Haya membuat pelindung bumi dengan bentuk setengah lingkaran di sekitar mereka. Dalam keadaan terluka Haya berusaha menahan ledakan tersebut agar tidak mengenai dia dan Virelin.
Namun, sedikit demi sedikit kubah pelindung Haya terbuka dengan celah kecil.
"Arrgghh!!!" Haya menahan rasa sakitnya dengan kuat.
Virelin melihat ini dan tak berdaya untuk melindungi Haya. Dia merasa telah gagal menjalankan tugas yang telah diberikan oleh Brick kepadanya.
Dengan Haya yang terluka, kubah mulai tidak bisa dipertahankan. Virelin yang terluka berdiri dan maju ke arah Haya.
"Haya, aku akan menyembuhkanmu." Virelin sadar luka tersebut tidak akan sembuh dengan ramuan biasa.
Sedangkan yang mereka bawa untuk perjalanan hanyalah ramuan biasa yang hanya bisa menyembuhkan luka goresan. Virelin mengeluarkan suatu perangkat dari kocek pakaiannya. Diarahkannya perangkat itu kehadapan punggung Haya.
Perangkat itu tidak akan berfungsi tanpa sihir. Jadi Virelin mengalirkan sihirnya ke dalam perangkat tersebut. Perangkat mulai menyala dengan cahaya berwarna kuning dan mengeluarkan laser cahaya yang mengarah ke Haya.
Luka yang Haya terima mulai tertutup sedikit demi sedikit. Haya yang menyadarinya, menoleh ke belakang tepat dimana cahaya itu berasal. Haya yang sadar tubuhnya semakin membaik, memperkuat kubah pelindung yang dia buat.
Perlahan-lahan hempasan ledakan tersebut semakin berkurang. Butuh sekitar 1 menit kemudian hempasan ledakan telah berhenti. Haya bernapas lega dan melepaskan sihir kubah pelindungnya.
"Untung saja kita baik-baik sa-"
Haya menoleh ke belakang tepat Virelin berada. Perkataan Haya tiba-tiba terpotong. Terkejut dengan apa yang dilihat di depannya. Seorang Virelin yang terbaring di tanah dengan keadaan terluka parah.
Segera, Haya buru-buru bergerak menuju tempat Virelin terbaring.
"Tunggu, aku akan menyembuhkanmu." ucap Haya yang menggunakan sihir penyembuh.
Sihir penyembuh baru saja Haya pelajari setelah dia diajarkan sedikit oleh petualang saat kejadian penyerangan makhluk hitam waktu itu. Di sana dia belajar sedikit dan membantu orang yang terluka. Setidaknya Haya bisa menggunakan sihir penyembuh dasar.
"Uhuk-uhuk." Virelin terbatuk-batuk saat Haya menyembuhkannya.
"Tenanglah...kumohon berhasillah..." Haya memohon dengan sihir penyembuh yang dia gunakan kepada Virelin.
Tangan Virelin menyentuh pipi Haya yang sedang menyembuhkannya.
"Haya...cukup...luka ini tidak bisa kau sembuhkan. Aku berhasil melindungimu." Virelin tersenyum saat mengatakkannya.
"Jangan, tolonglah!" ucap Haya yang khawatir.
"Tolong sampaikan terima kasihku kepada bos. *Uhuk* aku...tidak...menye-sal..."
Tangan yang menyentuh pipi Haya terjatuh. Perlahan-lahan mata Virelin semakin menutup. Sihir penyembuhan Haya tidak berhasil. Dengan lingkungan di sekitarnya yang hangus ditelan ledakan sebelumnya, Haya meneteskan air mata. Menatap wajah Virelin dalam tangisannya.
Haya menangis sendirian, ditinggalkan oleh sosok yang dianggap sebagai kakak laki-laki baginya. Yang telah menemaninya sejak kecil. Yang selalu mengajaknya bermain sejak kecil. Yang biasa membawa Haya jalan-jalan di desa. Semua kenagan itu terlintas di benak Haya.
Haya yang menangis, mengelus kepala Virelin.
"Terima kasih atas semua yang kau lakukan selama ini, Kak Virelin...Akan kusampaikan terima kasihmu kepada ayah."
Tidak ingin berlarut lama-lama dalam kesedihan, Haya mengelap air matanya. Awalnya dia ingin mengangkat tubuh Virelin dengan sihir angin. Namun, dia tidak bisa menggunakannya. Merasa tidak ada pilihan lain, dia menggunakan [Strengthen] untuk membantunya mengangkat Virelin.
Dia berdiri dan berjalan dengan Virelin di punggungnya. Tujuannya bukanlah ke kota, melainkan kembali ke desa. Mempertimbangkan dia yang tidak tahu arah ke kota. Karena pada awalnya dia dan Virelin sudah setengah jalan menuju kota ditambah mereka berhenti makan berarti waktu sudah berlalu lebih dari 2 jam.
Mempertimbangkan waktu dan jaraknya, Haya menemukan hasilnya. Jarak dari sini menuju desa seharusnya kurang lebih 80 km. Akan cepat jika dia menggunakan kendaraan.
Kendaraan yang dia gunakan sebelumnya masih dalam keadaan baik karena saat terjadi ledakan Haya juga melindungi kendaraannya. Haya bersyukur melihat kendaraan masih baik.
Namun, satu hal yang pasti, Haya belum pernah mengendarainya. Selama ini dia hanya menjadi penumpang dengan Brick atau Virelin menjadi pengendaranya. Virelin yang masih dipunggungnya dipindahkan ke dalam kendaraan.
Haya duduk di kursi pengendara. Dia melihat hal yang ada di depannya. Terdapat setir di hadapannya, pedal gas dan rem di kakinya, serta tuas di sampingnya. Yang dia ingat adalah memasukkan batu sihir di dalam lubang di depannya.
Untungnya mereka membawa lebih dari sekantung batu sihir sebagai bahan bakar kendaraan ini. Haya segera mengambilnya dan memasukkan batu sihir ke dalam lubang bahan bakar. 1 batu sihir seukuran tangan bayi bisa membuat kendaraan bergerak sejauh 40 km.
Mengingat mereka membawa banyak batu sihir berukuran tangan bayi, menurut Haya dia bisa sampai di desa dengan aman tanpa khawatir kehabisan bahan bakar.
Begitu dia memasukkan batu sihir itu, segera ia hidupkan mesin kendaraan. Mengingat segala hal yang dia lihat saat Brick atau Virelin mengendarainya, kendaraan pun mulai bergerak maju.
Pada awalnya Haya mengendarainya dengan tegang karena ini pertama kalinya dia mencobanya. Namun, seiring berjalannya waktu dia mulai terbiasa mengendarainya.
Selagi berjalan dia melihat pemandangan di sekitarnya yang hangus terkena ledakan cahaya tersebut. Hangus dimana-mana sejauh mata Haya memandang. Tidak ada burung-burung yang terbang, tidak ada suara binatang. Hanya ada suara angin yang membawa abu dari pohon yang hangus terbakar. Haya tidak habis pikir dengan akibat yang disebabkan oleh ledakan tersebut.
Dia tidak tahu apa-apa mengenai ledakan itu. Tentang ledakan apa itu, siapa yang melakukannya, apakah ada korban selain dia dan Virelin, atau sejauh mana jangkauan ledakan itu. Setidaknya dia tahu bahwa jangkauan ledakan itu sangat luas. Untuk sekarang dia fokus dengan tujuannya, yaitu kembali ke desa untuk menemui orang tuanya. Dia berharap semua orang di desa baik-baik saja.
Matahari semakin naik di langit. Terlihat asap yang masih mengepul akibat pohon yang terbakar. Asap yang mengepul itu membuat Haya harus menutup mulutnya. Tidak baik menghirup asap yang bisa mengganggu sistem pernapasan tubuh.
Haya sudah berjalan cukup lama dengan kendaraannya. Tidak lama kemudian, dia melihat desa yang terlihat baik-baik saja dari kejauhan. Dia mempercepat laju kendaraan hingga maksimal. Membuat kendaraan berguncang-guncang.
Akhirnya dia sampai di desa. Di sana dia melihat Brick dan Clarissa yang sedang berbicara dengan kepala desa. Brick dan Clarissa melihat Haya yang kembali ke desa yang dimana seharusnya dia pergi ke kota.
"Haya?" Clarissa terlihat terkejut, begitu juga dengan Brick.
"Ibu, ayah, aku kembali." ucap Haya.
Clarissa tanpa basa-basi dengan cepat memeluk Haya yang kembali dengan selamat.
"Aku senang kau kembali dengan selamat, Haya." ucap Clarissa yang memeluk Haya.
"Kau baik-baik saja, Haya?" tanya Brick.
"Ya, tapi..."