Chereads / Gladis dan Romeo / Chapter 9 - Rania Hamil

Chapter 9 - Rania Hamil

"Nathan, ini es krim nya," ucap Gladis menaruh es krim itu di atas meja di hadapannya. Anak itu menerimanya dengan baik. Gladis bersyukur karena bocah itu tak bertingkah aneh-aneh lagi.

"Aku permisi, Kak. Jika ada yang Kakak butuhkan bisa panggil aku kembali," ujar Gladis.

Rara sudah merasa cukup dengan apa yang di perbuatnya pada Gladis. Ia tak merespon dan tetap memainkan ponselnya.

....

Gladis duduk di pinggir ranjang. Ia merasa agak sedikit letih. Tangan dan tengkuknya terasa pegal. Tak sengaja matanya menatap botol parfum milik Romeo. Ia tersenyum tipis lalu bangkit mendekatinya. "Wanginya seperti wangi tubuh Mas Romeo," bisiknya. Beberapa kali ia mencium aromanya dan menaruhnya kembali.

Suasana kamar ini begitu sendu dan tenang. Gladis menatap seluruh sudut nya. "Bersih dan rapi," bisiknya lagi. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya. Rasanya begitu nyaman, secara perlahan ia pun tertidur lelap.

.....

20.21 wita:

Gladis menyiapkan baju dan celana Romeo di atas ranjang. Ia kemudian berdandan di depan meja rias menunggu suaminya yang tengah membersihkan diri di dalam kamar mandi. Tak lama berselang Romeo pun keluar. Ketika Gladis menoleh padanya ia segera berpaling karena malu dengan sosok tubuh Romeo yang bertelanjang dada. Pria itu memandangnya yang nampak menggoda lalu mendekat.

"Mas, kenapa tak pakai baju segera? Nanti bisa masuk angin?" pinta Gladis risih

Perlahan kedua tangan pria itu meraba pundaknya dan turun hingga menyentuh buah dadanya. Ia mulai panas. Gladis menyentuh telapak tangannya dan berusaha menghentikannya, ia pun bangkit dan berbalik, "Mas, pakai baju dulu setelah itu istirahat."

Romeo tersenyum tipis. Ia tak ingin menyia-nyiakan momen ini.

Gladis menjauh dan naik ke atas ranjang kemudian berbaring. Romeo gerak cepat dan langsung membuka handuknya lalu menunggangi nya. "Jangan tolak aku..." pintanya nya.

.....

1 bulan kemudian:

"Aku hamil...." desah Rania terkejut bercampur rasa takut menatap hasil tespek nya. Ia menangis sesenggukan di dalam kamar mandi.

Setelah berpikir apa yang akan di lakukannya ia segera bergegas keluar kamar menuju motor nya yang berada di garasi kos . Air matanya terus mengalir. Ia berharap Romeo mau bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Perusahaan Romeo:

"Aku ingin bertemu dengan Romeo, apa dia ada di ruangannya?" tanyanya pada receptionist.

"Anda siapa?"

"Aku teman baiknya. Katakan saja Rania ingin bertemu."

"Anda tunggu sejenak."

Rania harap-harap cemas. Ia sudah tak sabar ingin menyampaikan kabar itu pada Romeo.

"Anda di persilahkan bertemu dengan beliau. Tempatnya di lantai dua. Anda belok kanan dan ruangan Pak Romeo berada di samping lobi," ucap receptionist itu usai menelepon secretaries Romeo.

Rania berjalan setengah berlari hingga tiba di lantai dua. Saat tiba di depan ruangan Romeo, Vita sekretaris Romeo mempersilahkannya masuk, "Anda sudah di tunggu," ucapnya.

Rania masuk dan langsung berlari memeluk Romeo yang tengah berdiri di depan jendela.

"Apa-apaan kamu!" sergah Romeo terkejut dan berusaha melepaskan diri.

"Hiks....aku hamil...."

Romeo terkejut. Tangisan Rania bertambah keras, "Sumpah demi Allah aku kini mengandung anakmu! Aku sekarang hamil....!"

Ketakutan yang dulu sempat menghinggapi pikiran Romeo setelah bercinta dengan wanita ini akhirnya terjadi.

"Apa yang harus aku lakukan....? Aku tak tahu harus bagaimana....?" tangis Rania.

Romeo bingung dan menjamah pundaknya lalu menuntunnya menuju sofa.

"Lihat aku..." pinta Romeo.

"Nikahi aku, aku sudah tak punya lagi tempat berlindung...hiks..."

Rania mulai lemas. Romeo mendekapnya agar ia sedikit tenang.

Suasana hening sejenak.

"Kasihani anak ini, ia tak bersalah," bisik Rania.

Romeo tak mungkin melarikan diri dari semua ini. Ia berbuat maka ia pun harus bertanggung jawab.

"Aku minta maaf. Aku tak pernah berniat merusak rumah tangga mu dengan Gladis tapi aku tak tahu harus berbuat apa..."

Romeo kian bingung. Tak mungkin ia meminta Rania menggugurkan kandungannya dan tak mungkin juga ia menikahi wanita ini pula.

"Kamu akan menikahiku....?" tanya Rania.

"Beri aku waktu untuk berpikir. Ini tak mudah untukku." Romeo menejamkan matanya kuat karena kalut. "Aku akan memberitahukan hal ini secara perlahan pada Gladis."

"Aku harap istri mu mau mengerti. Andai aku memiliki tempat berlari....hiks akan tetapi aku tak punya siapa-siapa...."

"Aku paham. Sekarang kembali ke rumahmu. Aku akan menghubungi mu besok malam," pinta Romeo.

Rania menuruti ucapnya.

Romeo tak konsentrasi saat bekerja karena persoalan itu. Ia memilih keluar kantor sesaat.

Jalanan kota Mataram terhampar luas di depan matanya. Pikirannya sedikit fres. Lalu-lalang mobil dan motor membuatnya sedikit terhibur. Saat ini ia berada di sebuah toko roti di pinggir jalan menikmati secangkir kopi.

....

21.00 wita:

Senyum Gladis terlihat begitu manis ketika menyambut kepulangan sang suami di depan rumah. Romeo tak tega menatapnya. Ia turun dari mobil dengan senyuman yang di paksakan.

"Mas, aku sudah siapkan makan malam untukmu. Mas makan dulu setelah itu mandi," ucap sang istri memeluknya.

"Kamu terlihat pucat? Apa yang sudah terjadi?" tanya Romeo khawatir menatap wajahnya.

"Nggak, hanya seharian ini aku bantu-bantu di dapur. Nathan juga sedikit rewel dan hanya mau di urus oleh diriku."

Rahang Romeo mengeras. Ia rasa sudah cukup Gladis di perlakukan tak wajar oleh Rara dan Nathan. Selama ini ia bersabar dengan kelakuan Rara karena sang istri tak pernah mengeluh. Kania selalu melaporkan segalanya diam-diam ketika ia memiliki kesempatan.

"Jangan temani aku makan. Kamu istirahat lah. Aku menyusul setelah mandi," pintanya.

"Baiklah," angguk Gladis.

3.00 wita:

Romeo tak juga terlelap. Gladis mendapatinya berada di depan meja riasnya. Ia mengusap matanya dan turun dari ranjang, "Mas, kenapa?" tanyanya menyentuh pundak Romeo.

Romeo bangkit dan tiba-tiba saja memeluknya.

"Mas...." bisik Gladis terheran.

"Maaf...." pinta Romeo.

"Kenapa...? Ada apa...?"

Romeo bangkit dan menyentuh wajahnya, "Aku tak pernah menginginkan semua ini terjadi, maafkan suami mu ini istri ku....aku menghamili Rania..."

Gladis terpaku. Ia tak ngeh dengan pengakuan Romeo karena masih dalam kondisi sedikit mengantuk.

"Kami berhubungan sebelum kita menikah saat di Amerika. Dia menjebak ku hingga aku menidurinya. Aku samasekali tak pernah menginginkan itu terjadi..."

"Mas serius? sela sang istri.

"Aku minta maaf. Aku tak menginginkan ini semua...."

Air mata Gladis menetes. Ia tak pernah menyangka suami yang ia kenal baik dan terhormat ini bisa berbuat hal sekeji itu.

"Dia memintaku menikahinya."

"Dan Mas akan menikahinya?" bisik Gladis tak terima.

"Dia memintaku bertanggung jawab. Aku tak tahu harus bagaimana?"

"Pilih dia atau aku?" sergah Gladis tegas.

Romeo menatapnya nanar....

Bersambung..