"Sungguh menyebalkan terjebak antara bos dan dia!"
****
Perjalanan Istanbul ke london memakan waktu hampir empat setengah jam, pesawat mulai mendarat di Bandara udara London City.
Hoam
Samuel menguap, Khadijah hanya melirik sinis, "Pak, udah puas bersandar di bahu saya? kepala bapak itu sumpah kayak batu!"
Samuel mengerutkan dahinya, "Ya, namanya orang nggak sadar! tapi, kamu harus beruntung bisa jadi sandaran kepala saya."
Khadijah tersenyum kecut,"Bapak tahu nggak, kalau kata-kata bapak itu bikin saya mual!"
"Mual?"
"Iya, mual, pak!"
"Tinggal muntah aja kok repot."
"Ih, dasar manusia pluto!" dumel Khadijah.
"Cepet! kita harus segera ke hotel! kalau jalan jangan kayak siput beranak!"
Khadijah merasa ingin bungkus tuch manusia pluto, lalu buang jauh-jauh dari bumi.
"Sayang!"
Seorang wanita super cantik dan kece, tapi sayangnya pakaiannya bak kurang bahan.
"Itu pacar bapak?"
"Iya, kenapa?"
"Jelek amat!"
"Emang kamu cantik?"
"Saya itu cantik, karena perempuan, pak. Kalau ganteng kan laki-laki," Khadijah nyengir.
"Nggak lucu!"
"Siapa yang ngelucu, Pak. Saya bukan badut atau stand up komedi!"
"Terus? apa saya peduli dengan bocah kayak kamu?" lirik Samuel.
Khadijah hanya nyengir.
"Oh, ya. Bapak itu kan bos, tajir melintir, tapi kok nggak mampu beliin baju buat pacar bapak yang kurang bahan itu!"
"Heeem, kamu aja nggak modis!"
"Ya, apa bapak nggak takut, kalau pacar bapak bakalan dikerumunin lalat?"
Samuel berhenti menatap Khadijah yang makin cerewet,"Kamu harus ingat kalau kamu nggak usah atur saya, karena kamu cuman bawahan saya."
"Inget kok, Pak. Saya belum pikun atau amnesia!" Khadijah pun nyengir.
"Udah kamu balik sama sopir, dan saya mau jalan-jalan sama pacar saya."
"Cieee, bapak kayak abg aja, ingat umur," ledek Khadijah sambil tertawa seperti mengejek.
"Sekali lagi kamu ledekin saya, gaji kamu bulan ini aku pangkas 90%," ucap Samuel dengan nada berat.
Khadijah pun mencoba menahan tawa melihat tingkah bosnya kayak abg yang lagi ngebucin tingkat dewa.
Samuel melotot, ia menunjukkan garis tajam. Kedua alisnya naik melihat ekspresi Khadijah terlihat menahan tawa.
"Kamu mau ngetawain saya?"
"Ya Allah, Pak. Ternyata bapak itu bucin juga? ieuh, bapak mukanya aja tegang mulu, ternyata juga bisa ngebucin juga?" ejek Khadijah.
Samuel menahan amarahnya, ia tidak mau kalau kekasihnya melihat dia dalam keadaan amarah.
Khadijah pun tersenyum, "Jangan, Pak. Saya itu cuman bercanda, Peace! Tapi, sumpah jangan bucin amat." bisik Khadijah.
"Sumpah, kenapa harus punya pegawai bocah kayak dia? mulut merconnya itu kadang suka bener!" batin Samuel.
Samuel menghampiri Julia kekasihnya. Sedangkan Khadijah ke hotel bersama sopir kantor.
Khadijah melihat Samuel sedang mengecup bibir Julia, ia merasakan jijik melihat adegan seperti itu.
"Ya Allah, ini awal mula maksiat," batin Khadijah.
***
Di Pemakaman Sera membacakan surah Yassin untuk ibunya tercinta, sedangkan Fabian menemani di sebelahnya.
"Ya Allah aku rindu dengan bang Ilham, dia abang yang selalu terbaik, meskipun aku suka iri dengannya," batin Fabian.
Ilham adalah kakak tirinya yang berhati emas. Fabian mulai mengingat saat Ilham masih hidup.
Flashback on
"Fab, kamu dari mana aja?"
"Bukan urusanmu anak pungut!"
Fabian baru pulang pukul tiga pagi.
"Kamu udah sholat?"
"Emang penting?"
"Dek, sholat itu penting, ingat kalau sholat bisa membuat kamu dekat dengan Allah."
"Iya, kapan-kapan aja! kakak itu bawel banget kayak ustad aja! Ceramah!ceramah terus! berisik!"
"Dek...."
"Udahlah! urus aja urusanmu sendiri, aku sholat atau tidak nggak akan pernah ngerugiin kamu, kak."
"Astagfirullah, Dek. Tobatlah."
"Tobat itu nunggu kalau udah tua aja! sekarang itu nikmati hidup, club lebih ramai daripada masjid!"
"Dek..."
Fabian naik ke lantai dua menuju kamarnya, ia masuk langsung rebahan.
"Cerewet amat tuch anak pungut! Emang dia siapa pakai ngatur hidupku, saudara aja terpaksa!"
Suara adzan subuh mulai berkumandang.
"Ya Ampun berisik!"
Suara ketukan pintu dari luar kamar Fabian.
"Ya ampun siapa lagi yang ganggu waktu tidurku?"
Fabian beranjak dan langsung menurunkan kedua kakinya di lantai kamarnya.
Cklek...
"Kamu lagi? ada apa lagi sich?"
"Sholat, dek."
"Sudah aku bilang, kalau aku itu malas! cape!"
Brakkk
Fabian menutup kembali pintu kamarnya dengan kesal.
Seminggu kejadian itu, ternyata Allah sayang Ilham. Ia tahu bahwa Ilham adalah kakak terbaik, meskipun kedua orang tuanya selalu memanjakannya.
Sebelum kepergiannya, Ilham telah menabung untuk motor impian Fabian. Tapi, sayangnya kecelakaan itu adalah akhir dari kebersamaannya dengan Ilham.
Fabian adalah orang yang paling sedih dan merasa sangat berdosa. Ia merasakan kehilangan teramat sangat.
Flashback Off
"Rasanya ingin mengulang dan memperbaiki semuanya. Ya Allah tempatkanlah Kak Ilham di tempat terbaikmu,"batin Fabian.
***
Alarm dari ponsel Khadijah berbunyi, ia melihat sudah pukul 08.00 pagi hari. Kebetulan hari ini dia sedang haid, jadi ia tak bisa sholat subuh tadi pagi.
Khadijah merasakan perutnya seperti diaduk-aduk bak gado-gado. Ia merasakan sakit teramat sangat.
"Aduh kenapa datang di saat tidak tepat, tamu yang rutin datang tak dijemput pulang tak diantar," Khadijah ngedumel merasakan perutnya sangat kram.
Tok Tok Tok...
"Ya, ampun siapa sih! pagi-pagi buta sudah mengedor-gedor pintu!" omel Khadijah.
Khadijah berjalan menuju ke arah pintu kamar hotelnya. Namun, suara gedoran pintu itu makin keras.
"Ya, ampun sabar donk! sumpah kalau ini ulah manusia pluto bakalan aku kulitin!" geram Khadijah sambil menahan kram di perutnya.
Tangan kanan Khadijah mulai meraih daur pintu kamarnya. Lalu, pintu terbuka. Terlihat seorang pria dengan setelan kemeja, dasi, jas dan celana kain begitu rapi.
Suara deheman sedikit berat.
"Siti Khadijah Puteri Ayasss! kamu itu mau bikin tangan saya bengkak ketuk-ketuk pintu lama sekali bukanya! kamu itu tuli!"
Khadijah hanya diam, ia mulai melotot ke arah Samuel sang manusia pluto. Ia sudah tidak sabar ingin berkata kasar, mengkulitin, mengarungi, lalu menghempas ke Planet Pluto.
"Tahan Khadijah ini masih pagi! kamu harus rileks ngadepin manusia pluto yang tingkat nyebelinnya akut!"
"Kamu itu diajak bicara malah melotot ke saya! nggak sopan!"
"Sumpah ini bos kalau mie remes udah aku remes-remes! mulutnya itu loch pedes!"
"Kamu melotot sama saya, lihat aja. Kamu akan ku potong setengah gajimu!"
"Bapak sudah selesai ngomongnya? bapak itu bawel amat kayak emak-emak yang lagi marahin suaminya! bapak itu ya masih pagi udah ngomel kayak kerasukan!"
Samuel diam melihat Khadijah mulai nyerocos, hampir tak ada kalimat berakhiran tanda titik atau koma. Semuanya bak kereta ekspress.
"DIAM!" bentak Samuel yang tidak tahan dengan ocehan Khadijah tanpa jeda sama sekali. Ia mulai merasa pusing menelah kata-kata perempuan itu yang mulai tidak ada rem alias blong.
Khadijah terdiam, ia melipat kedua tangannya di dada dengan muka bantal, dan masih memakai piyama tidur doraemon.
"Kamu itu kalau ngomong pakai titik koma!" protes Samuel.
"Budu!"
"Kamu lupa kalau kita punya janji dengan klien, dan kamu tahu Ms. O meminta kita meeting sekarang dengan diwakilkan anak buahnya jam sembilan!"
Samuel menunjukkan jam di tangannya kurang sepuluh menit lagi sudah jam sembilan tepat. Khadijah hanya melongo, ia merasa kesal dengan adanya meeting dadakan. Apalagi di tengah jadwal tamu bulanan.
"Kamu saya tunggu hanya lima menit, kalau sampai lewat gaji kamu bulan ini aku potong sembilan puluh persen!" ancam Samuel.
"Ya!" singkat Khadijah dengan sebal dan jengkel setengah mati menghadapi bos yang killer nya sebelas dua belas dengan dosennya di kampus dulu.
Khadijah pun tersenyum kecut, ia merasa ingin cepet-cepet menghempas Samuel.
"Cepetan!" perintah Samuel sambil menunggu di depan pintu kamar hotel penginapan Khadijah.
Khadijah hanya bisa menghela napas panjang. Ia merasa bosnya makin kayak valak.
"Oh Omg, sumpah cuman lima menit! bos sinting! pengen aku kulitin bener-bener! mandi aja nggak cukup, apa aku gosok gigi sama cuci muka aja, lagian cuman klien iya kalau doi!" gerutu Khadijah dalam hatinya. "KETERLALUAN! MANUSIA PLUTO!"
Khadijah mencuci muka dengan sabun, lalu mengosok giginya. Ia pun memutuskan tidak mandi pagi ini.
Khadijah mengambil kemeja merah dengan rok hitam panjang. Lalu, mengambil jilbab hitam pekat. Ia sedikit memberikan sentuhan bedak tipis dan lip tint. Selesai ia menyemprotkan parfum aroma vanilla.
Tas slempang hitam Khadijah raih, lalu memakai flat shoes. Lalu, ia berdiri di hadapan bosnya yang super duper nyebelin.
"Ayo, cepetan!"
"Sabar donk, Pak!"
Khadijah pun berjalan mengikuti Samuel dengan muka manyunnya. Ia pun memasuki lift bersama.
***
London kota yang terlihat sangat sibuk, banyak orang melakukan urusan bisnis. Rumi pertama kali ditugaskan untuk meeting dengan klien penting.
Belia Group sedang mengalami naik daun dalam bidang kosmetik. Produknya melejit dipasaran, apalagi akan ada launching produk baru bertemakan beauty asia dalam dua bulan ini.
Ms. O mempercayakan Aurora group memegang kendali dalam pemasaran. Ia sudah lama menjalin kerjasama baik dengan perusahaan periklanan yang selalu sukses dalam membantu pemasaran.
Rumi berperan besar dalam proses perencanaan pemasaran produk Belia. Ia akan bekerja keras, agar semua berjalan lancar mencapai target.
Sebuah cafe ujung kota London, Rumi sudah menunggu relasi kerjanya. Ia sudah memesan secangkir kopi latte dengan double exspresso dan no sugar.
Pukul 10 pagi, ia sudah duduk di meja no 7. Ia menatap luar jendela cafe sambil menikmati jalanan luar kota London.
"Kalau suasana begini, aku jadi ingat semua tentang kamu, Dijah. Kadang aku berharap bisa bertemu kembali denganmu, maafkan aku belum sempat pamit" batin Rumi dalam ingatan beberapa waktu lalu saat bersama dengan Khadijah.
Rumi masih dalam lamunannya, ia seolah masih melihat senyum yang menghiasi wajah perempuan dalam mimpinya. Ia adalah Khadijah, kadang ia berharap bisa menjadi lelaki satu-satunya yang ditakdirkan untuk dia. Ia ingin menjadi seperti Adam manusia yang pertama kali diciptakan, dan pertama kali jatuh cinta hanya bersama dengan Hawa.
"Ehem."
Suara deheman seakan membuat lamunan itu hilang seketika. Lalu, kedua manik mata bertemu seolah membuat sebuah rindu dalam titik temu diantara mereka.
****