Chereads / Back To The Marriage / Chapter 12 - Jangan Tebar Pesona

Chapter 12 - Jangan Tebar Pesona

"San."

Panggilan lembut dan tepukan di bahu membuat Sandra menoleh. Tidak dia kira berdiri Arsoni di belakangnya.

"Menunggu siapa?" tanya Soni sembari memindai sekeliling.

"Soni ...! Astaga. Apa kabar?" Sandra memandangi pria di depannya dengan kagum. Sudah lama berselang, dia tidak mendengar kabar dari lelaki ini.

"Baik. Aku tidak menyangka bertemu denganmu di sini," ujar Soni. Senyum bahagia tidak bisa dia sembunyikan dari bibirnya.

"Oh ya kapan kau kembali? Kupikir kau akan selamanya di Kanada," tanya Soni dengan mimik penasaran. Beberapa tahun yang lalu Sandra dengan yakin berkata tidak akan kembali ke Indonesia. Bahkan akan mengubah kewarganegaraannya saja. Tidak ia sangka justru bertemu dengannya di sekolah dasar.

"Satu Minggu yang lalu. Ada hal yang membuatku berubah," ucap Sandra.

"Ah ya, apa itu? Apakah aku?"

Sandra menggelengkan kepalanya, bibirnya hendak menjawab, tapi teriakan anak lelaki menggagalkannya.

"Ma ...!"

Sky berjalan gontai ke arah Mamanya. Dia melirik ke arah Soni dengan tampang masam. Seingatnya ibunya ini begitu banyak kenalan laki-laki. Ada yang tulus, banyak pula yang sekedar modus.

"Sky, ayo kembali. Ini Om Soni, berikan salam padanya," ujar Sandra.

Soni tersenyum ke arah anak laki-laki tampan di depannya. Tampangnya mirip sekali dengan pamannya Bara. Semakin menambah sesak di dadanya.

"Hai Sky. Long time no see. Kau tampan dan gagah," puji Soni. Dia tetap memaksakan senyum untuk membuat nyaman Sky.

"Ayo Ma pulang. Papa mana?" ujar Sky tak menghiraukan keberadaan Soni.

Sandra gelagapan. Tadi dia diantar Bara, tapi pria itu ada agenda mendadak. Dengan terpaksa meninggalkan dia menunggu Sky sendiri.

"Em, kita naik taksi saja ya." Sandra menggandeng tangan Sky untuk beranjak dari sana.

"Soni kita pergi dulu ya," sahutnya pada Soni berpamitan.

"Aku antar kalian ya. Aku senggang kok."

Sandra melirik Sky yang ternyata menggeleng lemah. Dia tahu putranya tidak suka dengan pria yang mengobrol dengannya. Sky kerap kali seenaknya saja berpendapat. Tapi biasanya dia hanya terdiam dan menuruti Sandra.

"Lain kali ya Soni. Kita ada agenda lain sebelum pulang. Mohon maaf."

Dengan perasaan tidak enak, Sandra melangkah menjauh dari Soni. Menyetop taksi yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

Dari arah jendela, bisa dia lihat tatapan nelangsa Soni. Ribuan kali ditolak, pria itu tetap bersikap baik padanya.

"Putuskan akan kembali dengan Om Bara atau tidak. Sky harap Mama bisa ambil keputusan bijak. Selama itu jangan tebar pesona dengan laki-laki lain," ucap Sky tiba-tiba.

Jika bukan di dalam taksi, sudah pasti kepala anak itu tak luput dari amukan Sandra. Bisa-bisanya putranya mengatainya tebar pesona. Lagi pula Sandra hanya menjawab sapaan Soni, bukan untuk yang lainnya. Sikap Sky begitu mirip dengan Bara, jika sedang cemburu.

"Kau tadi bilang Papa, sekaran Om. Jadi mau mengakuinya Papa atau cukup Om saja?" sindir Sandra setelahnya.

"Biar laki-laki lain sadar, Mama punya anak," sahut Sky enteng.

"Hah, apa hubungannya si Sky?"

Sky tidak menyahut, dia memilih menyenderkan kepalanya dan menatap jalanan. Tidak ada gunanya juga meladeni Sandra yang memang sedang galau. Lagi pula, tadi juga spontanitas. Belum terbayang bagi dirinya untuk memanggil Papa pada Bara.

"Tidur saja kalau ngantuk Sky. Nanti Mama bangunkan jika telah sampai," ucap Sandra dengan tangan yang membelai lembut rambut putranya.

***

["Kau sudah di rumah?"]

"Hem ...."

["Lalu sedang apa?"]

Sandra hanya menghela napas. Dia baru saja akan masak menu makan malam, tapi panggilan telepon benar-benar menggangunya.

Sekali tidak diangkat, Bara tetap kekeh menelpon ulang sampai ada jawaban.

"Aku mau masak Bara. Jika kau terus begini, aku dan anakku akan kelaparan," sungut Sandra emosi.

["Ah iya. Tidak usah masak. Aku akan ajak kalian makan di luar."]

Sandra menggeleng. Dia belum siap pergi berdua apa lagi ini bertiga dengan Sky. Tidak ingin ada rumor rumit yang berkembang di luar sana.

"Tidak perlu. Aku masih sanggup memasak untuk anakku," ucap Sandra kesal.

"Di mana Om? Apa makanan enak? Aku mau restoran Italia."

Tiba-tiba suara anak kecil masuk ke dalam percakapan mereka. Wajahnya tampak datar. Tapi nada suaranya terdengar pengharapan.

["Ah puteraku. Baiklah, Papa akan ajak kalian makan pasta malam ini. Bilang ke Mamamu tidak perlu masak. Cukup dandan yang cantik, yes?"]

"Oke."

Setelah mengatakan hal itu, Sky berlalu begitu saja. Tidak tertarik menjelaskan apapun pada Sandra yang menatapnya horor. Panggilan terputus, membuat Sandra memiliki kesempatan mengejar Sky ke kamar.

"Sayang apa maksudnya? Kau mau kita makan malam bersama?" tanya Sandra. Sekonyong-konyong dia membuka kamar tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Membuat Sky menyebik kesal.

"Jika tidak mau ikut, bilang saja sama Om. Aku dengar kata kalian, maka aku bilang apa yang aku mau."

Sky membuka komputernya. Tidak berminat berdebat panjang dengan Sandra. Akan menghabiskan banyak waktu jika itu terjadi.

Sementara ibunya hanya mengamati anak itu. Memejamkan mata, membukanya, mengatur napas. Dia merasa sedang dibolak-balikkan hati oleh anaknya.

"Baiklah jika kau mau. Jangan lupa bersiap. Papa kau mungkin akan menjemput ke sini."

Sky hanya mengangkat jempolnya tinggi. Pandangannya tetap tertuju pada layar yang menampilkan adegan tembak-menembak. Sesuai dengan kesukaannya selama ini.

Sandra kembali ke kamarnya. Menatap pantulan diri di cermin. Otot wajahnya telah berubah. Status ibu satu anak, cukup mengurangi keremajaan di kulit wajahnya. Apalagi ditambah tekanan biaya hidup yang cukup tinggi di Kanada sana, membuatnya abai pada perawatan diri.

"Aku sudah jauh lebih jelek dari sebelumnya. Sementara Bara semakin tampan dan maskulin. Apa dunia tidak mengolokku sebagai perempuan yang tidak tahu diri?"

Sandra mendesah berat. Di meja riasnya, tidak ada lagi perawatan mahal jutaan yang dulu dibelikan Bara. Semuanya barang-barang murah yang bahkan dia cari diskonnya. Sungguh tersayat hatinya.

"Kalau cinta bukankah akan menerima apa adanya?" ucapnya yakin.

Entah kekuatan dari mana, dia tidak peduli dengan penilaian Bara. Bukan seperti Sandra yang lemah lagi, dia akan lebih bisa membalas Bara. Jika pria itu ternyata mempermasalahkan dirinya.

Sandra tampil apa adanya. Meski tidak mewah tapi cukup enak dipandang. Juga menunjukkan diri bahwa ia memiliki otak. Terbukti dengan gayanya yang elegan.

"Kau sudah siap Sayang?"

Saat keluar kamar, ternyata ayah dan anak itu telah kompak bersama di ruang tamu. Sky tampak datar seperti biasanya, berbeda dengan Bara yang sumringah.

"Kau sudah lama di sini?" tanya Sandra awas.

"Tidak, paling baru sepuluh menit saja," ucapnya.

Bara selalu tidak tahan, saat memandang Sandra. Jika tidak ada Sky, lebih baik dia menyeret istrinya ke kamar.

"Baiklah."

Tidak ada percakapan pada ketiganya. Turun ke bawah pun dalam mode hening.

"Wah Pak Bara punya unit juga di sini?"

***