"Akan ada jalan bertemu, jika Allah merestuinya, akan ada jalan buntu, jika Allah tak pernah merestuinya. Tetaplah istiqomah dan selalu kejar cinta Allah semata."
***
Alarm berbunyi begitu kencang hingga membuat Khadijah terjungkal dalam ranjang tempat tidurnya.
Di sisi lain, Rumi sudah sampai di bandara Istanbul pagi ini bersama Adnan. Mereka akan memulai cerita awal mereka.
"Ya, ampun udah jam segini ternyata," Khadijah ngedumel dalam hatinya seakan ia baru sadar pukul 08.00 pagi.
Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di kantornya. Ia pun mulai ke kamar mandi hanya cuci muka dan sikat gigi.
Kantor akan mulai jam kerja pukul 08.30 pagi. Ia pun mulai menyambar blouse dan celana kainnya. Semuanya senada warnanya. Ia pun langsung mengikat rambutnya tanpa menyisir, karena rambut bisa ditutup dengan hijab.
Khadijah sudah selesai dan sampai di halte bus. Ia melihat jam di tangannya kurang sepuluh menit lagi jam masuknya. Ia merasa sedikit kesal, apalagi bus belum juga datang.
Bus masih belum juga datang, muka cemberut Khadijah mulai terukir. Ia sudah pasrah kalau bakal telat di hari pertama kerja.
"Ya Allah, please donk busnya datang."
****
"Akhirnya sampai juga, ku mulai hariku di negeri yang asing dengan bismillah."
Pesawat mendarat tepat di Sabiha Gokcen pukul 08.00 pagi waktu setempat. Rumi dan Adnan sudah berada di lobby. Ia menunggu taksi untuk menuju ke hotel sementara sambil mencari penginapan murah dekat kantor.
"Ayah, tunggu di sini, aku akan mencari taksi."
Adnan tersenyum dan mengiyakan, lalu Rumi pergi mencari taksi di luar.
"Taksi!"
Taksi itu sejenak berhenti.
"Pak, tunggu ya," ujar Rumi.
"Baiklah, tuan," balas sopir taksi.
Percakapan mereka menggunakan bahasa Turki.
***
"Hari ini adalah hari pertama aku kerja, ku awali dengan secangkir kopi latte hangat tanpa gula."
Khadijah terlihat sedang menyeruput satu gelas cup kopi latte yang ia beli dari cafe depan kantor.
"Lumayan," lirih Khadijah sambil melihat lingkungan sekitarnya.
Seorang perempuan mengawasi Khadijah yang sedang duduk sambil menikmati secangkir lattenya.
"Anak baru?" sergahan perempuan itu, tatapan bak malaikat maut.
"Iya, bu," jawab Khadijah dengan nada gugup.
"Oh," perempuan berparas cantik dengan alis sedikit tajam, lalu melenggang begitu aja.
***
"Fab, kamu nggak kangen sama Khadijah?"
"Kangen cuma mau bagaimana lagi? kita udah nggak bertiga lagi sekarang, emang jarak yang memisahkan kita, tapi ikatan persahabatan kita tetap terjaga, Ser."
Sera dan Fabian memang tinggal dalam satu mansion.
"Coba ada Khadijah pasti akan seru," ucap Sera sambil memainkan air di kolam renang belakang mansion Fabian.
***
Khadijah mengamati foto bersama dengan kedua sahabatnya. Ia sudah rindu dalam beberapa pekan kali ini.
"Hai, kalian apa kabar? apa kalian berdua juga merinduku?" tanya hati Khadijah.
Tiba-tiba beberapa karyawan perempuan pada berbisik menatap seseorang. Khadijah tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan dan apa yang mereka lihat.
Khadijah menatap layar pada laptopnya. Ia sedang membuat proposal dan desain proyek iklan milik Screet Beauty perusahaan bergerak di bidang kosmetik. Ini adalah proyek pertama yang ia pegang.
"Siapa yang bernama Khadijah," terdengar suara berat pria, sedangkan Khadijah hanya fokus sama pekerjaannya.
"Ehem,"
Khadijah menoleh, ia melihat teman sebelahnya memberi kode keras.
"Anak baru kamu dicariin big bos."
"Hah?"respon Khadijah.
"Cepet kamu ditunggu Pak Sam di ruangannya. Kalau kamu telat, bakal abis kamu sama si tangan batu!"
Khadijah pun langsung beranjak dari tempat duduknya. Ia segera merapikan bajunya, lalu menuju ke ruangan bos yang dikenal banyak pegawainya kepala batu.
"Wadawww, mampus dech tuch anak bakalan!"
"Yeee, tuch anak hari pertama aja sudah dapat panggilan?!"
"Hhaahaha, mungkin dia bernasib sial, atau kutukan kerja di hari pertama."
Beberapa pegawai membicarakan Khadijah, ia sebenarnya agak gugup dan takut, "Mampus dech, tapi mau bagaimana lagi? kenapa harus hari pertama? Apa hari pertama udah dapat surat pemecatan?"
Khadijah berusaha tenang, meskipun agak takut dan parno. Ia pun ingat apa kata ayahnya,"Nak, kau tak perlu takut sama manusia apapun kedudukannya. Selagi kamu nggak salah tetaplah istiqomah dalam kebenaran. Ingat bersholawat nabi akan memudahkanmu menghadapi siapapun. Karena cukup Allah lah bagimu, Nak. Manusia bisa berbuat, tapi skenario Allah lah yang memutuskan."
Khadijah menghela napas cukup panjang, lalu menghembuskan perlahan-lahan. Ia juga berusaha merapal sholawat nabi dalam hatinya.
Langkah kakinya telah sampai di depan pintu big bos dengan sangat terpaksa Khadijah mengetuk pintu keramatnya.
***
"Langit takkan pernah ingkar dengan kesetiaannya, di mana pun kamu berada semoga Allah selalu melindungimu. Wahai Hawa yang ku rindukan."
Rumi mulai merindukan Khadijah, perempuan yang sudah lama ini menghilang tanpa jejak. Ia juga tak bisa menghubungi perempuan itu.
"Seandainya, waktu bisa ku ulang, mungkin aku akan mengatakan semua perasaanku."
Rumi melamun sambil menatap jalanan kota Istanbul.
"Aku percaya janji Allah, apabila kita jodoh, maka akan ada jalan untuk bertemu. Apabila kita bukan jodoh, maka jalannya pasti buntu. Karena, Allah itu maha asyik, setidaknya bisa mengurangi luka yang tak terlihat."
Taksi masih melaju menyusuri jalanan kota Istanbul menuju ke sebuah penginapan sementara. Mulai hari ini dan seterusnya Rumi akan tinggal dan bekerja di kota ini.
Sebuah kata rindu yang kini mulai muncul kepermukaan, Rumi berharap bertemu kembali dengan Khadijah yang lama-lama lenyap begitu saja. Bahkan, seluruh media sosialnya sudah hilang gitu aja, sepertinya ia sudah menghapus seluruh akunnya.
***
"Mampus dech!"
Khadijah merasa gugup dan ketakutan, ia merasakan ada aura negatif. Ia pun berusaha tenang dan rileks, agar bisa menghadapi sosok di dalam ruangan itu.
"Eh, tuh anak baru kelihatannya bakalan berakhir karirnya."
"Yoi, sepertinya bos itu bakalan auto pecat! Kan, si bos anti dengan karyawan yang berhijab!"
"Eh, iya si bos itu kan...."
"Ya, bos itu nggak pernah percaya sama agama islam gitu! dia pun hanya mendewakan uangnya!"
"Etssss, lihat muka anak baru itu pucat banget!"
"Anjir, apa anak baru itu nggak baca peraturan?"
"Hadeh, aku yang paling mampus."
"Kenapa kamu yang paling mampus?"
"Karena aku HRD yang terima aja karyawan baru atas permintaan bos besar!"
"Maksud kamu?"
"Dia bilang aku harus acc tanpa persetujuan pak Sam."
"Haduh, aku doain kamu juga nggak punya nasib malang."
Khadijah semakin kendor keberaniannya, setelah mendengar beberapa pegawai sedang berbisik soal sosok di dalamanya. Sebenarnya, ia penasaran, tapi agak waspada.
Sholawat nabi selalu Khadijah baca, ia tau kalau hal yang ditakutin cukup Allah, dan ia harus tetap menghadapi, meskipun kariernya akan terancam.
Khadijah mengetuk pintu sekali lagi.
"MASUK!" terdengar suara pria sedikit berat, lalu Khadijah segera masuk ke ruangan.
Cklekk
Pintu ruangan terbuka, Khadijah hanya mematung. Seluruh tubuhnya terasa kaku.
****