Chereads / Gladis dan Romeo / Chapter 5 - Suara desahan di kamar mandi sekolah

Chapter 5 - Suara desahan di kamar mandi sekolah

Kenapa kemarin tak masuk?" tanya Gladis pada Mimin di sampingnya.

Mimin melepas penanya dan mendesah, "Acara nikahan paman ku. Aku nyesel datang."

"Kenapa?"

"Farhan kakak sepupuku bawa pacarnya...."

"Jadi dia sudah punya pacar?" tanya Gladis terkejut.

"Ya, aku juga nggak nyangka. Cintaku nggak akan pernah berbalas, Dis."

"Yang sabar. Jodoh nggak akan kemana kok," gumam Gladis menyentuh pundaknya. "Jangan pikirin dia lagi. Hilang satu tumbuh seribu," candanya, akan tetapi Mimin masih juga cemberut.

"Ada pr nggak kemarin?"

"Nggak ada. Hasil ulangan kemarin di bagikan. Ambil hasil ulanganmu di ruang guru gih."

"Anterin..." pinta Mimin manja menarik lengan seragam Gladis.

"Ok, sekarang aja, yuk."

Keduanya berjalan bergandengan menyusuri koridor sekolah. Tak sengaja mereka berpapasan dengan Ibu Wati guru matematika, "Kalian mau kemana? Kenapa kalian keluar dari kelas?" Ibu Wati lumayan emosi.

"Maaf, Bu. Kami cuma ingin mengambil hasil ulangan Mimin di ruang guru," jawab Gladis takut. Sedangkan Mimin lebih takut lagi hingga ia mendekap lengan Gladis semakin kencang.

"Ya sudah. Setelah ini langsung masuk ke kelas!"

"Baik, Bu," jawab keduanya serempak.

Saat melintasi kamar mandi samar-samar Mimin mendengar suara desahan seorang wanita, "Dis, suara apaan tuh?"

Mereka menghentikan langkah, "Maksudmu?"

"Coba denger deh, kayak suara orang mendesah," gumamnya berusaha mendengarkan lebih jelas.

Suara desahan itu kian kuat.

"Astaga! Iya. Aku juga denger, Min.

Mereka menatap pintu kamar mandi nomor dua.

"Kesono yuk!" ajak Mimin langsung menarik tangannya.

Mereka menguping dari balik pintu dan sangat syok!

"Dia gitu-gituan!" bisik Mimin.

Gladis menarik tangannya menjauhi tempat itu.

"Gimana nih! Kita lapor atau nggak sama kepsek, Dis?"

Gladis bingung. Ini memang bukan urusannya tetapi semua ini memang harus di laporkan agar dapat di tindak dan menberi efek jera....

"Ok, kita laporkan pada kepsek."

Gladis menggandeng tangan Mimin berlari menuju ruang kepala sekolah.

"Permisi, Pak."

Kepsek yang sedang berbincang bersama beberapa orang guru menengok, "Ya masuklah."

"Maaf, Pak. Ada yang ingin kami laporkan," ucap Gladis sungkan dengan tubuh kaku.

"Ada apa?"

"Itu Pak anu....."

"Anu apa? Kamu bicara saja jangan takut."

Gladis menuturkan apa yang di dengarnya. Kepala sekolah langsung bangkit karena terkejut. Ia meminta Gladis menunjukkan di mana kejadian itu dan beberapa orang guru juga ikut menuju tkp.

Dengan keras kepsek menggedor pintu kamar mandi itu. Ia pun juga berteriak meminta dua muda-mudi yang ada di dalamnya segera keluar.

Ternyata eh ternyata....Femi dan Bagus, anak kelas 3 F yang bersebelahan dengan kelas Gladis. Mereka keluar dengan tertunduk dan tubuh Gemetar. Rambut Femi pun acak-acakan karena ia tak sempat membenahi diri.

Kepala sekolah murka dan menyeret mereka menuju ruangannya.

Kepsek meminta Gladis dan Mimin untuk tak menceritakan ini kepada siapapun dan meminta mereka kembali ke kelas.

"Astaga! Aku sampai lupa ambil hasil ulanganku!" sergah Mimin setelah di luar ruangan kepala sekolah. Ia meminta Gladis tetap berada di tempat sementara ia ke ruang guru sejenak.

Gladis menatap sekeliling sekolah. Ia takjub dengan kemegahan sekolah ini. Ia berpikir kenapa kok bisa-bisanya Femi, anak dari keluarga terpandang melakukan hal sehina itu? Ia samasekali tak berpikir panjang sebelum melakukannya.....apalagi Bagus! Dia terkenal pandai dan ketua tim basket di sekolah ini!

Lama terpaku Gladis memutuskan untuk menengok Mimin. Sahabatnya itu ternyata sedang di omeli guru karena nilainya anjlok. Gladis geleng-geleng dan berbisik, "Gara-gara patah hati kamu jadi tak mood belajar. Rasakanlah!"

.....

Esok harinya....

Romeo diminta untuk datang ke sekolah Gladis. Setelah dengan berbagai pertimbangan akhirnya pernikahan dirinya dan Gladis di setujui.

Pengumuman athor:

Cerita ini hanya hiburan semata. Lokasi, nama, dan tempat kejadian hanya sebagai penunjang agar cerita menjadi lebih hidup.

Romeo tersenyum senang. Kepsek meminta seorang guru untuk memanggil Gladis memberitahukan hal ini.

Senyum Gladis merekah. Ia mengucap syukur dengan dada berdebar membayangkan acara pernikahannya.

Romeo turut mengundang kepala sekolah dan wali kelas Gladis untuk menghadiri pernikahannya. Ia pun meminta libur tiga hari untuk sang calon istri.

Kediaman Romeo di hias seadanya sepulangnya dari sekolah Gladis. Pria itu ingin praktis dan tak mau terlalu ribet. Baju pernikahannya pun hanya baju yang biasa ia kenakan ketika menghadiri pesta. Sedangkan Gladis, untuknya pria itu memilihkan sendiri kebaya yang sesuai dengan ukuran tubuhnya menyesuaikan dengan baju yang biasanya di pakai sehari-hari. Ia menyuruh pembantu untuk mengambil baju Gladis tanpa seizin gadis itu di kamarnya.

Sepulangnya dari sekolah Gladis terpana dengan hiasan dan sebuah meja untuk tempat ijab qobul nya. Ia terharu dan rasanya ingin menangis.

"Kamu senang?" tegur Rara dari belakang nya.

Seketika Gladis berbalik, "I-iya, Nyonya. Terimakasih."

Rara tersenyum kecut, "Status mu takkan pernah berubah! Menjadi istri Romeo takkan mengubah apapun yang ada dalam dirimu!"

Bersambung....