Chereads / Haya / Chapter 9 - Penangkapan

Chapter 9 - Penangkapan

Gerbang memang terbuka, tetapi tidak ada yang terjadi. Haya dan yang lain mencari keberadaan di dekat mereka.

"Tetap saja, tidak ada apa-apa." keluh salah satu petualang.

"Simpan keluhanmu. Tetap waspada, kita tidak tau apa yang akan terjadi. Mungkin saja makhluk sekuat tadi muncul." Clarissa memperingatkan.

Clarissa dan yang lain masih dalam posisi memegang senjata. Mereka meningkatkan kewaspadaannya. Suara di sekitar mereka hening. Hanya terdengar suara dedaunan yang ditiup angin sepoi-sepoi.

Haya menggunakan sihir angin [Windy Area] dengan tekanan angin sangat kecil hingga hanya terasa seperti angin sepoi-sepoi di wajah. Dia menemukan sesuatu dari anginnya. Terasa seperti manusia yang menggunakan jubah menutupi seluruh tubuh. Terdapat 4 orang dari yang dirasakan oleh sihir yang Haya gunakan.

Tanpa basa basi, Haya menggunakan sihir [Sludge Suction] di depan gerbang. Clarissa melihatnya bingung dan bertanya kepada Haya.

"Apa yang kau lakukan, Haya?"

"Aku menangkap orang yang kemungkinan dalang di balik penyebab munculnya makhluk hitam ini." jawab Haya.

Haya maju ke arah lumpur buatannya. Dia membuka tudung wajah 1 per 1 orang yang terjebak di lumpurnya. Wajah keempat orang itu terlihat terkejut dengan Haya. Mereka tidak menyangka akan ditangkap oleh seorang anak kecil berusia 10 tahun.

"Ohh...Kerja bagus, Haya." ucap pujian Clarissa.

"Ba-bagaimana? Padahal aku tidak merasakan apapun." ucap salah satu petualang.

Haya melihat ke 4 orang itu dan menjelaskan tentang bagaimana caranya mengetahui keberadaan mereka.

"Pada awalnya aku juga tidak merasakan apa-apa." jawab Haya.

"Pada awalnya?" Memiringkan kepalanya, salah satu petualang terlihat keheranan.

"Ya, benar. Sebenarnya jubah yang mereka gunakan adalah alat yang bisa menghalau [Detection]."

"Hah...begitukah? pantas saja. Namun, untuk menghindari [Detection] kita, pastinya jubah ini merupakan alat yang bisa membahayakan jika kau tidak menyadarinya." ucap salah satu petualang.

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Salah satu petualang meminta Haya menjawab pertanyaannya.

"Aku menggunakan sihir angin untuk mencarinya. Saat angin bersentuhan dengan sesuatu, aku pasti mengetahuinya. Jubah mereka hanya menghalau [Detection] tidak menghilangkan keberadaan. Jadi aku pasti merasakan keberadaan mereka." Haya selesai menjelaskan.

Clarissa yang daritadi diam, memotong pembicaraan mereka.

"Itu seharusnya sudah cukup, bukan? Sekarang kita harus mengurus mereka berempat." ucap Clarissa meminta untuk fokus dengan masalah di depan mereka.

"Benar juga. Pertama-tama kita harus membawa mereka ke desa terlebih dahulu." Saran salah satu petualang yang dengan pedang besar di punggungnya.

Clarissa dan yang lainnya membuat keempat orang itu pingsan agar bisa dibawa ke desa. Setelah itu, mereka pergi dari hutan sambil membawa keempat orang itu. Tidak ada makhluk hitam yang tersisa di perjalanan mereka, yang berarti seharusnya pertarungan sudah selesai.

Dengan beban yang dibawa, mereka akhirnya tiba di desa. Semua orang terlihat kelelahan. Ada juga orang yang diperban sedang terbaring di tempat evakuasi. Yang terluka juga ada yang sedang dirawat oleh penyembuh.

Haya dan yang lain menuju ke tempat kepala desa berada. Di sana mereka melihat kepala desa yang sedang sibuk mengurus orang-orang yang terluka. Memberikan komandonya sana-sini. Tidak ada yang tidak sibuk, semuanya sibuk mengurus pekerjaan mereka masing-masing.

"Kepala desa, kami kembali." ucap Clarissa.

"Oh, jadi bagaimana? Kalian menemukan sesuatu?" tanya kepala desa.

"Tidak ada makhluk hitam yang muncul lagi. Namun, kami berhasil menangkap sekumpulan orang ini." Clarissa dan yang lain meletakkan keempat orang di tanah.

"Mereka dalangnya?" tanya kepala desa yang terkejut melihat keempat orang yang pingsan.

"Kemungkinannya iya. Kami menangkap mereka saat mereka ingin kabur melalui sihir [Gate]." Clarissa menjawab.

"[Gate] katamu? Bukankah itu sihir yang rumit?" Kepala desa lagi-lagi terkejut mendengar fakta bahwa musuh menggunakan [Gate] sebagai asal dari munculnya makhluk hitam.

"Awalnya kami tidak menyangka. Kami hanya mengira-ngira, sampai kami melihatnya sendiri dengan mata kami." Clarissa menjelaskan keterkejutannya.

"Masalah ini tidak bisa diatasi oleh desa. Kita harus membawa mereka ke kota untuk diperiksa lebih lanjut." ucap kepala desa.

"Kalau begitu biar kami yang membawa mereka." Salah satu petualang mengajukan diri untuk membawa keempat orang tersebut.

"Baiklah. Kuserahkan kepada kalian. Dan juga terima kasih atas bantuan kalian." Kepala desa menyerahkannya kepada para petualang.

Para petualang hanya diam menerimanya.

"Untuk sekarang kita akan kembali ke desa. Kalian istirahatlah dulu di desa." Kepala desa menyarankan.

Setelah itu, semua orang pindah menuju desa. Tanpa ada masalah di perjalanan, semua orang telah tiba di desa. Desa masih utuh tanpa kerusakan sama sekali karena makhluk hitam itu hanya tertarik dengan manusia.

Lampu-lampu rumah telah dihidupkan. Orang-orang yang terluka di bawa ke tempat perawatan desa. Waktu berlalu hingga hari esok tiba.

Di pagi hari ini, para petualang bersiap pergi kembali ke kota. Sambil membawa keempat orang yang ditangkap sebelumnya menggunakan kendaraan yang sama dengan yang mereka gunakan untuk datang ke desa.

Di rumah, Haya yang baru saja bangun sedang merapikan tempat tidurnya. Lalu dia mengganti bajunya. Berjalan keluar dari kamar menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi, dia mencuci mukanya.

Selesainya, dia pergi ke ruang keluarga. Terlihat Brick dan Clarissa yang sedang berbincang-bincang. Haya yang merasa dirinya tidak diperlukan, tiba-tiba dipanggil.

"Haya, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu." ucap Brick.

"Apa itu?" balas Haya.

"Ini tentang sihirmu. Elemen yang kau kuasai sebenarnya berapa banyak?" tanya Brick penasaran.

"Yang pasti aku bisa menguasai 4 elemen dasar seperti, angin, air, api, dan tanah. Untuk elemen lain, aku kurang tau." jawab Haya.

"Semua elemen dasar katamu? Hahh ... tidak banyak orang yang bisa menguasai lebih dari 1 elemen kau tau?" ucap Brick.

"Setidaknya aku tau itu." jawab Haya.

Clarissa yang sampai sekarang mendengarkan pembicaraan, bergabung dengan mereka.

"Latihan yang selama ini kita lakukan. Apakah itu sia-sia?" tanya Clarissa.

"Tidak, sama sekali tidak. Semua latihan itu benar-benar membantuku juga dalam mengembangkan sihirku. Jadi itu tidak sia-sia." balas Haya dengan sepenuh hati.

"Baguslah. Ingat, gunakanlah kekuatanmu untuk hal yang baik. Aku mungkin tidak mengetahui semua hal yang baik. Namun, hal yang menurutmu baik saja. Ikuti kata hatimu, tetapi juga dengarkan pendapat orang lain. Jangan menelan mentah-mentah apa yang dikatakan orang lain. Selalu temukan kebenaran dibalik perkataan orang-orang." Clarissa memberikan nasihat yang cukup panjang kepada Haya.

"Dariku...sama seperti ibumu. Tambahan saja, masalah tidak selalu diselesaikan dengan bertarung. Terkadang kau bisa menyelesaikannya secara damai. Jika kau memiliki orang yang berharga bagimu, lindungilah mereka sebagaimana kau melindungi dirimu sendiri." Brick juga menambahkan nasihat dari Clarissa.

"Akan kuingat baik-baik. Terima kasih, Ayah, Ibu." Haya tersenyum dan bersyukur karena perhatian ibu dan ayahnya.