"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Kate.
Hans mendorong Kate sehingga Kate terdorong masuk ke dalam kamar. Ia sendiri ikut masuk dan kemudian menutup pintu.
"Nah sekarang ...."
'PLAAKK!'
Kate langsung menampar Hans.
"Aduh! Apa yang kau lakukan?" teriak Hans marah sambil memegangi pipinya yang berdenyut-denyut.
"Seharusnya aku yang bertanya demikian!" balas Kate sambil bertolak pinggang.
"Kau mendorongku masuk ke dalam kamar kemudian menutup pintu, pasti kau mau berbuat yang tidak-tidak kan?" Tuduh Kate.
"Enak saja! Akukan sudah bilang kalau aku mau bicara denganmu!" bentak Hans pada Kate.
"Kalau mau bicara kenapa tidak dari tadi saja di dapur?" tanya Kate.
"Karena aku baru saja memikirkannya," kata Hans sambil mendelik.
"Baik! Kalau begitu, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Kate menantang.
Tubuhnya yang kecil berdiri menantang di hadapan Hans yang menjulang tinggi. Hans dapat melihat dada Kate yang tampil membusung ketika ia mencoba mengkonfrontasi Hans.
'Sialan! Mengapa aku malah memperhatikan yang tidak-tidak?' keluh Hans dalam hati marah pada dirinya sendiri.
"Berapa jumlah hutangmu pada kakekku?" tanya Hans pada Kate.
"Dua milyar!" Jawab Kate.
"Kuberi kau tiga milyar!" Tawar Hans tiba-tiba.
"Apa? Apa maksudmu?" tanya Kate.
"Kuberi kau tiga milyar, lalu jauhi aku!" ulang Hans.
"Dua milyar bisa kau gunakan untuk melunasi hutangmu pada kakekku!"
"Satu milyar lagi sebagai kompensasi dariku jika kau setuju untuk pergi dari kehidupanku!" tawar Hans.
"Apakah tawaran itu datang dengan persyaratan lainnya?" tanya Kate dengan curiga.
"Tidak! Tak ada syarat apapun. Hanya jauhi saja aku!" kata Hans dengan mantap.
"Deal!" kata Kate langsung dengan gembira.
Ia tidak mempercayai keberuntungannya. Ia akan lepas dari keharusan menikahi seorang penyuka sesama jenis. Sebaliknya ia akan dapat menikmati hidup yang lebih baik karena ia akan memperoleh satu milyar untuk hidupnya.
"Bagus. Aku akan menyiapkan cheque untukmu besok!" kata Hans senang.
Kate mengangguk setuju. Ketika Hans sedang berbalik dan akan keluar, ia mendengar Kate berkata.
"Hans, terima kasih! Kau pasti sangat membenci wanita," kata Kate.
"Kudoakan kau semoga bahagia dengan pilihan jalan hidupmu sebagai penyuka sesama jenis," kata Kate dengan bersungguh-sungguh.
Hans tidak menjawab. Ia langsung keluar dan meninggalkan kamar Kate.
'Penyuka sesama jenis? Sialan!'
Wanita yang baru dikenalnya dalam satu hari itu sudah langsung menganggap dirinya seperti itu!'
****
Keesokan harinya ...
"Ini cheque untukmu, sesuai dengan janjiku!" kata Hans sambil menyerahkan dua lembar cheque kepada Kate.
"Satu lembar bisa kau berikan pada kakekku."
"Dan satu lembar lagi untukmu!"
Kate segera menerima cheque itu dengan senang.
"Terima kasih!" jawab Kate.
"Aku akan segera menemui kakekmu dan akan segera menyerahkan cheque ini padanya!" kata Kate.
****
"Mr. Henry?" Kata Kate menyembulkan kepalanya dari balik pintu ruang kerja Mr. Henry.
"Kakek, Kate! Panggil aku 'Kakek'!" Jawab Mr. Henry sambil tersenyum.
"Oh ya, aku sudah menyiapkan mobil dan seorang asisten yang akan membantumu mengambil barang-barang keperluanmu sekaligus mengantarkanmu berbelanja pakaian baru!" kata Mr. Henry.
"Eh, kurasa hal itu tidak perlu lagi, Kek!" kata Kate dengan tidak enak hati.
"Hari ini aku datang menemui Anda untuk menyerahkan ini!" kata Kate sambil meletakkan selembar cheque pemberian Hans.
"Apa ini?" tanya Mr. Henry terbelalak.
"Eh, kemarin aku bertemu dengan Hans," kata Kate sedikit tidak enak hati.
"Ia menawarkan padaku untuk membantu melunasi hutang ayahku kepada Kakek."
"Sekaligus memberikan aku kompensasi sebesar satu milyar untuk biaya hidupku ke depan."
"Dengan demikian aku tidak akan perlu menikah dengannya," kata Kate menjelaskan.
Mr. Henry menatap ke arah Kate sejenak seolah sedang berusaha mencerna perkataan Kate barusan.
"Ck!" Mr. Henry berdecak tak berdaya.
"Hans melakukan cara licik seperti itu ya?" tanya Mr. Henry tak percaya.
Kemudian Mr. Henry menekan sebuah tombol yang terdapat pada pesawat telponnya.
"Ya. Mr. Henry?" Tanya sebuah suara pria menjawab.
"Robbie, panggilkan Hans untukku. Temui aku di ruang kerja!" Mr. Henry memberi perintah.
"Kenapa, Kek?" Tanya Kate was-was.
Sepertinya hal ini tidak akan menjadi semudah yang diharapkannya.
"Kate, sayang ...." Panggil Mr. Henry.
"Maaf! Tapi aku tidak dapat menerima cheque ini sebagai pembayaran atas hutang ayahmu padaku," kata Mr. Henry sambil mengangkat lembaran cheque itu kemudian merobeknya menjadi serpihan kecil.
"Tunggu! Apa yang Kakek lakukan?" Teriak Kate terkejut.
"Aku tidak bisa menerima pembayaran atas hutangmu dengan uang yang berasal cucuku sendiri, Kate!" kata Mr. Henry sambil tersenyum.
"Kakek datang mencariku?" Suara Hans tiba-tiba terdengar saat ia membuka pintu ruang kerja Mr. Henry.
Kate melihat bahwa Hans telah berganti pakaian sekarang dengan sweater berwarna abu-abunya dan celana jeans yang membungkus ketat otot-otot pahanya. Rambutnya ditata dengan sedikit berantakan dengan gel, membuat Kate ingin menyelipkan jari jemarinya diantara helaian rambut itu.
'Hentikan Kate, apa yang kau pikirkan?' Kate dengan segera menegur dirinya sendiri.
"Betul! Aku mencarimu," jawab Mr. Henry.
"Katakan padaku. Usaha apa lagi yang kau pikirkan itu Hans?" Tanya Mr. Henry.
"Kau mencoba melunasi hutang Kate dengan uangmu?" Mr. Henry tertawa.
"Ada apa ini?" bisik Hans pada Kate yang berdiri di sebelahnya.
"Kakekmu menolak cheque pemberianmu!" jelas Kate sambil berbisik pula.
"Hans, kau tidak bisa mengelabuiku," kata Mr. Henry.
"Keputusanku tetap bulat!"
"Apapun yang terjadi, kau tetap akan harus menikah dengan Kate!" tiba-tiba senyum di wajah Mr. Henry menghilang. Digantikan dengan raut wajah tegas yang tidak akan bisa ditolak oleh siapapun.
Mungkin itulah sebabnya beliau bisa sampai sukses dalam bisnisnya sampai pada tahap ini.
"Aku tetap akan menolak, Kek!" Bantah Hans.
"Aku tidak ingin menikah!" kata Hans dengan yakin.
"Memangnya kau pikir berapa usiamu, hah?" tanya Mr. Henry.
"Sudah cukup kau bermain-main!"
"Lagipula kau sudah menyetujuinya pula kemarin."
"Kini saatnya kau memikirkan masa depan keluarga McDowell," tegas Mr. Henry.
"Kate!" panggil Mr. Henry tiba-tiba.
"Ya, Kek?" jawab Kate yang sedikit canggung berada ditengah-tengah adu pendapat antar dua pria beda generasi itu.
"Biarkan Hans yang mengantarmu untuk mengambil barang-barangmu hari ini," kata Mr. Henry.
"Setelah itu, ia akan mengantarmu berbelanja sampai puas!"
"Eh, tapi ...." Kate berusaha memprotes.
"Tidak ada tetapi! Hans harus dihukum!" Tegas Mr. Henry menutup pembicaraan.
Pada akhirnya dengan terpaksa Hans mengantarkan Kate dengan mobilnya. Ia merasakan bahwa ia akan menghabiskan hari Sabtu yang mendung dan suram.
"Kau mau minta diantar kemana?" tanya Hans ketika mereka akhirnya sudah berada di dalam mobil jeep Wrangler milik Hans.
"Aku ingin kembali ke rumahku untuk mengambil beberapa pakaianku," jawab Kate.
Hans menoleh dan baru menyadari sejak kemarin Kate masih memakai pakaian yang sama ketika mereka bertemu pertama kalinya kemarin.
"Aku dibawa secara paksa oleh kedua raksasa suruhan kakekmu sepertinya."
"Maksudmu Vince dan Caleb?" tanya Hans menoleh sekilas ke arah Kate.
"Mungkin!" Jawab Kate.
"Maaf! Rupanya rencana kita tidak berhasil," kata Kate kepada Hans.
"Sudahlah. Tidak apa-apa!" Jawab Hans.
"Aku akan memikirkan cara lain agar pernikahan itu dibatalkan," kata Hans sambil menyetir. Tak biasanya jalanan itu sedikit macet.
Tiba-tiba tercetus sebuah ide dalam benak Hans.
"Kate?" panggil Hans.
"Ada apa?" tanya Kate.
"Kau ingin bebas?" tanya Hans.
Kate menatap Hans bersungguh-sungguh dengan mata coklatnya yang jeli.
To be continue ....