Kedua tangan Reika menempel pada kaca, selagi Clark menghujam miliknya terus dari belakang. Reika dapat melihat pemandangan kota Seoul di siang hari. Walaupun pikirannya tidak fokus dan ia merasa malu. Ia takut, ada yang melihat apa yang mereka lakukan saat ini.
"Clark.." Reika terengah-engah dengan kedua kaki bergetar yang sudah tidak mampu menompang tubuhnya. Bahkan ceceran dari Clark sudah mengalir turun ke sela pahanya yang mulus.
Clark mencium tengkuk Reika dan tertawa puas.
"Ehmmh." Reika mengulum bibirnya, ketika Clark meremas dadanya dengan kencang yang memberikan efek yang nikmat yang berbeda dengan yang semalam.
Reika merasa semakin kacau dengan kenikmatan dan nafas terengah-engah mengejar pelepasannya. Begitu juga dengan Clark semakin cepat mengejar pelepasannya. Suara desahan dan di sertai desisan mereka saling bersahutan bersamaan dengan suara tubuh mereka yang saling bersatu dan bergerak kuat.
Merasa waktunya akan tiba, Clark menghujam dalam-dalam rudalnya pada celah inti tubuh Reika dan berkali-kali. Hingga tubuh keduanya bergetar nikmat bersamaan. Ketika gelombang kenikmatan datang pada tubuh mereka berdua.
Sampai kini, hanya tersisa deru nafas kepuasan mereka berdua. Clark lalu mencium pipi Reika dari belakang dan mengecupi punggung Reika. dengan gigitan untuk menandai Reika adalah miliknya. Setelah Clark mencabut rudalnya dari inti tubuh Reika yang begitu memabukkanya.
Lalu, tangan Clark menarik lembut bahu Reika. membuat Reika kini menatapanya secara dalam dan Clark juga dapat melihat wajah memerah Reika. pipinya bersemu merah merona, bibirnya sedikit membengkak dan peluh di sekitar dahi membuat anak rambut Reika menempel di sekitar dahi dan setengah wajahnya.
Clark tersenyum puas, sambil merapikan rambut Reika, lalu menundukkan tubuhnya untuk mencium kembali bibir Reika. karena Clark merasa gemas dengan tubuh Reika dan terlalu nikmat untuk di sentuh.
Reika kemudian membuka mata kembali setelah Clark melepaskan ciuman mereka berdua yang begitu penuh kenikmatan.
"Kita istirahat dulu! Baru lanjut ronde ketiga," bisik Clark yang mengangkat tubuh Reika ke arah ranjang dan meraih dagu Reika. dengan buas Clark mencium bibir Reika. melumatnya dengan kasar dan mengigit bibir Reika.
"Eeegggg..."
Clark tersenyum di sela ciumannya, untuk ke sekian kalinya. Clark selalu menang. Tubuh Reika selalu di bawah kekuasaanya.
Tangan Clark meremas kuat kedua buah kembar Reika dengan kuat, lalu mencubit puncaknya dengan keras. Hingga Reika memekik kesakitan.
Mendengar suara kesakitan dari Reika, Clark tertawa terkekeh, ia membalikkan badan. Melangkah ke arah lemari untuk mengambil sesuatu dan kembali lagi ke arah ranjang.
Reika terlihat pastrah, saat Clark mengikat kedua tangan dan kakinya dengan tali tambang ke tiang tempat tidur. Kemudian menutup matanya dengan kain hitam dan tangan kekar itu menyentuh semua permukaan tubuh telanjang Reika.
"Clark," saut Reika yang ketakutan.
"Tenang sayang, aku akan segera kembali dan mengajarimu. memuaskanmu hingga kau tidak sanggup lagi untuk berpikir menjual tubuhmu ke pria lain, selain aku!" bisik Clark dengan nada perintah dan kemudian melangkah meninggalkan kamarnya. Meninggalkan Reika seorang diri, telanjang dan terikat.
"Kenapa jadi begini?" batin Reika yang ketakutan.
Suhu ruangan yang dingin, membuat Reika terlihat menggigil. Entah berapa lama ia terikat di atas tempat tidur. Pandanganya gelap gulita karena kain hitam yang menutupi matanya.
Reika mengerang, mencoba meronta menarik tangan dan kakinya yang terikat. Tapi percuma, semakin ia menariknya. Maka semakin kuat tali tambang itu yang membelitnya hingga menimbulkan rasa sakit dan memerah di kulitnya.
Reika meneguk salivanya, ia merasakan haus yang teramat hebat dan sekaligus lapar. Reika semakin frustrasi, ia berharap Clark cepat kembali memberikannya minuman atau makanan.
Bunyi langkah kaki mendekat ke arah tempat tidur, terdengar jelas di telinga Reika. ia mencoba mengerakkan tubuhnya lagi.
Reika mendesah, merasakan tangan kekar meremas kedua buah kembarnya dengan kuat.
"Ha... us," Kata Reika gugup.
Tidak ada sautan dari seseorang itu, tidak lama ia merasakan rahangnya di cengkram kuat. Reika merasakan air mengalir masuk ke dalam mulutnya. Dengan tergesah-gesah Reika meneguk air itu. karena dirinya sungguh kehausan.
Perlahan-lahan kain hitam yang menutup matanya di lepaskan dan mata beriris hazel itu tepat menatap mata Reika yang terlihat meredup.
Clark duduk di tepi tempat tidur sambil memegang gelas dan Reika yakin itu minuman berakohol. Clark menenguk air di dalam gelas, lalu mengarahkannya lagi ke mulut Reika. mengalirkan air itu ke dalamnya. Reika merasa air itu terasa panas seakan membakar tenggorokannya.
Reika memperhatikan Clark yang membuka sebuah pil dan memasukkan paksa ke dalam mulutnya. Membuat Reika hampir tersendak.
Mata Clark menatap tajam mengawasi Reika dan menyeringai. Setelah tali tambang di lepaskan dari tubuh Reika.
Setelah berapa menit kemudian.
Tubuh Reika merasakan hawa panas di dalamnya. Ia mengeliat liar. Kulitnya merona, mendesahkan suaranya.
"Panasssssss... nnnggg.."
"Efeknya sudah bekerja rupanya." Gumam Clark yang melepaskan handuk yang melingkar di pinggulnya.
Kini Clark sudah terlanjang di hadapan Reika dengan perlahan pria itu naik ke atas tempat tidur. Menindih tubuh Reika, lalu mengangkang di atas tubuh Reika. memperhatikan wajah Reika yang semakin memerah.
"Clark... aaaa"
"Ya.. aku di sini, sayang. Kau mau apa, sayangku?" bisik Clark serak dengan nada mengejek, tangan nakalnya sudah mengerayangi tubuh terlanjang Reika. meremas kedua buah kembar secara kuat.
"Panaassss..." kata Reika dengan mengeliatkan tubuhnya.
Clark menjauhkan tangannya, tersenyum sinis melihat tubuh telanjang Reika yang mengeliat.
"Eeeeggghhhh ku mohon..."
"Apa yang kau inginkan Reika, katakanlah?" bisik Clark sambil melepaskan ikatan di kaki Reika. mengangkat salah satu kakinya dengan mencium dan menjilatinya membuat Reika memekikkan suara.
"Aaaakkkhh aku tidak tahan lagi..." teriak Reika.
Senyuman kemenangan terlihat di sudut bibir Clark, ia merangkak mendekatkan diri. Mencium bibir Reika dengan ganas, menyusapkan lidahnya ke dalam mulut Reika.
Reika dengan senang hati membalas ciuman dari Clark. Tubuhnya membutuhkan sentuhan pria itu. ini memang aneh, entah pil apa yang di berikan oleh Clark kepadanya. Hingga ia merasakan panas di dalam dirinya.
Clark mencium bibir Reika, tangannya terulur melepaskan ikatan tangan Reika.
Dengan tidak sabaran, Reika meraih kepala Clark. Meremas rambut Clark dengan kuat.
"Please oh.. please.." desah Reika lirih dengan suara merdunya yang membuat rudal Clark semakin menegang kokoh.
"Aku suka kau seperti ini! Kau menginginkan ini heh.." kata Clark yang mengosok kepala rudalnya di lipatan inti tubuh Reika.
Reika memejamkan matanya dengan erat. Ia mengerakkan kepalanya berulang kali.
"Wanita pintar."
Clark menjauh dari atas tubuh Reika, membuat tangan Reika mencengkram lengannya. Reika menatap memohon agar Clark kembali menyentuhnya.
"Tenang sayang, aku pasti akan menyentuhmu. Tapi tidak sekarang! Aku ingin kau memuaskan rudal ini dulu," perintah Clark mengocok rudalnya sendiri.