"Daddy!" teriak Khadijah melihat Ayass berada di depan pintu kamarnya, ia tidak menyangka kalau daddynya datang.
Khadijah berlari seakan rindunya telah bertumpuk-tumpuk hingga mengunung. Berbulan-bulan ia tidak bisa bertemu dengan daddynya.
"HAPPY BIRTHDAY KEMBARANKU!"
Khadijah melihat Hasan, ia juga sampai lupa dengan hari ulang tahun dia dengan kembarannya.
Akhir-akhir ini ia telah banyak pikiran, bahkan Khadijah meminta perpanjang waktu berpikir untuk menjawab segala pertanyaan tentang lamaran itu.
"Ya Allah kalian," Khadijah merasa begitu terharu melihat kembarannya, ia merasakan rindu yang terbelenggu oleh jarak dan waktu.
Khadijah melepaskan pelukan dari Ayass, lalu ia menemui Hasan yang membawa kue tart ulang tahun.
"Aku rindu kembaranku yang menyebalkan di dunia, tapi aku sayang."
Khadijah menatap Hasan penuh kerinduan membara.
"Sudah ku bilang, kalau kembaranmu yang tampan ini emang ngangenin sedunia tiada tara."
"Mulai kepedeannya!" omel Khadijah.
"Kalau kamu nggak pede ngapain hidup, karena dengan pede kamu bisa hidup lebih lepas."
"Ish, dasar kembaranku sok banget!"
Hasan tersenyum melihat Khadijah.
Mereka pun berkumpul di halaman pekarangan mansion yang penuh dengan bunga-bunga. Dan, lampu taman di malam hari.
Haqi dan Rania sebenarnya sudah tahu kedatangan mereka, namun sengaja untuk tidak memberi tahu ke Khadijah supaya ia merasakan sebuah kejutan.
"Jah, Gimana kabarnya Rumi?" bisik Hasan.
Khadijah mengelengkan kepalanya, ia merasakan kalau pria itu hilang bak ditelan oleh bumi.
"Terus?" desak Hasan yang mulai kepo dengan kisah cinta kembarannya.
Helaan napas singkat terdengar kasar,"Aku nggak tahu di mana, bahkan harapanku sudah mulai rapuh."
"Oh, terus kata mommy kamu dilamar ceo ganteng?"
"Ganteng?" ulang Khadijah. "Tapi, nggak ganteng imannya, ia suka mabuk. Dan, bergaul di dunia malam!"
"Lah?"
"Aku nggak tahu, kenapa dia melamarku dadakan? aku aja nggak pernah suka sama dia, bahkan aku aja udah gadaikan cintaku ke pria lain, lalu aku sudah mulai...."
"Mulai apa?" timpa Hasan, ia melihat Khadijah berhenti setelah kata mulai.
"Udah, jangan bahas dulu. Kita sudah ditunggu oleh mommy, ayah, daddy dan dedek Husein," kilah Khadijah berusaha mengalihkan pembicaraannya soal lamarannya, ia merasa masih belum bisa menjawabnya. Karena ia belum mendapatkan petunjuknya.
Khadijah dan Hasan berjalan beriringan menuju ke Pekarangan halaman rumah.
Sebuah perayaan yang sebenarnya sudah direncanakan Rania dan Haqi, beserta keluarga yang lainnya.
"Aku nggak nyangka kalau Haqi juga menyayangi si kembar," ucap Ayass dalam hatinya, ia merasa lega dan ikhlas kalau mantan istrinya memilih pria terbaik.
Mereka tetap bersatu dalam sebuah kedamaian keluarga. Saling mendukung satu sama lain.
"Sandra?!"
"Tante Sandra?!" pekik Khadijah.
Sandra adalah sosok sahabat Ayass yang sebenarnya menyukai pria itu yang berstatus duda tampan. Tapi, hanya mampu diam tidak mengatakan hingga Sandra hanya menghabiskan waktu untuk sebuah pekerjaannya.
"Sandra?"
Ayass terkejut dengan kehadiran wanita berkacamata. Ia terlihat begitu anggun dengan dress berwarna putih. Wanita itu terlihat lebih dewasa. Ia mulai berjalan menuju ke arahnya, tatapan matanya lurus.
Sebuah kotak berwarna gold Sandra bawa dengan ukuran sedang bentuk balok. Ia kebetulan sedang ada kerjaan di kantornya.
"Rania, apa kabarmu?" tanya Sandra, ia terlihat sedikit melirik ke Ayass.
"Tante Seina?"
Seina wanita yang sempat gagal menikah dengan Haqi. Ia terlihat membawa seorang bayi dan pria tampan di sampingnya.
Seorang wanita cantik dengan mengunakan baju khimar dan cadar sedang bersama seorang lelaki tampan. Dia adalah sosok sahabat dekat Rania yang selalu ada.
"Venus?"
Rania kaget kalau sahabatnya itu berubah drastis dari segi busana. Bahkan, ia tidak menyangka kalau dia bersama dan kembali dengan mantan kekasihnya.
"Ya Allah kalian ternyata," ujar Rania, ia merasa kalau sahabatnya menikah dengan pria yang dulu pernah meninggalkannya, tapi Allah berkata lain kalau takdir dan skenarionya sudah digariskan.
Rania menghampiri keduanya, terlihat begitu harmonis.
"Gila, kamu ternyata berubah setelah sekian lama. Dan, ke mana....,"
Rania celingukan, ia tidak melihat seorang wanita yang dikabarkan pernah menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka.
"Maksud kamu Brenda?" cetus Venus.
Rania mengangguk mengiyakan.
"Sudah lama Brenda telah meninggal, bahkan ia menitipkan kedua malaikat kecilnya hingga tumbuh dewasa," ucap Venus.
Venus mulai menceritakan kronologi meninggalnya Brenda, karena kanker rahim hingga hembusan napas terakhirnya, lalu menitipkan dua buah hatinya.
Sebenarnya Arya dan Brenda tidak pernah menikah sama sekali. Meskipun mereka hidup satu atap bak suami istri.
Antoline telah merelakan Venus untuk kembali dengan cinta lamanya, meskipun berusaha mengikhlaskannya. Antoline menyibukan dirinya dengan bisnisnya ke mancanegara.
Di hari bahagia ini Khadijah kedatangan tamu spesial, ia sudah memantapkan hatinya untuk menuju ke sebuah hubungan halal.
Khadijah sudah meresmikan calon pacar halalnya untuk bersamanya menjadi imam keluarganya nanti.
Sebuah keputusan dengan penuh campur tangan Allah semata. Ia ingin menuju dalam ibadah. Ia tahu tidak mudah menerima sebuah keputusan. Ia selalu melakukan isthikarah tiap malam.
Skenario Allah memang begitu indah hingga sebuah keputusan itu telah ia tetapkan.
"Pengumuman, sebentar lagi putri kami tercinta Siti Khadijah Putri Ayass akan segera melakukan akad minggu depan dengan Samuel."
Pria itu terlihat begitu bahagia menyambut penguman di hari spesial Khadijah bersama dengan keluarganya.
Seminggu sebelumnya, Khadijah telah memberi jawaban atas isthikarahnya. Dan, ia sudah memantapkan hatinya untuk pria yang terbilang minim secara agama, tapi memiliki cinta yang mampu merubah keputusannya.
Bagi Khadijah, cinta akan hadir seiring dengan waktu. Dan, tidak ada Adam yang sempurna di dunia ini. Karena Samuel adalah Adam yang pertama kali menemaninya menuju ke akad.
Cinta Khadijah ke Rumi mungkin hanya sebatas kagum, ia akan mengikhlaskannya seiring berjalannya waktu.
Cinta yang suci dan sempurna akan membawanya menuju ke akad. Bukan, hanya menjadi sebatas kekasih yang belum tentu menuju ke akad.
Dua minggu kemudian, Khadijah dan Samuel melangsungkan pernikahannya. Disaksikan kedua belah pihak keluarga di Istanbul, Turki.
Fabian dan Sera kedua sahabat mereka hadir menyempatkan diri di hari bahagia Khadijah menuju kehidupan sakinah mawadah warrohmah.
Tatapan mata mereka saling bertemu, terlihat begitu gugup keduanya. Tapi, ijab qobul berjalan begitu sangat lancar.
Helaan napas lega terlihat jelas dalam raut wajah keduanya. Istanbul kota seribu satu malam terindah yang mampu mempertemukan mereka hingga menjadi kekasih halal.
Skenario Allah yang memberikan jalannya untuk saling bertemu hingga janji suci diantara mereka. Kecupan manis mendarat ke kening Khadijah, lalu diabadikan dalam sebuah jepretan indah.
"Kamu hal pertama yang membuatku mengerti dengan apa yang ku butuhkan, bukan apa yang ku rindukan. Semoga kita bisa bersama selamanya hingga maut memisahkan ikatan suci kita," ucap Khadijah dalam hati kecilnya.
Dua keluarga bersatu, lalu mengabadikan dalam sebuah jepretan.
-----