Terbersit di pikirannya untuk memaksakan keinginannya kepada Romeo, akan tetapi buru-buru di tepisnya. Ia Ingin berubah dan tetap istiqomah pada jalan kebenaran yang sudah di tempuhnya saat ini.
Gladis makin penasaran siapa sesungguhnya Rania? Ia kembali ke kamarnya dan membersihkan diri.
....
09.30 wita:
Para tamu undangan sudah memenuhi ruang tamu. Romeo sudah siap di hadapan penghulu untuk ijab qobul. Gladis keluar di dampingi Kania dan Sani. Senyum Romeo terkulum saat melihat sosoknya yang nampak begitu ayu. Gladis duduk di sampingnya dan alam satu tarikan nafas ia mengucapkan ijab qobul dengan lancar . Ia memasangkan cincin sebagai maharnya untuk sang istri.
Rania menyesal melihat semua ini. Ia tak tahan dan berlari ke halaman belakang rumah. Tangisnya pecah. Ia membungkam mulutnya dan memukul dadanya. Rasanya begitu sakit! Ia sadar jika dirinya benar-benar mencintai pria itu bukan hanya sekedar nafsu belaka. Romeo mencarinya di tengah para tamu undangan namun tak menemukannya. Ia menemukannya tengah terisak di tempat itu, "Sebaiknya kamu segera pergi." Rania berbalik dan terkejut. "Aku minta maaf atas apa yang aku lakukan dulu terhadap mu. Aku ingin kamu melupakan apa yang pernah terjadi. Bukalah lembaran baru dan jangan tengok kebelakang. Aku harap kamu mau mengerti."
Rania menghapus air matanya dan mengangguk, "Iya, aku mengerti. Aku akan segera pergi. Selamat atas pernikahan mu. Aku minta maaf karena muncul di saat yang tidak tepat."
"Kamu bisa keluar lewat pintu samping. Aku tak ingin Rara menghalangimu."
"Baiklah."
Gladis amat bahagia sementara Rara dan Michael memilih untuk tak berbaur dengan para tamu undangan yang mereka anggap sebagai gembel. Tamu undangan pernikahan Romeo hanya pegawainya, kepala sekolah Gladis dan beberapa orang gurunya. Bagi Gladis ini sudah lebih dari pada cukup.
12.00 wita:
Di dalam mobil menuju Dubai Gladis bersandar di bahu Romeo. Mereka akan berbulan madu sejenak di kota itu.
Setelah menempuh perjalanan dengan pesawat first Class selama 18 jam lebih akhirnya mereka sampai di Dubai Air Port. Menejer hotel dari hotel yang akan mereka tempati menyambut kedatangan mereka dengan ramah dan hangat.
Mata Gladis berbinar menatap pemandangan yang luar biasa menakjubkan selama perjalanan menuju hotel itu.
"Mas, ini apa? Mall ya?" tanya Gladis takjub saat tiba di Burj Al Arab.
"Hotel tempat kita menginap, Sayang," jawab Romeo seraya mengecup puncak kepalanya.
"Uaaaah mewah banget, Mas," dongaknya menatap ke sekeliling.
Setiap detil saat menuju kamar mereka di lantai empat Gladis memperhatikannya tanpa berkedip, apalagi setelah melihat air mancur yang begitu cantik dan indah di dalam hotel itu. Ia samasekali belum pernah menyaksikan semua ini sekalipun dalam mimpi.
"Ini kamar kita, kamu suka?" tanya Romeo setelah masuk ke dalam kamar mereka.
Gladis tak mampu berkata-kata. Beberapa orang pelayan hotel masuk membawa makan siang. Romeo dengan lembut menarik tangannya menuju meja makan. Gladis amat canggung dan kebingungan terlebih saat pelayan hotel itu mulai melayaninya. Ia memperhatikan apa yang di lakukan sang suami dan mengikutinya.
Setelah makan siang keduanya beristirahat hingga pukul 2 siang. Romeo mengajak Gladis berbelanja di Dubai Mall. Beberapa baju dan perhiasan ia belikan untuk Gladis. Tak tanggung-tanggung Romeo membelikannya tas branded dengan harga selangit. Gladis ingin menolak tetapi ia masih merasa sungkan. Mereka memasuki setiap toko berjam-jam lamanya hingga perut Gladis mulai keroncongan dan kakinya sudah terasa pegal. "Mas, aku laper," ucapnya manja.
"Kita makan di sana," tunjuk Romeo pada sebuah restaurant.
"Iya, Mas di mana aja."
Karena sudah lumayan lama keduanya memutuskan kembali ke hotel. Gladis tertidur pulas di ranjang sementara Romeo membersihkan diri di kamar mandi.
24.00 waktu Dubai:
Gladis terbangun. Ia menengok ke samping tempat tidur dan tak mendapati sang suami. Ia pun bangkit dan mencarinya di kamar mandi akan tetapi nihil. Pria itu tiba-tiba masuk kedalam kamar mereka dengan membawa sebuah kue ulang tahun, "Happy birthday to you....happy birthday to you! Selamat ulang tahun Gladis istri ku yang tercinta....."
Gladis membungkam mulutnya tak percaya. Matanya berkaca-kaca. Ia mendekat dan meniup lilin itu atas permintaan sang suami.
"Terimakasih Mas....Mas tahu aku sedang berulang tahun....?"
"Dari Kania," ucap Romeo tersenyum. Ia menaruh kue itu di atas meja dan memeluk sang istri, "Kamu bahagia?" tanyanya berbisik.
Gladis mengangguk, "Sangat, Mas."
Romeo mendekatkan wajahnya perlahan dan mencium bibirnya. Ia melakukannya tiga kali hingga nafsu birahinya bangkit.
"Mas, sudah," bisik Gladis. Ia sedikit ketakutan dan mulai panas.
Romeo mengecup keningnya dan mengangkat tubuhnya menuju ranjang.
Pria itu naik keatas tubuhnya dan membuka jas serta kemejanya dan membuka resleting celananya.
"Mas, aku belum siap...." rintih Gladis.
Romeo menyingkap dres panjangnya hingga yang tersisa hanya bra dan celana dalamnya. Pria itu menatap tubuhnya penuh nafsu dengan nafas tersengal.
"Mas aku mohon...." pintanya dengan air mata yang mulai menetes.
Pria itu sudah kehilangan akal. Ia meraba tubuh Gladis dan mulai menggerayanginya. Gladis merintih hingga Romeo melakukan penyatuan miliknya dan milik Gladis. Gladis mencengkram sprei di sampingnya dengan kuat. Desahannya terdengar dan ia mulai menikmatinya. Dorongan Romeo kian lincah dan kuat. Pria itu begitu bernafsu hingga Gladis kewalahan menghadapinya, "Mas....pelan-pelan...."
Bersambung...