Chereads / THE SCANDALS / Chapter 22 - PERSETERUAN ROMANSA

Chapter 22 - PERSETERUAN ROMANSA

Evans terdiam saja saat bibir Andre menempel pada bibirnya. Ia bahkan tak menolaknya.

"Beeuh, maaf," ujar Andrea. Ia tiba tiba melepas ciuman itu dari bibir Evans.

Keduanya jadi nampak kikuk sekarang. Namun Evans berusaha mengontrol dirinya agar tak terbawa suasana.

"Ada apa denganmu?" tanya Evans.

"A - aku ... " Andre tak bisa memberikan jawaban apapun.

Tiba tiba seseorang masuk ke ruangan tempat Andrea dan Evans bersembunyi. Ia reflex memeluk Andrea dan menggiringnya ke belakang pintu.

"Tenanglah," bisik Evans.

Jantung Andre berdegup kencang saat mereka berdua justru semakin intens.

Seseorang berseragam DC mengamati isi ruang asrama putri itu. Ia berkeliling sebentar. Namun ia tak melihat siapapun atau apapun yang mencurigakan.

Tak sengaja wajah mereka berdekatan begitu intens. Andrea bisa dengan jelas mendengar deru napas dari Evans.

"Kau gemetar?" tanya Evans.

Andrea menggelengkan kepalanya. Ia lantas memalingkan wajahnya ke arah lain. Dan kali ini justru Evans yang menatap gadis itu.

Dengan sengaja ia menggesek gesekkan brewoknya ke pipi Andrea.

"Apa yang kau lakukan?" bisik Andrea sambil melotot.

"Menggodamu," ujar Evans.

"Dasar orang gila," pekik Andrea.

Evans tersenyum melihat tingkah Andrea. Petugas asrama keluar dari asrama putri itu.

Namun, mereka berdua masih tenggelam dalam situasi yang mendebarkan itu.

"Kapan akan selesai?" tanya Andrea.

"Sudah selesai dari tadi," ujar Evans.

Andre langsung melepaskan diri dari Evans. Ia bergegas keluar dari ruang asram itu, namun Evans menarik tangannya.

"Tunggu sebentar. Mereka belum selesai," ujar Evans.

"Kau tak sedang mengulur waktu untuk berduaan denganku, kan?" tanya Andrea.

"Omong kosong. Siapa yang terlebih dahulu menempelkan bibir? Aku tak ada niat sedikitpun untuk beromansa denganmu. Kau malah membuka peluang," ujar Evans.

"A - aku hanya terbawa suasana. Siapapun akan lupa kendali saat situasi seperti itu," ujar Andrea.

"Aku tak terbawa suasana. Aku fokus pada petugas yang datang. Aku sama sekali tak fokus padamu," ujar Evans.

"Heeuh, kenapa kau mempermalukanku begitu," keluh Andrea.

"Kuperingatkan kau. Jangan jatuh hati padaku. Itu bukan keputusan yang tepat," ujar Evans.

"Kau bercanda! Hanya karena sebuah kecupan kau mengira aku jatuh hati padamu? Apa laki laki selalu begitu? Mereka selalu merasa bisa menakhukan wanita?" balas Andrea.

"Tidak, aku tak mengatakan seperti itu. Aku juga tak merasakan hal seperti itu," ujar Evans.

Andre terdiam mendengar ucapan Evans. Kali ini ia tak mampu menjawabnya.

"Pokoknya, jangan berpikir macam macam tentang ciuman itu. Aku hanya ... "

"Tenang saja, aku tak akan salah paham," ujar Evans.

"Hah?"

"Ayo keluar!" ajak Evans.

Evans melangkah keluar lantas meninggalkan asrama putri. Andre mengikuti Evans sambil bertanya tanya.

Mereka lantas berjalan lagi menyusuri tempat itu. Andre masih mengikuti lamgkah kaki Evans.

"Apa aku boleh keluar dari tempat ini?" tanya Andre.

"Tak bisa tanpa seijinku," ujar Evans.

"Kalu begitu ijinkan aku keluar. Aku tak tahan dengan tempat ini ataupun rumahmu. Aku ingin kehidupanku kembai," ujar Andre.

"Dengan resiko, kau dikejar kejar lagi oleh Rendy? Kalau sekali lagi kau tertangkap oleh Rendy, aku tak akan menolongmu," ujar Evans.

"Aku tak mengerti kenapa dia terobsesi sekali padaku. Padahal kekasihku saja membuangku," keluh Andrea.

"Kekasihmu bukan orang yang tetarik dengan cinta. Dia hanya memikirkan karirnya," ujar Evans.

"Dari mana kau tahu? Kau bahkan tak pernah bertemu dengannya? Aku saja yang sudah bertahun tahun bersamanya tak menyangka dia akan setega ini padaku," ujar Andrea.

"Itu karena kau bodoh. Kau terlalu percaya akan hal yang disebut cinta. Padahal hal itu hanyalah omong kosong saja," ujar Evans.

"Iya, aku bodoh. Harusnya aku tak menerimanya kembai setelah kuputiskan dia beberapa waktu lalu," ujar Andrea.

"Kalian putus?" tanya Evans.

"Heem, kami putus, tapi dia datang dan meminta maaf. Aku memaafkannya, tapi ia malah melakukan ini padaku," ujar Andre.

"Kau memang bodoh. Harusnya kau berpikir rasional. Kau melihat sendiri dia tidur dengan wanita lain. Tapi kau malah memaafkannya. Dan sekarang kau menyesal kan?" ujar Evans.

"Aku ta pernah mengatakan padamu kalau aku melihatnya bercinta dengan wanita lain? Apa sebenarnya yang kau lakukan? Jadi selama ini kau mengikutiku? Kalau kau mengikutiku selama ini kenapa kau tak menghalangi Felix menyerahkanku pada Rendy? Kau membiarkanku disekap dan disetubuhi Rendy?" ujar Andrea meminta penjelasan Evans.

"Emm ... itu ... aku ... " Evans bingung harus bagaimana menjelaskan pada Andrea.

"Tuan Evans!" suara Keynand tiba tiba saja muncul dari arah lorong.

"Oh, hey, Keynand," Evans merasa tertolong akan kedatangan Keynand. Ia buru buru menghampiri sekretarisnya itu.

"Kenapa Anda senang sekali bertemu saya," tanya Keynand bingung.

"Tentu saja, kau kam sekretaris kesayanganku," ujar Evans sambil tersenyum.

"Ah, Tuan, Anda tidak gila, kan?" ujar Keynan dengan ekspresi anehnya.

"Kau minta dihajar?" ujar Evans sambil mengangkat tinjunya.

"Okey, okey, Tuan. Tenangah! Saya datang untuk memberikan kabar," ujar Keynan.

"Kabar apa?" tanya Evans.

"Mau kabar baik dulu atau kabar buruk dulu?" tanya Keynan.

Evans menatap tajam ke arah Keynand. Hal itu membuat Keynand merasa terintimidasi.

"Baiklah, baiklah, Tuan. Saya akan mulai dari kabar baiknya. Andrea bulan depan sudah bisa pindah ke asrama DC. Yeeeaaa!" ujar Keynan sambil bertepuk tangan.

"Tak lucu," ujar Evans.

"Pindah ke asrama? Aku? Kapan?" tanya Andrea.

"Bulan depan. Itu terhitung sudah cepat. Peserta lain bisa menunggu berbulan bulan untuk kemari. Aku saja yang sudah bertahun tahun jadi sekretaris Tuan Evans tak diijinkan tinggal di asrama," ujar Keynand sambil melirik pada bosnya itu.

"Kau benar benar minta dihajar?" gertak Evans.

"Ah, maaf Tuan," sahut Keynand.

"Ada apa cepat katakan," ujar Evans.

"Rendy mengumuman akan mencari Anda," ujar Keynand.

"Bukankankah dia sudah mengatakannya beberapa waktu yang lalu?" ujar Evans.

"Kali ini dia bertanya pada departemen luar negeri," ujar Keynand.

"Biarkan saja. Aku yakin Lubis akan menjawab dengan benar. Apa identitasku diketahui?" tanya Evans.

"Jika dia ke kantor walikota makaa pasti akan tahu. Beberapa orang di sana tahu wajah Anda. Meski mereka tak tahu siapa Anda. Saya sudah peringatkan jangan sua datang ke tempat Karlina," ujar Keynand.

"Wanita itu akan membuat gara gara jika aku tak memberinya yang dia mau," ujar Evans.

"Anda bossnya, tapi kenapa malah menservice ... "

"Ehm, ehm," Evans berdehem seoah mengingatkan Keynand ada Andre yang mendengar percakapan mereka.

"Oops, maaf. Kita ada rapat Tuan. Silahkan," ujar Keynand.

Andrea menatap curiga pada kedua orang ini.

"Kalian tak sedang merencanakan sesuatu padaku kan?" tanya Andrea.

"Heuh, kenapa kau percaya diri sekali?" ledek Evans.

"Jangan berbohong!"

Next ...