Hari ini Andrea pulang dari DC lebih awal. Madam Kim menyambut Andrea yang terlihat sangat lelah.
"Anda sudah pulang, Nona Andrea?" ujar Madam Kim.
"Ah, iya. Maaf, aku sangat lelah. Aku ingin langsung tidur saja," ujar Andrea.
"Apa Anda ingin saya mengirimkan seseorang untuk memijit Anda, Nona Andrea?" tanya Madam Kim.
"Oh, tak usah. Aku hanya butuh tidur. Tolong jangan masuk ke kamarku saat aku tidur. Aku benar benar tak ingin diganggu," ujar Andrea.
"Baiklah, Nona Andrea," ujar Madam Kim.
Andrea lantas naik ke lantai dua ke kamarnya. Ia bergegas untuk mandi. Dibukanya pakaiannya perlahan.
Tiba tiba saja bayangan bibir Evans terbesit di pikiran Andrea.
"Ah, apa ini? Kenapa aku harus memikirkan tentang ini?" gumam Andrea seraya menggelengkan kepalanya.
Ia lantas membuka seluruh pakaiannya dan menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Saat membuka pintu kamar mandi itu Andrea terbelalak melihat Evans sudah tersenyum di hadapannya tanpa mengenakan atasan.
"Astaga!" pekik Andrea.
Andrea mengusap matanya dan Evans sudah tak ada di depannya.
"Hah, apa ini? Apa aku sudah gila? Kenapa aku memikirkan pria itu? Dan bodohnya aku, kenapa aku menciumnya? Aku benar benar
sudah gila. Andrea sadarlah," ujar Andrea pada dirinya sendiri.
Ia lantas melanjutkan kegiatannya untuk mandi di kamar mandi mewah itu. Ia berendam di dalam bathup dan menikmati kemewahan yang tak pernah ia dapat di kehidupannya sebelumnya.
"Kalau saja aku tak mengenal bajingan itu, pasti uang yang kukumpulkan bisa membuatku merasakan semua hal hal seperti ini," gumamnya dalam hati.
Andre mulai mengusap usap tubuhnya dengan sabun. Rasanya rileks sekali mandi setelah seharian berpeluh dengan kegiatan yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.
"Bibirnya ranum sekali. Dan bulu bulu di tepian bibirnya itu, emmh," Andrea mulai membayangkan kembali ciuman spontan antara dia dan Evans. Lebih tepatnya ia yang mencium Evans.
"Ah, Andrea! Kau kenapa?" pekik Andrea pada dirinya sendiri.
Usai mandi, Andrea merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia masih memakai handuk kimononya dan ia bisa terlelap begitu saja.
***
Andrea duduk diatas pangkuan Evans sambil menatap intens ke arah Evans. Sementara Evans memeluk pinggang kecil Andrea seraya sesekali mengusap punggung Andrea.
Andrea mengusap brewok di wajah Evans. Dan perlahan ia mengecup singkat bibir seksi milik Evans.
"Kau suka sekali dengan bibirku?" ujar Evans.
"Bibirmu mengundangku untuk menetap," ujar Andrea.
"Kau tahu, pria tak pernah puas hanya dengan menempelkan bibirnya," ujar Evans dengan tatapan mautnya. Gadis mana yang tak akan luluh jika ditatap seperti itu oleh pria seperti Evans.
"Kau ingin lebih?" tanya Andrea.
"Tentu saja," ujar Evans sambil mendekat Andrea lebih erat lalu melumat habis bibir Andrea.
"Andrea!" Seseorang memanggil Andrea.
"Emmh."
"Andrea!"
"Aaah!" Andrea terbangun dari tidurnya. Di saat itu Evans tepat berada di depannya.
"Kau bermimpi?" tanya Evans
Andrea buru buru bangun dan mendorong Evans menjauh. Evans pun terdorong sambil tersenyum kecut ke arah Andrea.
"Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanah Andrea.
"Aku ingin membangunkanmu," ujar Evans.
"Kenapa kau mau membangunkanku?" ujar Andrea seolah waspada.
"Kenapa ekspresimu begitu? Jangan berpikir macam macam. Aku hanya ingin mengajakmu makan malam. Aku sudah menunggu sejak tadi," ujar Evans.
"Kau tak perlu menungguku. Kau bisa makan sendiri," ujar Andrea.
"Tidak bisa. Kau adalah tamuku, aku harus makan malam bersamaku," ujar Evans.
Andrea menatap tajam ke arah Evans. Ia teringat mimpinya barusan. Mimpi macam apa itu? Kenapa mimpi nya begitu erotis?
"Tutup pakaianmu. Aku tunggu di ruang makan," ujar Evans sambil bangkit dari ranjang Andrea.
"Kenapa kau yang membangunkanku? Ada banyak wanita, kan, di sini?" cecar Andrea.
"Kau memberitahu Madam Kim untuk tidak ada siapapun yang membangunkanmu. Lalu mereka bisa apa?" balas Evans.
"Kau bisa saja memerintah mereka untuk membangunkanku," ujar Andrea yang juga ikut berdiri.
"Tutuplah pakaianmu. Meskipun aku tak tertarik padamu, aku tetaplah pria normal," ujar Evans.
Andrea menoleh ke handuk kimono yang ia pakai. Ia melihat bagian dadanya terbuka lebar sehingga benda kenyal itu tersembul dengan jelas.
"Aaahh!" Andrea buru buru menutup pakainya itu.
"Kau melihatnya dari tadi?" pekik Andrea.
"Tentu saja," ujar Evans.
"Kau brengsek!" umpat Andrea.
"Aku tak berhasrat padamu. Jangan berpikir yang bukan bukan. Aku tunggu di ruang makan," ujar Evans seraya meninggalkan kamar Andrea.
Andrea syok bukan main. Bisa bisanya Evans menikmati menatap tubuhnya di saat dia terlelap.
"Ternyata dia sama brengseknya dengan Rendy," ujar Andrea kesal.
***
"Tuan, nona Andrea tak mau makan malam bersama Tuan," ujar Madam Kim.
"Kenapa wanita itu susah sekali kukendalikan," ujar Evans sambil memegangi keningnya.
"Bawa makanan ke kamarnya. Makananku juga," ujar Evans seraya berdiri.
"Baik, Tuan," ujar Madam Kim.
Evans menuju ke kamar Andrea dengan perasaan kesal. Ia tak suka jika ada yang tak patuh pada aturannya.
BRAK!
Evans membuka paksa kamar Andrea yang memang tak dikunci.
"Apa yang kau lakukan?" pekik Andrea.
"Kau tahu berapa lama aku menunggumu makan malam?" pekik Evans.
"Sudah kubilang kau bisa makan sendiri!" balas Andrea.
Evans menghampiri Andrea lalu mencengkeram lengan gadis itu. Tatapannya tajam menatap Andrea seolah ingin memakannya hidup hidup.
"Kau di rumahku, itu berarti kau harus ikut aturanku. Aku bisa saja membuangmu ke jalan dan si bededah Rendy itu akan dengan mudah menculimu kembali. Aku sudah sangat baik padamu. Jadi kau juga harus melakukan hal yang sama. Kau tidak bisa melakukan apapun yang kau mau di tempat orang lain," ujar Evans dengan nada mengancam.
"Kau mengancamku?" ujar Andrea yang sedikit takut dengan sikap Evans yang tiba tiba berubah angkuh itu.
"Aku bukan mengancam. Kau tak punya kuasa untukku mengancammu. Kau yang butuh aku. Bukan aku," ujar Evans.
Tak lama kemudian Madam Kim datang bersama pelayan. Ia menyiapkan makan malam di kamar Andrea.
"Tata meja di sebelah sini," ujar Madam Kim.
"Baik Madam Kim," sahut para pelayan.
Dengan cekatan dan rapi para pelayan menaruh meja dan menata makanan di atasnya. Andrea terkejut bukan main karena dalam sekejap set makan malam tersaji di dalam kamarnya.
"Makan," ujar Evans.
Andrea masih terbengong melihat apa yang baru saja ia lihat.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan," ujar Madam Kim meminta ijin
"Ya," sahut Evans.
Madam Kim dan para pelayan segera meninggalkan kamar Andrea. Dan Evans masih menatap tajam ke arah Andrea. Ia terlebih dahulu duduk dan menanti Andrea.
"Kubilang makan!" pekik Evans.
Andrea menghela napas lantas duduk tepat di depan Evans. Evans masih saja memberikannya tatapan mautnya.
" Makan sekarang," ujar Evans.
Next ...