"Kapan rencananya Mbak Seroja, akan mulai menempati rumah kontrakan ini?" tanya Pak Kamil sambil berjalan bersama Seroja kembali ke rumahnya.
"Besok pagi saya akan langsung pindah, Pak Kamil, rencananya Bude saya akan ikut menemani tinggal di sini!" jawab Seroja.
"Oh, baguslah kalau begitu, karena sudah cukup lama juga kontrakan ini kosong, Nak Seroja. Jadi memang sebaiknya segera diisi!" sahut Pak Kamil merasa senang.
Saat tiba di rumah Pak Kamil. Seroja langsung dibuatkan surat tanda lunas pembayaran rumah selama satu tahun. Setelah itu dia pun berpamitan kepada Pak Kamil, kembali pulang ke rumah Pak Haji Ibrahim. Ada beberapa keterangan yang disampaikan Seroja kepada Pak Kamil dengan berbohong. Agar Pak Kamil tidak curiga, mengenai tujuan Seroja mengontrak rumah tersebut.
***
Jam menunjukkan pukul 07:00 WIB
Suara telepon di rumah Pak Haji Ibrahim berbunyi nyaring. Mbok Jum yang sedang menyiapkan sarapan pagi, segera bergegas menerima telepon masuk tersebut. Yang ternyata berasal dari Sersan Hasan. Dia memberitahukan, bahwa jenazah Rembulan, akan dikirim dari kamar jenazah RSCM sore hari. Pak Haji Ibrahim yang baru saja keluar dari dalam kamar, langsung bertanya kepada Mbok Jum.
"Telepon dari siapa, Mbok Jum?"
"Dari Sersan Hasan, Pak Haji. Dia memberi kabar, katanya jenazah Mbak Rembulan akan diantar nanti sore."
"Syukurlah kalau begitu, kasihan Rembulan, jika tidak secepatnya dikuburkan. Kalau begitu, tolong beli beberapa keperluan untuk menyambut kepulangan jenazahnya, Mbok Jum. Seperti tempat tidur kecil, sewa tenda, kursi, juga suguhan makanan untuk tamu, dan lainnya!"
"Biar semua itu aku saja yang mengerjakannya, Pak. Mbok Jum, merapikan segala yang di rumah saja. Jika berbagi tugas 'kan, semunya akan cepat selesai juga tidak terlalu capek!" ujar Seroja mengusulkan, saat dia baru saja keluar dari dalam kamarnya.
"Baguslah kalau begitu, Bapak setuju dengan usulanmu, Nak!" jawab Pak Haji Ibrahim sambil tersenyum tipis.
"Ya sudah, kalau begitu, aku bersiap sekarang juga, untuk membeli itu semuanya," ucap Seroja.
Seroja sangat senang sekali, karena Pak Haji Ibrahim menyetujui usulannya. Sebab sebenarnya selain memang ingin membantu mengurus segala sesuatunya. Seroja juga ingin dapat memiliki alasan untuk keluar rumah.
Karena dia berencana, ingin membeli berbagai perlengkapan rumah, untuk mengisi rumah barunya. Sekalian membeli berbagai barang yang keperluan, untuk melakukan ritual ilmu hitamnya nanti. Setelah itu Seroja segera bersiap untuk berangkat, dengan menggunakan transportasi ojek online, untuk mengantarnya ke berbagai tempat tujuan.
Seharian Seroja berputar ke berbagai tempat di Jakarta, untuk membeli semua barang yang dibutuhkan. Setelah meyakinkan segala sesuatu, yang dibutuhkan untuk menyambut kedatangan jenazah kembarannya sudah lengkap. Dia pun segera membawa semua barang-barang, untuk mengisi rumah barunya ke kontrakan.
Jam menunjukkan pukul 7 tepat, saat Seroja baru saja duduk beristirahat di ruang tamu rumah kontrakannya. HP yang berada di dalam tasnya berbunyi, ternyata Aliza yang menghubungi dirinya dengan menggunakan telepon rumah.
"Halo, Kak Seroja, sekarang lagi di mana?"
"Halo, aku masih di jalan bersama dengan temanku, Aliza, memangnya ada apa?"
"Aku ingin mengabarkan, karena sekarang hujan sudah mulai turun, kata Sersan Hasan jenazah Kakak Rembulan akan diantar esok hari saja. Selain itu juga, karena mobil pengantar jenazahnya belum pulang dari luar kota, karena terjebak hujan badai!"
"Oh iya, hujan sudah mulai turun dengan derasnya sekarang. Ya sudah kalau begitu, terimakasih atas informasinya, Aliza. Oh ya, karena hujan, sepertinya aku akan menginap di rumah temanku saja, Aliza, besok pagi baru aku akan langsung pulang. Tolong sampaikan kepada Bapak, agar dia tidak khawatir."
"Baiklah kalau begitu, jaga diri baik-baik, Kak Seroja!" pesan Aliza dengan suara yang terdengar khawatir.
"Siap, Dik, terimakasih!" jawab Seroja sambil tersenyum senang. Hatinya merasa bahagia sekali, karena ada seorang adik yang begitu perhatian terhadap dirinya. Karena selama ini Seroja belum pernah merasakan memiliki saudara juga teman dekat. Mereka semuanya kebanyakan takut, mendekati dirinya karena profesi Ibunya yang terkenal sebagai seorang dukun sakit.
***
Saat ini adalah malam Jum'at Kliwon. Suara tetes air hujan terdengar jelas dari atap rumah kontrakan Seroja, yang terbuat dari genteng tanah liat. Sebuah sobekan kecil, kain kafan putih tergeletak di atas meja riasnya.
Setelah melakukan ritual pemanggilan jin Srintil peliharaannya. Dengan menggunakan sesajen kemenyan, lalu membakar dupa, juga menyediakan air yang dicampur dengan taburan aneka bunga. Lalu Seroja membaca mantra untuk mengaktifkan ilmu hitamnya.
Akhirnya Seroja dapat melihat dengan jelas. Wajah 7 orang lelaki pembunuh Rembulan, saat di rumah kosong itu. Bahkan atas bantuan jin Srintil. Dia pun mengetahui nama dari masing-masing lelaki
tersebut.
Setelah itu Seroja mengambil sebuah silet, yang tergeletak di samping kain kafan tersebut. Sambil menyeringai sinis dan membaca mantra, yang pernah diajarkan oleh Ibunya, Nyai Ayu Rembulan.
Kemudian dia mulai menyayat sedikit ujung jari telunjuknya, agar dapat mengeluarkan darah segar. Pada saat darah menetes, Seroja mulai menuliskan tujuh nama laki-laki di atas sobekan kain kafan tersebut.
"Besok, aku akan menyelipkan kain kafan ini di jenazah Rembulan. Agar rohnya kelak dapat membantu aku, membalaskan semua dendam! Ke-tujuh lelaki
biadap itu, akan segera merasakan sakitnya karma atas perbuatan keji mereka!" gumam Seroja sambil menyeringai penuh kebencian.
Perasaan sedih, sakit hati, kemarahan, telah menguasai diri Seroja. Sehingga dia sudah bertekad bulat, untuk melakukan pembalasan dendam dengan cara apa pun, yang bisa dilakukannya. Sekali pun hal tersebut membuat, jiwa dan jasadnya akan menjadi budak iblis jahanam!
***
Pagi hari suasana di rumah Pak Ibrahim, tampak sangat ramai sekali. Kehadiran jenazah Rembulan, juga para saudara dan tetangga yang datang untuk takziah memenuhi rumah. Secara diam-diam Seroja melakukan rencananya. Sambil duduk di samping jenazah Rembulan, dia menyelipkan kain kafan kecil, yang sudah dilakukan ritual khusus semalam tanpa diketahui oleh siapa pun.
Hanya kurang lebih selama satu jam saja. Akhirnya jenazah Rembulan langsung di salatkan, di masjid yang berada tidak terlalu jauh dari rumah Pak Haji Ibrahim. Suara isak tangis keluarga mengiring jenazah Rembulan.
Selesai di salatkan, jenazah langsung dibawa ke tempat pemakaman umum. Dengan menggunakan ambulans, diantar oleh sanak keluarga, tetangga, teman kuliah, dari Rembulan. Semua orang turut berdukacita, dan sangat tidak menyangka. Bahwa peristiwa tragis seperti ini, bisa dialami oleh Rembulan.
Bahkan Seroja melihat, diantar teman-teman kuliah Rembulan. Ada beberapa orang lelaki yang sangat dikenalnya. Mereka adalah salah seorang dari pelaku kejahatan terhadap Rembulan. Seroja secara diam-diam terus menatap mereka satu persatu, dengan pandangan mata penuh kebencian.
"Sebentar lagi, kalian akan merasakan. Semua kesakitan yang diderita oleh kembaran aku, Rembulan! Sebentar lagi, tunggu saja!" gumam Seroja di dalam hatinya melontarkan ancaman.