Clarisa untuk membuka mata.
Silaunya cahaya membuat Clarisa menutup matanya sekali lagi. Setelah dirasa lebih baik, dengan hati-hati Clarisa membuka matanya. Ia menunduk, menatap ke bawah di mana tubuhnya terasa ditindih dan di remas pada bagian tertentu.
"Aaakkhh!" pekik Clarisa kuat ketika sadar jika ada orang yang menindih tubuhnya. Lebih parahnhya, pria itu sedang berusaha melucuti pakaiannya. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Clarisa mencoba untuk menahan tubuh Jovan di atasnya, berniat menghentikkan Jovan tapi tidak berhasil.
KREK!
Clarisa melotot saat tau suara itu berasal dari mana. Dengan cepat ia menarik satu tangannya yang ada pada dada bidang Jovan, beralih jadi menutupi dadanya sendiri yang terbuka akibat dari robeknya gaun tidur yang ia pakai.
Tidak perlu lagi bertanya siapa pelaku perobekkan gaun tersebut, sudah di pastikan jika itu Jovan. Kepala Clarisa menggeleng kuat, mencoba untuk menghentikan aksi pria itu.
Sedangkan Jovan yang merasa terganggu dengan apa yang Clarisa lakukkan pun akhirnya mendongak. Ia menatap Clarisa dengan sebelah alis terangkat naik.
"Apa?"
"Tolong, tolong jangan lakukan itu, aku mohon," ucap Clarisa memelas. Ia sepenuhnya sadar kini. Tidak ada lagi pengaruh alcohol seperti tadi. Tapi apa Jovan mau mendengarkan Clarisa? Jelas tidak, ia sudah terlanjur terbawa suasana akibat pancingan Clarisa tadi.
"Pertama, aku sudah membelimu dengan harga mahal. Untuk harga yang sudah aku keluarkan, aku punya hak untuk memintamu melayaniku. Kedua, kau tadi yang memintaku untuk membawamu pergi jauh dari Ayahmu dan rela melakukan apa pun termasuk tidur denganku. Dan yang terakhir, aku rasa kau lupa soal buku peraturan yang aku buat. Kau …dilarang keras untuk menolak apa yang aku perintahkan. Karena setiap ucapan yang aku lontarkan untukmu, itu wajib kau turuti. Termasuk malam ini, kau tidur bersamaku."
Clarisa terus menggeleng, bergumam kata maaf dan memohon untuk dilepaskan. Bahkan Clarisa juga berjanji pada Jovan, jika pria itu melepaskannya, maka ia akan membayar sejumlah uang yang sudah Jovan keluarkan untuk Ayahnya.
Tapi lagi-lagi ucapan Clarisa bak angin lalu di telinga Jovan. Seolah tidak terganggu sama sekali, Jovan terus melancarkan aksinya. Ia melucuti pakaian Clarisa hingga habis. Menikmati tiap jengkal tubuh indah Clarisa yang ternyata jauh lebih indah dilihat ketika tidak tertutup seperti ini.
Bahkan, tangis Clarisa tidak berarti apa-apa bagi Jovan. Pria itu tetap asik dengan mainan barunya. Kesal karna merasa terganggu dengan kedua tangan Clarisa di dada bidangnya, Jovan dengan cepat meraup kedua tangan Clarisa dan menariknya ke atas kepala wanita itu dan di pegangi.
"Kau cukup diam dan nikmati. Aku akan katakan jika saat diawal memang akan sakit, tapi setelahnya, hanya kenikmatan yang akan kau rasakan. Maka dari itu, hentikan tangisanmu kemudian nikmati dengan desah merdu suaramu," bisik Jovan di telinga Clarisa yang tidak terasa malah membuat air matanya jatuh begitu saja.
Bersambung…
Jangan lupa berikan Komen, like juga hadiah jika kamu suka cerita ini. Dukung Ai terus ya. Terima kasih.