Chereads / You, Me And Money / Chapter 11 - 11. Keluarga Besar McDowell

Chapter 11 - 11. Keluarga Besar McDowell

Hans menyambar Kate dan kemudian mulai menciumnya dengan intens. Kate tanpa diduganya pun membalas dengan penuh gairah.

Mereka saling bertautan seolah tak ingin menjauh. Hans bisa merasakan lidah Kate mulai memenuhi mulutnya dan ...

"Hans!"

"Hans!" Kate menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Hans.

"Mengapa kau melamun?" tanya Kate.

"Maaf kau tadi bilang apa?" Tanya Hans merasa menjadi orang yang paling dungu di dunia.

"Aku bilang, aku sudah siap. Mari kita jalan!" kata Kate masih sambil memandang Hans dengan ragu.

"Eh ... oh ya ... baiklah!" kata Hans dengan segera, ia tak berani menatap mata Kate.

'Astaga, Hans! Apa yang baru saja kau bayangkan?' Nurani Hans berkata dengan jengkel.

'Kau tidak menyukai gadis ini. Lalu mengapa kau membayangkan hal seperti itu?' Hans ingin rasanya menampar dirinya sendiri.

"Hans!" panggil Kate lagi.

"Apa? Oh ya, mari!" Ajak Hans sambil menyediakan tangannya untuk membimbing Kate.

Kate dengan segera menyampirkan lengannya di tangan Hans. Kemudian Hans membimbing Kate ke ruang keluarga.

"Ingat! Di sini kau harus bersandiwara seperti yang sudah diberitahukan padamu, ya!" Hans mengingatkan Kate.

"Aku tahu!" Jawab Kate.

"Hans! Kate! Tiba juga kau akhirnya," kata Mr. Henry.

"Semuanya sudah berkumpul," kata Mr. Henry lagi sambil memberikan kode kepada Hans dan Kate.

Banyak dari anggota keluarga McDowell bergantian mengucapkan selamat atas rencana pernikahan Hans dan Kate.

Ada yang mengucapkan dengan biasa-biasa saja. Namun ada juga yang mengucapkan dengan nada menyelidik dan tidak percaya.

"Halo, selamat yah Hans dan ... Kate?" sapa seorang wanita yang terlihat cukup berumur.

"Selamat malam aunt Louise!" Sambut Hans.

"Ia adalah adik Kakekku yang paling kecil!" Hans berbisik memberitahukan kepada kate.

"Kalian tampak serasi sekali," kata aunt Louise lagi.

"Tiba-tiba sekali acara pernikahan kalian!" Kata aunt Louise lagi.

"Kakek sudah langsung cocok dengan Kate," Jawab Hans singkat.

"Jadi kupikir tidak ada gunanya menunda pernikahan kami."

"Lagipula kami juga sudah saling mencintai satu sama lain."

"Dimana kalian bertemu?" Tanya seorang pria tiba-tiba datang dan ikut berbicara dengan mereka. Kumisnya tebal dan orangnya tinggi kurus. Kurang lebih ia seumur dengan aunt Louise.

"Aku tak pernah melihat kalian dalam acara keluarga!" seru pria dengan suara besar itu.

"Kate, perkenalkan, ini adalah uncle Ralph, suami dari aunt Louise," Hans memperkenalkan.

Kate menjabat tangan pria setengah baya itu dengan sopan sambil memperkenalkan diri.

"Kami bertemu di sebuah acara amal untuk anak-anak yang terkena kanker leukimia, uncle Ralph," kata Hans mengucapkan kebohongan dengan sangat lancar.

"Dimana Kate menawarkan dirinya untuk mengikuti lelang kencan amal."

"Aku langsung tertarik melihat kecantikan Kate. Dan aku langsung memasang harga yang tinggi untuk memenangkan lelang."

"Dan aku berhasil!" Hans memandang Kate. Tatapannya memandang dengan penuh cinta, sementara tangannya melingkari pinggang Kate. Sandiwara yang hebat.

Kemudian dengan gerakan mantap ia mencium Kate dengan sangat mesra dan lama. Ciuman Hans tidak menuntut namun terasa kuat dan panas.

Kate merasakan tubuhnya terbakar oleh api panas, kemudian meleleh bagaikan karamel manis yang mencair.

Kate sendiri jika tidak menyadari bahwa mereka sedang bersandiwara, akan mengira bahwa Hans serius dengan perkataan dan tatapannya serta ciumannya. Kate langsung mabuk.

'Berhenti Hans! Jika kau teruskan lagi bisa-bisa kau kehilangan kendali diri dan melucuti pakaian Kate di depan seluruh keluarga besarmu!' Batin Hans memberikan peringatan kepada Hans.

Hans menyudahi ciuman itu dengan tiba-tiba. Membuat Kate yang sedang mabuk menjadi terhuyung. Namun dengan cepat Hans menyanggah punggung Kate.

"Wow! Ciuman ala anak muda!" seru uncle Ralph.

"Louise, kurasa lebih baik kita mencari anggur terbaik yang bisa kita minum. Jangan mengganggu mereka," uncle Ralph mengajak istrinya untuk segera beranjak dari sana.

"Dua sejoli ini sedang sangat kasmaran rupanya," uncle Ralph pamit sambil tertawa keras.

Kate sesungguhnya tidak begitu menikmati pesta ini. Sepertinya aura persaingan terlalu terlihat jelas di dalam ruangan ini. Walaupun mereka semua disebut keluarga besar McDowell, tapi Kate merasakan adanya sikap permusuhan.

"Selamat atas pertunangan kalian," terdengar suara sexy seorang pria berbisik di samping telinga Kate dari arah belakang.

Kate terkejut dan hampir menjatuhkan gelas champagne yang sedang dipegang olehnya. Pria itu dengan gesit membantu Kate untuk menangkapnya.

"Terima kasih!" kata Kate dengan sedikit gugup. Hans sedang tidak ada disampingnya. Hans sedang berbicara dengan segerombolan pria di ujung ruangan.

"Kau Kate tunangan Hans?" tanya pria itu.

Kate baru saja sempat memperhatikan wajah tampan pria yang sedang berbicara padanya itu. Rambutnya berwarna tembaga, pandangan matanya sangat lembut, senyumnya begitu menawan, dan wajahnya tampan bagaikan keturunan dewa.

Tubuhnya? Jangan ditanya. Meski terbalut dalam setelan jas hitam yang terlihat sangat elegan ditubuhnya, Kate dapat membayangkan berbagai hal menggiurkan yang ada di balik setelan jas itu.

"Halo, apakah kau mendengar pertanyaanku?" tanya pria itu lagi sambil tersenyum kepada Kate.

"Apa? Oh iya ... ya ... betul sekali. Aku adalah tunangan Hans," kata Kate dengan gugup.

Kate hampir saja menitikkan air liurnya ketika melihat pria tampan dihadapannya ini. Pria ini adalah tipe idamannya.

"Perkenalkan. Namaku adalah Alec!" Pria yang bernama Alec itu mengulurkan tangannya mengajak Kate untuk berjabat tangan.

"Hi Alec. Senang berkenalan denganmu," Kate menerima uluran tangan Alec dan menyambutnya dengan centil.

"Malam ini kurasa kau adalah bintangnya Kate. Pesta ini diadakan khusus untuk menyambut dirimu ke dalam keluarga besar McDowell," kata Alec lagi.

"Kau cantik sekali!" Puji Alec kepada Kate.

"Sayang sekali aku terlambat selangkah!"

"Jika saja aku lebih cepat sedikit, mungkin aku akan bisa memiliki dirimu terlebih dahulu daripada Hans ya!" kata Alec sambil tersenyum penuh pesona.

'Astaga Alec! Aku tak keberatan untuk dimiliki oleh dirimu!' sahut Kate di dalam hati dengan gembira.

'Tunggu aku Alec! Pernikahan ini hanya pernikahan palsu.'

'Jika aku sudah bercerai dengan Hans, maka kau bisa memiliki diriku!'

"Kau pandai sekali membuat wanita tersanjung Alec," kata Kate sambil tersipu.

"Khusus hanya untukmu, Kate!" bisik Alec dengan pelan.

'Apa ini? Apakah Alec baru saja menggodaku?' pikir Kate.

"Tapi ... aku adalah tunangan Hans," Jawab Kate dengan ragu.

"Aku tahu! Tapi kurasa aku jadi menyukaimu juga pada pandangan pertama kita," jawab Alec dengan penuh rayuan.

Wajah Kate memerah. Ia tak tahu harus berkata apa. Alex adalah tipe pria yang disukai olehnya. Tapi Hans sudah memperingatkan dirinya dengan keras agar sandiwara mereka tidak boleh sampai terbongkar atau Kate tetap harus mengembalikan uang dua milyarnya ditambah dengan bunga berjalannya.

"Eh, terima kasih atas perhatianmu Alec," jawab Kate dengan berhati-hati.

"Tapi aku sudah bertunangan dengan Hans, dan pernikahan kami sudah di depan mata," jawab Kate ikut berlakon sesuai skenario yang sudah disiapkan oleh Hans dan Mr. Henry.

Sementara itu, Hans yang sedang berbicara dengan saudara-saudaranya menoleh dan melihat Kate sedang berduaan dengan Alec.

Tanpa pamit pada saudara-saudaranya yang lain, Hans dengan segera menghampiri Kate dan Alec yang tampak sedang asyik berbincang.

Hans bergegas mendekati Kate dan Alec. Dihatinya sepintas muncul perasaan cemburu yang tak dimengertinya.

Ia benar-benar tidak suka jika Kate berbicara dengan pria lain.

"Halo sayang. Maaf aku meninggalkanmu terlalu lama ya," seru Hans sambil memeluk Kate dari belakang dengan mesra.

Kate hampir terjengkang karena syok begitu merasakan pelukan erat Hans dari belakang.

"Hans!" seru Kate sedikit gugup sebelum akhirnya mulai menguasai dirinya dan ikut serta memainkan peranannya.

"Apa kabar, Uncle?" Sapa Hans kepada Alec.

"Uncle?" Kate terbelalak lebar ketika mendengarnya. Kepalanya berputar menghadap Hans yang berdiri dibelakangnya.

to be continued ....