Alex menarik Andrea lalu memasukkannya ke dalam barisan.
"Apa apaan kau ini? Kau kurang ajar sekali" pekik Andrea.
"Diam! Kau tak punya hak bicara di sini!" hardik Alex.
Suara Alex membuat Andrea takut. Pria ini lebih mirip tentara daripada mentor.
Evans hanya memantau dari jauh sambil tersenyum penuh arti. Andrea tak bisa ia taklukan, tapi Alex bisa melakukannya dengan sekali tegur.
Ia lantas bergegas meninggalkan ruangan itu. Dan Andrea melihatnya keluar.
"Hei kau! Hei! Mau kemana kau!" panggil Andrea.
"Diam!" hardik Alex.
Andrea menatap sinis kepada Alex. Ia tahu mengapa ia harus menjalani semua ini.
Alex kembali ke depan barisan menatap ke semua peserta. Andrea terlihat bingung melihat orang orang yang tak dikenalnya itu.
"Siapa mereka?" gumam Andrea.
"Perhatian! Perkenalkan saya Alex Hunstman, kepala divisi pendidikan di dalam Dream Company. Sebuah agen khusus yang didedikasikan oleh pimpinan kita Tuan Evans," ujar Alex.
Andrea mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Alex. Agen khusus? Apa ini seperti CIA atau FBI? Lalu untuk apa dia di sini?
"Kalian pasti bingung mengapa kalian dibawa ke sini. Tuan kami Evans Christhoper Anthony memiki misi menjadikan negara kita menjadi negara yang damai. Dengan tingkat keamanan yang baik. Dengan sistem politik yang baik. Dan juga dengan diisi oleh orang orang terpercaya untuk menjadikan negara ini lebih baik lagi ... "
" ... Dan kalian adalah orang orang terpilih untuk kami bimbing bersama kami untuk bisa mewujudkan mimpi kami mewujudkan negara yang seperti itu," ujar Alex penuh keyakinan.
Orang orang bertepuk tangan mendengar pidato dari Alex berbeda dengan Andrea yang pusing dan bingung dengna ocehan yang dilontarkan Alex.
"Kau!" panggil Alex pada Andrea.
"Aku?" ujar Andrea sembari menoleh ke sana ke sini.
"Ya kau, majulah ke depan!" perintah Alex.
Andrea bingung namun ia tetap maju ke depan mengikuti ucapan Alex.
"Perkenalkan dirimu. Kau terlambat datang jadi kau harus memberi salam perkenalan," ujar Alex.
"Kenapa?" tanya Andrea.
"Jangan banyak tanya. Lakukan saja!" ujar Alex tegas.
Andrea kaget dengan suara Alex yang tiba tiba berubah dari lembut menjadi keras.
"A - Andrea, namaku Andrea," ujar Andrea gugup.
Alex dan yang lain nampak masih menunggu kelanjutan kalimat dari Andrea.
"Cukup?" tanya Alex.
"Memangnya apa yang harus kukatakan.
"Kau dari divisi mana?" tanya Alex.
"Divisi? Divisi apa? Aku tak paham?" ujar Andrea.
Alex mengernyitkan dahinya. Sepertinya Andrea direkrut dengan cara yang tak biasa.
***
Alex menemui Evans di kantornya. Evans sedang asyik bermain game di dalam ruangannya.
"Permisi Tuan," ujar Alex.
"Hem," sahut Evans yang masih sibuk dengan gamenya.
"Siapa gadis itu? Kenapa dia tak tahu apa apa?" tanya Alex.
Evans memicingkan matanya ke arah Alex. Alexpun menurunkan pandangannya dari Evans.
"Kau ragu dengan orang yang kubawa?" ujar Evans.
"Bukan begitu Tuan. Tapi dia tak tahu apa ... "
Tiba tiba Evans melemparkan biografi milik Andre di atas meja. Alex langsung terdiam.
"Pelajari tentang dia. Dan kau harus pastikan dia bisa jadi wanita tangguh. Aku akan gunakan dia untukku," ujar Evans.
"Tuan tak akan menugaskannya?" tanya Alex.
"Tugasnya adalah urusanku. Urusanmu adalah memberinya bekal yang sama seperti yang lain," ujar Evans.
"Baiklah Tuan, jika itu keputusan Anda. Saya akan lakukan seperti biasanya," ujar Alex.
"Hati hati, dia korban pelecehan. Jauhkan dia dari Jack" ujar Evans.
"Baik Tuan," ujar Alex.
***
Sementara Andrea sedang makan siang di tempat makan khusus untuk para anggota DC ( Dream Company).
"Hei, kau tahu tempat apa ini?" tanya Andrea pada seorang perempuan berambut ikal yang makan di sampingnya.
"Kau tak mendengar ucapan Alex?" ujar wanita itu.
"Dream Company? Heuh omongng kosong apa itu? Ini semacam CIA atau BIN? Kenapa aku harus di sini?" ujar Andrea tak paham.
"Apa keluargamu pernah punya masalah dengan pemerintah atau pejabat pemerintah?" tanya wanita itu.
"Tak ada, untuk apa aku punya masalah dengan pejabat. Hidupku saja sudah ... ops!" tiba tiba Andrea sadar.
"Ada kan?" ujar wanita itu.
"Mungkin," ujar Andrea.
"Aku Laura, kau siapa?" tanya wanita itu.
"Aku Andrea, salam kenal," ujar Andrea.
"Sebaiknya kau hati hati berbicara di sini. Tuan kami sangat menakutkan," ujar Laura.
"Tuan?" ujar Andrea bingung.
"Bukankah kau bersamanya tadi, tuan Evans. Kau harus jaga sikap padanya. Dia tak kenal ampun," ujar Laura.
"Evans? Namanya Evans? Mirip aktor," gumam Andrea.
Tiba tiba bel berbunyi, para aggota DC segera bubar untuk menuju ke aula utama.
"Hei kalian kenapa? Kenapa tiba tiba bubar?" ujar Andrea bingung.
Laura segera menarik Andrea agar mengikutinya. Andrea nampak bingung dengan kondisi ini.
Mereka memasuki sebuah aula besar dengan sebuah mimbar. Para anggota segera mengatur barisan. Andrea yang bingung hanya mengikuti saja apa yang terjadi.
Evans keluar dari sebuah pintu lalu berdiri di atas mimbar dengan Kenand di sampingnya.
"Dia kenapa berdiri di sana?" gumam Andrea.
Laura melirik kasar ke arah Andrea. Seolah ia heran mendengar ucapan Andrea pada Evans.
"Selamat siang para anggota DC," sapa Evans sambil tersenyum.
Andrea nampak tersenyum sengak saat melihat Evans menyapa para anggota dengan ucapannya yang penuh wibawa.
"Terimakasih sudah menjadi bagian dari DC, Dream Company berdiri sepuluh tahun yang lalu, saat itu saya hanya memiliki lima anggota. Dan sekarang, saya sudah memiliki ratusan anggota yang akan menjadi orang orang hebat," ujar Evans.
Andrea benar benar muak mendengar pidato dari Evans. Pria ini ternyata begitu mencengangkan. Ia memiliki rahasia besar yang Andrea tak paham.
"Sebenarnya tempat apa ini?" gumam Andrea.
****
Jam tujuh tepat kegiatan Andrea di hari pertama usai. Kenand mengantar Andrea pulang ke rumah hantu milik Evans.
"Kenapa aku harus kembali lagi ke sini?" ujar Andrea kesal.
Ia lantas berjalan masuk menuju kamarnya. Evans yang sedang melintaspun tersenyum seolah mengejek Andrea.
"Lelah?" tanya Evans.
"Aku tak ingin bicara denganmu," ujar Andrea sinis sambil berlalu.
Tangan Evans tiba tiba meraih Andrea dan menarik Andrea dalam dekapannya.
"Jawab pertanyaanku dengan benar. Aku tak suka diabaikan," ujar Evans sambil menatap Andrea lekat.
"Kalau kau tahu aku lelah, kenapa bertanya? Aku merasa tertipu olehmu? Siapa sebenarnya kau? Apa itu Dream Company? Aku tak tertarik dengan dunia pemerintahan! Aku hanya ... "
"Ingin memeberi pelajaran kepada Felix dan Rendy?" tukas Evans.
Andrea terdiam mendengar ucapan Evans. Ucapan Evans sama sekali tak salah.
"Aku akan wujudkan itu, tapi syaratnya kau harus melakukannya di DC," ujar Evans.
"Aku tak mengerti," ujar Andrea.
"Kau akan mengerti perlahan lahan," ujar Evans sambil tersenyum.
Next ...