Chereads / Baby, Please Love Me! / Chapter 8 - Jacuzzi dan Permainan Panas

Chapter 8 - Jacuzzi dan Permainan Panas

Clarisa sedang asik menikmati pijataan di kakinya dengan posisi terlentang saat ada satu tangan mengusap wajahnya dengan lembut. Hal itu seketika membuat Clarisa cepat-cepat membuka matanya.

"Hai," sapa Jovan lembut.

Hal yang pertama ia lihat adalah wajah tampan Jovan di hadapannya. Praktis itu membuat Clarisa menarik satu tangannya yang bebas lalu menutup bagian dadanya dengan tangan.

Melihat apa yang Clarisa lakukan, Jovan tersenyum geli lalu menyingkirkan tangan Clarisa dari dada berisi milik wanitanya.

"Aku sudah lihat semua. Bahkan lebih hanya sekedar ini," kata Jovan ringan. Tidak ada beban sama sekali saat ia mengatakan hal tadi. Bahkan ketika masih ada satu orang therapis yang memijat tubuh Clarisa.

Tidak mau obrolan mereka nantinya didengar lebih jauh, Jovan memberi kode pada therapis tersebut untuk pergi. Setelah hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu, Jovan menatap tubuh Clarisa dari atas sampai bawah, membuat tubuh Clarisa menengang setelahnya.

Padahal baru hanya ditatap saja, tapi sudah mampu membuat Clarisa tidak karuan. Ia dibuat gemetar, bahkan hanya dari tatap mata Jovan, Clarisa bisa merasakan lagi bagaimana lembut juga lihainya sentuhan Jovan di atas tubuhnya. Bahkan dibagian-bagian tertentu, Clarisa sampai bisa lupa diri dibuatnya.

"Hei tenang, kenapa kau terlihat ketakutan begini?" tanya Jovan lembut. Pria itu pun membantu Clarisa untuk duduk berhadapan dengannya. Satu tangan Jovan terulur ingin merapikan rambut Clarisa tapi wanita itu malah menjauh hingga membuat Jovan menarik tangannya kembali.

"Kau takut?"

"Apa kau akan melakukan hal seperti tadi malam padaku lagi?"

"Kamu tidak mau?"

Dengan ragu-ragu Clarisa menggeleng. Wanita itu ingin berkata jujur jika ia masih trauma, takut sekaligus malu dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Seperti tadi malam saja, Clarisa terus memohon untuk berhenti, tapi ketika Jovan memberinya kenikmatan, Clarisa malah ikut menikmatinya.

Clarisa merasa jika dirinya kemarin benar-benar terlihat seperti wanita yang sudah terlatih menjadi wanita bayaran, karna pasrah saja ketika tubuhnya dinikmati.

Sedangkan Jovan yang mendengar permohonan Clarisa padanya pun mengulas senyum tipis. Ia mengangguk, mengulurkan satu tangannya di depan Clarisa yang tangannya sibuk memegang kain putih demi menutupi tubuhnya yang telanjang.

"Jika kau tidak ingin melakukannya, aku tidak akan meminta. Maaf soal yang tadi malam." Jovan mendekatkan wajahnya dengan wajah Clarisa hingga hidungnya berhasil menyentuh pipi sebelah kiri Clarisa dan kemudian berbisik lembut. "Tapi jika aku boleh jujur, tadi malam kau terlalu menggoda dengan suara lirihmu itu. Bahkan saat kita melakukannya, kau malah membuat aku semakin gila, Clarisa."

GLEK!

Clarisa menelan ludahnya kuat. Ia menatap lurus dinding bercat putih di depannya. Ketika tangan Jovan ada tepat di pinggangnya, Clarisa memejamkan matanya kuat. Mencoba tetap tenang meski jatungnya sudah siap untuk melompat keluar.

"Ayo, kita berendam dulu. Aku yakin setelah beremdam nanti tubuhmu akan jadi lebih baik."

Clarisa membuka mulutnya cepat dengan kedua mata membulat saat tangan Jovan keduanya meraih tubuhnya. Membawa tubuhnya yang tadi masih terduduk di ranjang khusus pijat jadi sudah ada di dalam gendongan Jovan.

"Eh?"

"Sstt, jangan terlalu banyak bergerak, Risa. Kau tidak tau, apa yang kau lakukan bisa membuat milikku terjaga," kata Jovan yang seketika membuat Clarisa terdiam.

Wanita itu menunduk, membuat keningnya menempel dengan pundak tegap Jovan. Pria itu dengan santai membawa Clarisa yang ada di gendongan ke dalam ruangan lain yang ada di lantai yang sama.

Tadi ia sempat meminta Moza untuk merubah semua renaca awal. Tidak jadi ikut spa, tapi ingin berendam berdua bersama Clarisa.

"Tunggu di sini sebentar."

Clarisa diturunkan saat mereka sudah sampai di tempat yang Jovan maksud, Jacuzzi.

Dengan pandangan heran Clarisa mengedarkan pandangan. Ia menatap seluruh ruangan yang ada di sana lalu menggeleng kagum.

Ruangan ini lebih seperti halaman yang ada di balkon kamar dengan ukuran yang amat luas. Ada dua jacuzzi yang tersedia di sana. Dan yang lebih menakjubkan adalah pemandangannya yang begitu luar biasa.

Mungkin karna tinggi Mansion Jovan ini, maka mereka bisa melihat pemandangan indah seperti sekarang. Dan yang belum Clarisa tau, hingga sekarang dia masih belum tau di mana letak Mansion ini sebenarnya. Daerah mana atau kota apa.

"Clarisa, ayo."

Clarisa menoleh, mendapati Jovan yang sudah menggunakan celana pendek saja dan memegang dua gelas kristal berkali panjang.

"Aku ikut?" tanya Clarisa yang membuat Jovan terkekeh.

"Lalu buat apa aku membawamu kemari jika kau tidak ikut?"

Pelan-pelan Clarisa menatap tubuhnya sendiri. Selain hanya kain putih yang melilit di tubuhnya, hanya ada kain berbentuk segitiga berenda saja yang melekat di tubuhnya. Bagian atas tubuhnya malah sudah tidak tertutupi. Bagaimana bisa ia ikut berendam dalam keadaan seperti ini?

"Tapi aku--"

"Tidak mengenakan bra?" tanya Jovan membuat Clarisa membuang muka malu. Wajahnya bahkan memanas dan merah padam akibat ucapan Jovan terhadapnya tadi.

Perlahan Jovan mendekat, ia meletakkan dua gelas kristal tadi lebih dulu di pinggir jacuzzi yang sudah siap beserta satu botol wine. Berdiri di depan Clarisa lalu menarik ujung dagu wanita itu.

Untuk beberapa saat, Jovan membiarkan Clarisa memandangnya. Setelah dirasa Clarisa terbiasa akan keberadaannya, Jovan pun menggerakkan tangannya. Menarik kain putih pelindung tubuh Clarisa tadi dan menjatuhkannya ke lantai.

Praktis membuat Clarisa terkejut dan menunduk, ia mencoba untuk menutupi tubuhnya tapi kedua tangannya sudah di cekal oleh Jovan.

"Hanya ada aku di sini, dan aku sudah bilang, tadi malam aku melihat lebih dari ini, Clarisa. Jadi, diamlah."

Meski masih merasa risih, Clarisa hanya bisa diam. Diam ketika bibir Jovan mendekat, hidungnya yang bengir pun sudah menyentuh pipi Clarisa, berjalan kebawah terus melewati leher dan sampai di dada.

Clarisa menahan napas ketika bibir Jovan ada di depan dadanya. Clarisa pikir jika Jovan tidak akan menepati janjinya yang tadi dan akan kembali meniduri dirinya. Tapi Clarisa salah saat bukan sentuhan lebih jauh yang ia dapat dari Jovan, melainkan pelukkan hangat dari Jovan sambil menggiring tubuh mereka untuk masuk ke dalam kolam jacuzzi.

"Kau lucu sekali, Clarisa. Tadi kau bilang tidak mau aku sentuh, tapi ketika aku melakukannya, kau tidak sama sekali menolak. Apa itu artinya kau juga menikmatinya?" tanya Jovan pada Clarisa ketika pria itu sudah mendudukkan Clarisa di depan tubuhnya dengan kedua kaki Jovan yang terbuka lebar dan Clarisa ada di antaranya.

"Ti--tidak begitu," kata Clarisa gugup membuat Jovan makin menikmati kedekatannya bersama Clarisa. Bahkan hidungnya belum beranjak dari pundak telanjang Clarisa yang begitu menggoda dengan kulit putih dan mulusnya.

"Lalu apa?"

"Diperaturan, kau menulis jika aku tidak boleh menolak apa yang kau mau, dan--"

"Tadi sebelum kita kemari kau sudah meminta padaku untuk tidak melakukan hubungan badan. Lalu kenapa baru saja aku menggodamu, kau malah tetap diam, bukannya melawan?"

Clarisa menunduk, memainkan jari-jarinya yang gemetar karna usapan tangan besar Jovan ada di perutnya yang telanjang.

"Karna aku tidak bisa."

"Kau bisa!" Jovan cepat-cepat mengubah posisi duduk Clarisa, membuat wanita itu kini menghadap dirinya lalu menarik dagu Clarisa hingga pandangan mereka beradu.

"Jika kau milikku, maka begitu sebaliknya. Aku juga milikmu. Kau juga bisa mengatakan apa yang kau mau, maka aku akan berikan. Kecuali keluar dari Mansion ini dan dari jangkauanku. Kau ...ada di dalam lingkaran kehidupanku sekarang."

Clarisa menatap manik gelap Jovan. Semakin lama ia tatap, makin larut ia dalam buai yang Jovan punya. Hingga pada saat yang tepat, keduanya saling mempertemukan bibir mereka, membelit dan memagut satu sama lain.

Di dalam ciuman kali ini, Clarisa terasa lebih tenang dan santai. Bahkan sesekali wanita itu ikut membalas apa yang Jovan lakukan padanya hingga tanpa Clarisa sadar, tangan Jovan sudah memainkan dadanya yang berisi hingga desah nikmat kembali Clarisa keluarkan.

"Aahh!"

Bersambung...