Chereads / THE SCANDALS / Chapter 21 - TERJEBAK

Chapter 21 - TERJEBAK

Evan tersenyum tatakala Andrea memejamkan matanya seolah menanti sesuatu.

TUK!

Evan menepuk bibir Andrea dengan jarinya lalu menyeringai karena geli sendiri.

"A - apa yang kau lakukan?" tanya Andrea.

"Kau sendiri untuk apa kau menutup matamu? Apa yang kau harapkan dariku?" ujar Evans.

Andrea nampak panik mendapat pertanyaan seperti itu dari Evans.

"A - apa maksudmu? Aku tak mengharapkan apapun? Kenapa pertanyaanmu seolah sedang mempermalukanku," ujar Evans.

"Siapa yang mempermalukanmu? Sudahlah ikut aku," ujar Evans.

"Tidak bisa," ujar Andrea.

Evans yang sudah hendak melangkah pergi pun menoleh ke arah Andrea. Ia heran dengan penolakan Andrea.

"Kau mau terus di sini?" tanya Evans.

Andrea terlihat bingung. Ia tak tahu harus menjawab bagaimana pada Evans.

"Jadi kau benar benar sedang dihukum?" ujar Evans dengan nada serius.

Andrea hanya nyengir tak bersalah. Ia malu mengakuinya pada Evans. Sementara Evans menghela napas pada Andrea.

Ia lantas menarik tangan Andrea dan membawanya pergi dari arena kuda itu.

"Kita mau kemana?'' tanya Andrea.

"Jalan jalan," ujar Evans.

"Kau gila? Orang orang akan melihat kita bersama," peki Andrea.

"Lantas?" ujar Evans.

"Lantas apa maksudmu?" balas Andrea bingung.

"Memangnya kenapa kalau orang melihat? Kau pikir mereka akan menciptakan skandal hanya arena kita berjalan bersama?'' ujar Evans.

"Tapi kau menggenggam tanganku," ujar Andrea.

Evans langsung melepas tangannya dari Andrea. Ia lantas menoleh seolah melapor bahwa ia sudah melepaskan tangan Andrea.

"Kita akan jalan kemana?" tanya Andra lagi.

"Bisakah kau berhenti bertanya dan ikuti saja apa kataku? Aku tak bisa berkonsentrasi setiap mendengar suaramu," ujar Evans.

"Suaraku bagus?'' tanya Andrea.

"Membuatku ingin muntah," ujar Evans.

"Kau kejam sekali," ujar Andrea seraya berjalan bersama Evans.

Evans lantas mengajak Andrea jalan jalan berkeliling arena DC. Ia menunjukan betapa mewah dan besarnya tempat itu.

"Ini semua milkmu?" tanya Andrea.

"Emmh, ya bisa dibilang begitu,'' jawab Evans.

"Sombong sekali," ujar Andrea.

"Kenapa kau berkata begitu? Kau bertanya padaku dan aku menjawab. Kenapa kau malah berkata seperti itu?"ujar Evans.

Andrea tak menjawab ucapan Evans. Ia sangat terkesima dengan tempat ini.

"Untuk apa kau membangun tempat seperti ini? Aku yakin kau bukan dari pemerintahan, kan?'' ujar Andrea.

"Apa ya? Aku juga bingung mengapa aku mengembangkan hal seperti ini. Tapi jujur aku sangat puas, apa yang aku mau dengan mudah kudapat,"ujar Evans.

"Seperti?"

"Seperti apa?" Evans tak paham apa maksud pertanyaan Andrea.

"Kau bilang apapun yang kau mau bisa kau dapatkan. Seperti apa yang kau mau itu?" ujar Andrea.

"Kau," ujar Evans

"Apa?" Andrea terkejut akan ucapan Evans.

Namun Evans melangkah begitu saja meninggalkan Andrea.

"Hei jelaskan padaku? Kenapa kau selalu saja mengatakan sesuatu yang tak kumengerti. Kau selalu membuatku bertanya tanya ... "

" ... Sebenarnya ada apa? Aku tak pernah mengenalmu, tapi kau selalu bertingkah seolah kita kenal. Seolah kau tahu segalanya tentangku. Apa yang kau sembunyikan dariku sebenarnya?' ujar Andrea.

Evans berbalik lalu menatap Andrea, tangannya tiba tiba mengusap kepala Andrea.

"Kau ... "

"Aku tak bisa memberitahumu apa apa. Yang kuminta darimu, kau turuti saja apa kataku" ujar Evans.

Andrea menatap Evans dengan tatapan ragu dan curiga. Ia sama sekali tak mengenal pria ini. Tapi kenapa rasanya mereka seperti sudah dekat saja. dan sikap Evans padanya seolah olah ia sudah mengenal Andrea sebelumnya.

"Kau memang aneh," ujar Andrea seraya menepis tangan Evans yang menyentuh ramburtnya.

Andre berjalan melewati Evans. Evans termenung sejenak, lantas ia berjalan mengikuti Andrea.

Mereka berjala ke bagian belakang gedung DC yang juga digunakan untuk asrama para peserta pelathan di DC. Evans memperhatikan ruangan demi ruangan yang digunakan para peserta DC miliknya itu.

"Bukankah ini hotel? Ini lebih mirip hotel daripada asrama,'' ujar Andrea.

"Kami memang merancang agar para peserta kami bisa nyaman tinggal di sini,'' ujar Evans.

"Lalu kenapa aku tak kau pindahkan ke sini saja? Di rumahmu sungguh menyeramkan. Aku tak tahan jika harus bangun tengah malam untuk ke kamar mandi," ujar Andrea.

"Kamar mandimu ada di dalam kamar, kenapa kau takut?" ujar Evasn seraya mengamati ruangan ruangan kamar itu.

Andrea tak menggubris ucapan Evasn, matanya tertuju pada ruangan demi ruangan yang ada di asrama ini.

"Wah, di sini pasti nyaman sekali. Apalagi banyak orang juga. Jadi kita tak usah kesepian," ujar Andrea.

"Pikirmu begitu? Memang tempat ini sangat nyaman. Tapi untuk masalah banyak orang, mereka sepertinya itu tak berpengaruh. Ini bukan sekolah dimana kau bisa bermain main dengan peserta lain. Kau harus pintar pintar berstrategi supaya kau bisa bertahan di sini," ujar Evans.

"Apa maksudmu?" tanya Andrea.

"Di sini tak ada kawan atau lawan. Kau harus bisa berpikir dengan dua arah. Yang kau kenal baik belum tentu dia akan di pihakmu saat kau dalam kesulitan. Dan yang kau pikir buruk belum tentu dia tak ada manfaatnya untukmu," ujar Evans.

"Apa ini arena perang? Kenapa untuk tidur saja harus memikirkan strategi," gumam Andrea.

Tiba tiba Evans menarik Andrea dan membawanya ke dalam salah satu ruangan. Lalu ia menutup pintunya.

"Ada apa?" tanya Andrea bingung.

''Ssst, diamlah," ujar Evans.

''Kenapa?" Tangan Evans tiba tiba membekap mulut Andrea sehingga Andrea membelalakan matanya karena perbuatan Evans.

"Diamlah, ada orang kemari," ujar Evans.

Andrea menarik tangan Evasn yang membekap mulutnya.

"Kenapa?" ujar Andrea sambil berbisik.

"Kau tak boleh ada di asrama saat jam pelatihan," ujar Evans.

"Kau yang mengajakku kemari. Kau yang harus bertanggng jawab. Kau pemilik tempat ini kan?'' ujar Andrea.

"Tapi ini asrama perempuan. Meskipun aku pemiliknya, apa pantas seorang pria berada di asrama wanita?" ujar Evans.

"Kalau kau tahu itu kenapa kau mengajakku kemari? Kau mengajakku bunuh diri?" pekik Andrea.

"Ssst, diamlah, mereka sedang patroli,'' ujar Evans.

Andrea hanya diam saja saat Evans berkata demikian. Andrea mencoba menoleh ke luar namun Evans menghalanginya.

''Kau akan ketahuan, sabarlah sebentar. Mereka akan pergi sejam lagi," ujar Evans.

"Sejam!" pekik Andrea.

"Ssst!" Evans menutup lagi mulut Andrea dengan tangannya.

"Aku juga tak mau berlama lama. Ada hal penting yag harus kulakukan. Entah mengapa saat bersamamu aku selalu lupa diri," ujar Evans.

Andrea tak mengerti kenapa ia jadi harus terjebak dengan Evans dalam satu ruangan seperti ini. Apalagi Evans nampak terlalu dekat dengannya.

Tangan Evans perlahan menyentuh bibir Andrea. Hal itu jelas saja membuat Andrea tak bisa bergerak sama sekali.

"Maaf," ujar Evans seraya melepas tangannya dari bibir Andrea.

Namun tatapan Andrea belum bisa berpaling dari Evans. Hal yang sama Evans lakukan juga pada Andrea. Ketampanan pria itu benar benar membius Andrea.

Tiba tiba tangan Andrea menarik dasi Evans, gadis itu mengecup lembut bibir Evans tanpa aba aba.

Next ...