Chereads / You, Me And Money / Chapter 9 - Siapa Itu Grey?

Chapter 9 - Siapa Itu Grey?

Kate menoleh mendengar namanya dipanggil. Hans ikut-ikutan menoleh.

"Grey!" panggil Kate.

"Grey!" panggil Kate lagi namun kali ini disertai dengan tindakan.

Kate langsung melempar ranselnya ke arah Hans - yang secara refleks langsung menangkapnya -, kemudian Kate langsung berlari dan memeluk dengan erat seorang pria yang dipanggil dengan nama Grey itu.

Pria itupun lantas memeluk Kate dengan erat.

"Kate!" Seru Grey memeluk Kate dengan penuh kerinduan.

Sepercik api menyala di dalam hati Hans ketika melihat pemandangan romantis itu. Secercah perasaan bahwa ia tidak rela melihat calon pengantinnya memeluk dan dipeluk oleh pria lain.

'Apa yang kau pikirkan, Hans?' tanya nurani Hans kepada dirinya sendiri.

'Ppfftt ... Pfftt ... matilah kau api! Jangan menyala!' Hans sibuk meniup untuk mematikan percikan api aneh yang menyala membandel di hatinya.

"Kau sudah kembali, Grey? Kapan? Kau jahat! Mengapa kau tidak langsung menghubungiku?" tanya Kate memberondong Grey dengan pertanyaan demi pertanyaan dan memukul dada pria itu dengan main-main.

"Aku baru saja kembali. Dan aku langsung ke rumahmu sekarangkan?" Kata Grey sambil tertawa. Ketika ia tertawa sudut matanya berkerut membuat wajahnya semakin tampak tampan. Wanita manapun juga pasti akan meleleh seperti mentega jika menatap wajah ganteng Grey. Tubuhnya tinggi besar dan sangat berotot. kulitnya kecoklatan karena terbakar sinar matahari. Rambutnya dipotong model tentara dan berwarna pirang.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Grey sambil mengusap rambut Kate dengan sayang.

"Aku ... ehm ... kabarku tidak begitu baik!" kata Kate ragu-ragu.

"Ehem!" Hans yang merasa tersisihkan berdeham keras.

"Kate ... kita harus buru-buru!" kata Hans kepada Kate.

"Tidak baik bagaimana?" tanya Grey tiba-tiba melirik ke arah Hans.

Seolah baru menyadari kehadiran Hans, kedua pria itu saling menatap seperti sedang adu kekuatan. Grey tiba-tiba bersikap defensif terhadap Hans.

"Siapa pria itu?" tanya Grey pada Kate dengan curiga.

"Dia ... dia ...." Kate bingung bagaimana harus menjelaskan posisi Hans pada Grey. Karena ia toh juga belum begitu mengenal Hans.

"Namaku Hans. Hans McDowell! Calon suami Kate!" Hans berkata dengan meyakinkan sambil mengulurkan tangannya kepada Grey untuk bersalaman.

'Calon suami?' tanya Hans pada dirinya sendiri dengan terkejut.

'Dasar besar mulut! Apa yang baru saja kau katakan barusan?' Gerutu Hans dalam hati.

"Calon suami?" tanya Grey juga dengan sama terkejutnya. Ia sama sekali tidak mau menyambut uluran tangan Hans.

Kedua pria berwajah ganteng itu saling menatap dan saling menilai. Grey bertubuh lebih tinggi dan lebih berotot daripada Hans. Tapi Hans hanya sedikit lebih pendek daripada Grey.

Jika dilihat, maka keduanya akan tampak seperti model pria. Jika Hans menampilkan kesan elegant dan sangat berkelas, maka Grey malah sebaliknya, seperti seorang yang terbiasa bekerja berat.

Pakaian Grey jelas-jelas hanya merupakan pakaian biasa. Hanya t-shirt biasa dan celana jeans yang sudah sobek-sobek, namun tetap memiliki pesona maskulin tersendiri.

'Setidaknya ia masih kalah dariku," kata Hans menyombong dalam hati.

"Ya, betul!" jawab Hans.

"Jika kau tidak keberatan, maaf aku harus pergi bersama calon istriku sekarang!" Hans menatap Grey dengan tajam seolah menantangnya sambil menarik lengan Kate.

'Calon istri? Kau ini sedang kenapa sih, Hans?' tanya Hans pada dirinya sendiri. Ia mulai merasa bahwa dirinya sudah mulai kehilangan kewarasan.

"Ayo Kate!" kata Hans menarik Kate.

"Tunggu dulu!" Grey ikut menarik lengan Kate yang satunya sehingga Kate seolah menjadi barang rebutan.

"Kate, bisa kau jelaskan apa maksudnya ini semua?" tanya Grey sambil menarik agar Kate mendekat padanya.

"Kate, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi!" Hans ikut menarik Kate agar mendekat ke arahnya.

Baik Grey maupun Hans, keduanya tidak ada yang mau mengalah. Mereka memperebutkan Kate sehingga wanita itu merasa kesal dan lengannya terasa sakit di tarik kesana kemari.

"Cukup! Hentikan! Sakit tahu. Memangnya kalian pikir aku tali tambang atau apa ditarik-tarik seperti ini?" Kate mengoceh.

"Lepaskan aku!" pinta Kate. Namun tak ada satupun dari kedua pria itu yang bersedia untuk melepaskannya.

"Lepaskan Kate atau aku akan membuat perhitungan denganmu!" Hans mengancam Grey.

"Coba saja!" Balas Grey tak gentar dengan ancaman Hans.

"Grey tolong lepaskan aku dulu," pinta Kate.

"Aku akan menjelaskannya nanti, Grey. Aku janji!" kata Kate sedikit terburu-buru sambil prlan-pelan menarik lengannya dari Grey.

Pada akhirnya Grey melepaskannya namun dengan tidak rela.

"Aku tidak apa-apa kok, sungguh!" ujar Kate sambil ditarik menjauh oleh Hans menuju ke arah mobil Jeep Hans.

"Aku akan menghubungimu!" Suara Kate hilang dibalik pintu mobil yang dihempaskan dengan kencang oleh Hans secara sengaja. Hans memandang Grey dengan wajah penuh kemenangan sebelum akhirnya ia memutar ke sisi bagian pengemudi dan menjalankan mobilnya meninggQalkan Grey menjauh.

"Berapa orang kekasih sebenarnya yang kau miliki?" tanya Hans kepada Kate tiba-tiba setelah mereka berkendara agak lama.

"Kukira kau baru saja memutuskan yang kemarin di cafe hotel?" selidik Hans.

"Desmond maksudmu?" tanya Kate.

"Memang hanya dia kekasihku. Ralat! Mantan kekasihku sekarang," kata Kate sambil mendelik kesal ketika mengingat pria itu.

"Lalu siapa pria tadi? Mengapa kau sampai melompat ke pelukannya segala?" Hans bertanya dengan nada kecemburuan yang jelas di dalamnya. Namun Kate sepertinya tidak menyadarinya.

"Grey?" Tanya Kate.

"Dia sudah seperti kakak angkat bagiku!" jawab Kate kemudian.

"Bagi orang lain yang melihat tidak tampak seperti itu!" kata Hans menggenggam kemudinya terlalu erat hingga buku-buku jarinya sampai memutih.

"Kami memang dekat," kata Kate tertawa centil.

"Ia memang menyukaiku tapi aku hanya menganggapnya sebagai kakak angkatku saja," kata Kate menjelaskan.

'Benarkah kau hanya menganggapnya sebagai kakak angkat?' tanya Hans dalam hati dengan sinis.

"Grey dulu tinggal dan mengontrak sebuah kamar di atas rumahku," kata Kate lagi.

"Ayahku mengenalnya di bar tiga tahun yang lalu."

"Dan kemudian membawanya pulang untuk menyewakan kamar kosong di sebelah kamarku."

"Sampai sembilan bulan yang lalu, ia bekerja dibagian konstruksi bangunan. Kemudian ia harus pindah sementara untuk mengikuti pekerjaannya.

"Ia berjanji akan kembali begitu pekerjaannya selesai. Dan ia menepati janjinya," Kate berujar dengan senang.

Sudah lama sekali sepertinya ia tidak bertemu dengan Grey. Dan ia merindukan kebaikan dan perhatian pria itu padanya.

Hans yang mendengar hal itu hanya diam saja tidak berkata apapun. Hatinya masih jengkel dengan kejadian tadi, sehingga bukannya mengantarkan Kate berbelanja ia malah mengantarkan Kate kembali ke rumah keluarganya.

"Nanti kau minta Vince dan Caleb saja yang mengantarkanmu berbelanja," kata Hans.

"Tiba-tiba aku teringat ada sesuatu yang harus kulakukan," kata Hans lagi kepada Kate.

"Baiklah!" kata Kate menurut.

Kate baru saja turun dari mobil dan Hans hendak menjalankan mobilnya pergi, ketika tiba-tiba seorang pelayan lain muncul dan mencegah Hans pergi.

"Maaf, Tuan Muda Hans!" seru pelayan itu.

"Mr. McDowell ingin bertemu dengan Anda sekarang juga!" Lanjut pelayan itu lagi.

'Apa lagi yang ingin dibicarakan kakek kepadaku?' Hans bertanya dalam hati.

Akhirnya ia tidak jadi pergi. Ia malah melemparkan kunci mobil ke pelayan itu yang dengan sigap menangkapnya dan bersiap untuk memarkirkan jeep Hans di tempatnya.

"Eh, Nona Kate juga!" kata pelayan itu sebelum menghilang ke dalam mobil.

Kate dan Hans saling memandang dengan bingung. Mengapa mereka berdua dipanggil. Namun akhirnya mereka pergi bersama dan menemui Mr. Henry. Kakeknya itu sedang duduk santai sambil membaca sebuah jurnal di lounge pribadi.

"Kakek mencariku?" tanya Hans sambil menghempaskan diri di atas kursi berlengan yang empuk dan nyaman.

"Betul. Dan kau juga Kate!" Jawab Mr. Henry.

"Ada apa, Kek?" Tanya Hans.

"Aku tadi mendengar kabar mengenai apa yang terjadi ketika kalian pergi!" kata Mr. Henry.

"Ck! Ck! Ck! Kalian nekat sekali!" Mr. Henry menggeleng.

"Aku yang menyuruh Kate untuk pergi, Kek. Jangan salahkan dia!" Kata Hans yang mengenali nada berbahaya dari kakeknya.

Walau bagaimanapun, semuanya adalah merupakan ide Hans. Bukan Kate. Tak adil rasanya jika Kate harus ikut bertanggung jawab.

"Tidak masalah ide siapapun untuk kabur-kaburan tadi," jawab Mr. Henry.

"Aku sudah memutuskan. Untuk mencegaj kalian merencanakan sesuatu yang bodoh dan sia-sia lagi, maka pernikahan kalian akan dipercepat dan dilaksanakan minggu depan!" jawab Mr. Henry.

"APPAAA!!!" Teriak Kate dan Hans berbarengan.

to be continued ....