Menyadari Reika sudah pingsan dengan tubuh penuh memar dan area bawah sudah merah bengkak. Clark segera mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah memastikan dirinya rapi, Clark berjalan keluar dari kamar. Ia meminta pelayan hotel untuk memghubungi dokter dengan menyerahkan berapa juta kepada pelayan tersebut untuk melakukan perintahnya.
Melihat ratusan uang berapa ikat, pelayan tersebut setuju. Ia menghubungi pihak rumah sakit untuk mengangkut penghuni kamar VVIP yang sudah menjadi korban pelampiasan seksual Clark..
Seperti sampah, Reika di buang oleh Clark begitu saja. Setelah di siksa beronde-ronde di dalam kamar tanpa ampun.
Di rumah sakit. Berapa perawat sampai kaget-kaget melihat apa yang terjadi pada pasien yang datang hari ini. Tidak ada kerabat dan siapapun yang menemani, hanya pelayan hotel yang mengurus biaya admitrasi dan pergi tanpa menulis nama yang tertera di bagian daftar pembayaran.
Dokter yang memeriksa, hanya bisa mengeleng-ngelengkan kepalanya. Dokter tersebut sangat heran dengan kondisi pasien yang di duga sebagai wanita jalang atau korban perkosaan bergilir. Tapi ia tidak bisa mencampuri apa yang menimpak pasien tanpa seizin pasien tersebut. Mau melaporkan ke pihak polisi atau tidak. Itu semua hak pasein nantinya, tugasnya hanya menjalankan pengobatan kepada pasien yang kini ia tandagani.
***
Berapa hari kemudian, Cahaya matahari pagi masuk begitu saja ke kamar pasien dan terasa menyilaukan di mata Reika. Perlahan-lahan, Reika membuka matanya dan merengangkan badanya. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya juga remuk karena di setubuhi paksa oleh Clark hampir 24 jam dan kini Clark tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Hal ini membuat Reika lega, setidaknya ia tidak perlu melihat Clark ada di sisinua.
Reika menarik nafas lelahnya, kemudian kedua matanya melihat sekelilingnya. Yang merupakan ruangan rumah sakit.
Tanpa perlu bertanya, Reika sudah tahu. Kenapa ia di sini dan siapa yang mengirimnya. Jika bukan pria tidak punya hati bernama Clark Shark. Pria maniak seks yang terkenal di kalangan para wanita jalang. Yang hobi menyiksa para jalang di hari pertama dan kedua beronde-ronde. Kemudian membuang mereka seperti sampah.
Reika mengosok kedua matanya sesaat dan menatapi jemari-jemari di tangannya. Untuk memastikan apa yang selama ini di cari ada di jarinya.
"Syukurlah," gumam Reika dengan suara kecil.
Perawat masuk ke dalam ruangan, untuk menganti botol infus. Mengeluarkan tatapan menjijikan terhadap Reika yang di anggap sebagai wanita penghibur. Sedangkan Reika tidak perduli, ia masih berbaring lemah. Berusaha mengatur perasaan di hatinya untuk rencana kedepannya menghancurkan Park Alicia dan mencari cincin satunya lagi.
"Aku tidak boleh lemah. Ini sudah takdir," batin Reika yang berusaha memberikan kekuatan pada dirinya sendiri. Dengan cara menghibur diri sendiri seperti yang ia lakukan saat masih dalam rumah sakit jiwa di eropa.
Berapa menit kemudian, seorang dokter wanita masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keandaan Reika. Setelah seorang perawat menghantarkan makanan untuknya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya dokter wanita bernama Jum En dengan ramah.
Reika melihat dokter wanita paruh baya itu. Sekitar umur 40an tahun. Memiliki wajah ramah dan hangat.
"Baik," balas Reika dengan senyuman tipis.
"Apa kau berencana melaporkan kepada pihak kepolisian atas apa yang menimpahmu," saran Jum En.
"Tidak."
Jum En menatapi Reika dengan tatapan terkejutnya.
"Kenapa? Bukan kah itu akan memberikan efek jerah pada perlaku," balas Jum En dengan sedikit menaikkan suaranya.
Reika menatapi wajah dokter wanita di depannya.
"Mereka tidak bersalah! Aku membutuhkan uang untuk menyelamatkan seseorang yang terpenting dalam hidupku," ucap Reika dengan memandangi cincin di jari manisnya.
"Pria tidak berguna seperti itu, untuk apa di pertahankan. Yang ada ia akan menjualmu suatu saat," jelas dokter bernama Jum En yang selesai memeriksa Reika dan salah menerjemahkan bahasa Inggirs ke bahasa Korea.
Reika terkekeh dalam hati.
"Menyesal, menjual semua sudah terlambat!" batin Reika yang meraih sarapan paginya atau sarapan siang yang tidak bisa di bedakan oleh Reika yang baru sadar dari kebrutalan Clark yang menyiksa tubuhnya berapa hari lalu. Pikirannya sekarang adalah mengisi perutnya yang sungguh lapar.
"Jika kau butuh bantuan. Aku bisa membantumu," tawar dokter Jum En kepada Reika.
"Bisa tolong belikan aku stoberry milk shake. Soal uang, aku akan membayarnya atau anda bisa mengambil uang yang di dpkan oleh seseorang padaku?" tanya Reika dengan senyuman palsunya yang membuat dokter Jun En merasakan ada keanehan pada sikap Reika yang terlalu tenang.
"Baiklah," balas dokter Jum En yang berjalan pergi. Kemudian menghubungi Clark tentang keandaan Reika.
Selesai makan, Reika menatapi cincin di jemarinya dengan mata terkantuk-kantuk. Tapi ia tidak ingin tidur sama sekali. Karena tidak ada bosan-bosannya memandangi cincin tersebut.
***
Di perusahan, Clark berjalan mondar mandir di dalam kantornya. Setelah menerima laporan dari dokter Jum En. Jika Reika sudah sadarkan diri tapi kondisinya masih lemah.
Sekarang, Clark binggung, apakah harus datang menjenguk Reika atau tidak. Karena Reika sudah menjalani perawatan selama seminggu di rumah sakit. Akibat perbuatannya yang berlebihan saat melakukan hubungan intim.
Clark sadar, ia tidak hanya sekali melakukan hal seperti ini pada wanita jalang yang senang hati melemparkan tubuh padanya. Kemudian, ia memperlakukan wanita jalang dengan sangat kejam. Hingga berakhir di rumah sakit.
Dari semua wanita, kenapa ia mengkhawatirkan Reika, setelah di siksa berapa ronde seperti itu dan mengirimkan ke rumah sakit.
"Apkah karena ia lain dengan wanita lain yang mendekatinya karena materi dan sebagainya?" gumam Clark tidak memahaminya.
Clark masih berjalan bolak balik di dalam kantornya dengan memijit-mijit dahinya berapa kali. Bayang-bayang Reika yang memberikan ia kepuasan dalam melakukan sex liar. Semakin mengisi kepalanya dan tanpa sadar, rudalnya yang semula lembek. Kini terasa sesak dan menyakitkan yang melakukan pemberontakkan untuk bisa keluar dari penjara.
"Sial, tahu gini? Seharusnya aku tidak memperlakukan seperti jalang lain."
Clark masih mengoceh sendirian tanpa menyadari seketaris sudah berdiri di depan pintu dan mendengarkan apa yang Clark katakan barusan.
"Ceo Clark, ini bebasnya!" ucap Lisa dengan sikap sopan seperti biasanya. Sebelum ia di curigai oleh Clark. Karena menguping pembicaraan tadi.
Clark melirik ke tubuh Lisa. Tubuh yang tidak mengoda dirinya sama sekali. Walau di tawarkan secara gratis, ia tidak akan sudi menyentuhnya.
Seakan menyadari pandangan mata Clark. Lisa merasakan tubuhnya meremang dan ia menginginkan sentuhan dari Clark. Sayangnya, Clark membalas tatapan Lisa dengan menyindir.
"Saya permisi," ucap Lisa yang sengaja berjalan berlengak lengok di hadapan Clark.
Hari ini, Lisa sengaja memakai pakai kerja ketat. Untuk memancing birahi Clark.
Merasakan tidak ada reaksi dari Clark
Lisa sungguh kecewa berat.