Di depan Haya terdapat kawanan musuh yang mulai datang menyerbunya. Haya berada dalam posisi siap dan memegang pedang miliknya. Dia mengambil napas yang dalam, lalu dihembuskan dengan panjang untuk membantu konsentrasi.
Kumpulan musuh langsung datang menyerang Haya. Haya menangkis dan menghindari secara bergantian serangan musuh, tetapi untuk melakukan itu secara terus menerus akan menyulitkan Haya, walaupun dia sudah menggunakan [Strengthen] yang ditingkatkan.
Melihat Haya yang sedang sibuk mengurus bawahannya, pemimpin musuh maju dan menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Haya. Untung saja, Haya menyadari serangan mendadak pemimpin musuh dengan mengaktifkan [Skild] sehingga dia bisa menahannya.
Namun, dia tidak bisa selalu fokus dengan pemimpin musuh. Fokusnya terpecah belah antara bawahan musuh dan pemimpin musuh. Mereka merupakan musuh yang merepotkan. Haya secara terus-terusan menahan serangan musuh.
Merasa tidak bisa dalam posisi bertahan lebih lama, dia memilih untuk melakukan serangan balasan. Satu per satu musuh dia tumbangkan. Namun, dia tidak membunuhnya, hanya dibuat pingsan dengan bagian datar pedang, dengan pukulan, atau dengan tendangan.
Jumlah musuh semakin berkurang, Haya mengatur napasnya kembali. Pemimpin musuh hanya bisa pasrah melihat Haya yang dapat bertahan setelah mengalahkan sebagian besar bawahannya.
Bawahan musuh ada yang menggunakan [Ground Creep] dengan tujuan menghalangi pergerakan Haya. Dengan mudah Haya menghindari sihir yang dilancarkan kepadanya.
Musuh tetap melancarkan sihir kepada Haya, tetapi Haya bisa menangkis dan menghindari serangan sihir musuh. Tidak ingin berlama-lama, Haya langsung menyerbu musuh yang menggunakan sihir.
Tidak akan mudah bagi Haya karena dia dihalangi oleh pemimpin musuh. Selagi dia melawan pemimpin musuh, bawahannya akan menyerangnya dengan sihir jarak jauh.
Haya merasa kesulitan menghadapi mereka semua. Tiba-tiba saja dia teringat dengan latihan dia melawan Clarissa, Brick, dan Virelin secara bersamaan dimana Clarissa bertindak sebagai petarung jarak dekat dan Brick bersama Virelin menjadi penyerang jarak jauh denga sihirnya.
Semua yang dia ingat sama dengan yang dia alami sekarang, hanya saja perbedaannya pemimpin musuh lebih kuat daripada Clarissa. Dia masih bisa menang tanpa mengeluarkan keringat banyak melawan Clarissa, tetapi sekarang dia kerepotan melawan pemimpin musuh sekaligus tidak terkena serangan sihir jarak jauh dari bawahan musuh.
Haya dan pemimpin musuh saling bertukar serangan. Haya yang dalam posisi tidak baik, memikirkan cara untuk mengatasinya. Selama dia bertarung, bawahan musuh tidak menyerangnya terlalu sering. Haya merasa kalau itu menjadi kunci untuk mengalahkan mereka semua.
Dilihat dari sudut pandangnya, bawahan musuh tidak boleh mengenai pemimpinnya. Hal itu tentu akan menganggu jalannya pertarungan. Agar tidak terjadi kesalahan, musuh tidak menggunakan sihir jarak jauh terlalu sering.
Berkatnya, Haya sekarang hanya perlu mencari celah untuk mengatasi musuh yang menembakkan sihir dahulu. Pemimpin musuh tidak akan membiarkan dia untuk melakukannya. Pemimpin musuh meningkatkan intensitas serangannya kepada Haya. Haya sekarang dalam posisi terpojok.
Sulit untuk melawannya, terlebih lagi sekarang Haya tidak bisa menggunakan sihir elemen akibat ledakan yang terjadi sebelumnya. Dia berusaha lebih keras untuk menutupi kekurangannya dalam sihir.
Pedang mereka saling bersilangan. Melihat kesempatan, Haya meniupkan angin ke arah muka pemimpin musuh. Pemimpin musuh yang waspada buru-buru mundur. Tiupan itu hanyalah akal-akalan Haya, itu hanya tiupan biasa yang tidak berbahaya.
"Apa ini?" tanya pemimpin musuh yang kebingungan.
Tanpa menjawab, Haya melihat sebuah kesempatan. Haya bergerak dengan kecepatan tinggi langsung menuju penyihir musuh. Haya melancarkan serangan tepat dihadapan mereka. Namun, mereka menghindari serangan Haya, walaupun mereka juga terkena serangannya.
Musuh mengeluarkan belati dari pakaiannya. Mereka menyerang Haya sekaligus. Haya dengan sigap menangkis semua serangan musuh.
Haya di sini tahu kalau penyihir musuh setidaknya bisa bertarung jarak dekat sampai tingkat tertentu. Mungkin mereka memang diajarkan untuk situasi seperti ini. Namun, ini tidak baik, karena pemimpin musuh sadar kembali dan kembali menyerang Haya.
"Kau kira mereka tidak bisa bertarung? Hahaha...pikiran yang naif." ucap pemimpin musuh.
Merasa kerepotan, pilihan Haya sekarang hanyalah mengalahkan pemimpin musuh. Kali ini dia menjadi lebih fokus dan berusaha menghilangkan semua pikiran yang ada.
Dia hanya menatap pemimpin musuh di depannya tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Pemimpin musuh merasakan bahaya datang dari Haya. Dia semakin berkeringat yang membuat tangannya tidak nyaman memegang pedang.
Haya maju lagi, kali ini dengan kecepatan penuh. Pemimpin musuh terkejut melihat kecepatan Haya. Secara mengejutkan, Haya berada di sampingnya. Haya menebas pemimpin musuh, tetapi masih bisa ditahan olehnya.
"Berat." Pemimpin musuh berusaha mati-matian menahannya.
Akibat menahan tebasan Haya, pemimpin musuh dibuat mundur. Haya menyerang kembali pemimpin musuh. Kali ini dia datang di hadapan pemimpin musuh yang kewalahan.
Pemimpin musuh tidak sempat bereaksi. Haya menendang perut si pemimpin musuh sehingga membuatnya terbang. Tendangannya itu membuat pemimpin musuh tidak sadarkan diri.
Musuh yang tersisa hanya bisa terdiam melihat pemimpinnya dikalahkan. Haya memindahkan perhatiannya kepada musuh yang terdiam.
"Jika kalian tidak ingin seperti dia, lebih baik kalian diam dan menyerah." Haya mengancam musuh.
Musuh hanya bisa menganggukkan kepala mereka mendengar Haya mengancam. Haya berjaga-jaga di sekitar mereka menunggu penjaga desa datang dan mengambil mereka sebagai tahanan.
Tidak lama kemudian, para penjaga desa datang. Mereka melihat Haya dan musuh yang tidak berdaya di tanah. Haya juga melihat kepala desa yang tampaknya sudah lebih baik. Ada juga Brick dan Clarissa yang datang melihat Haya.
"Kerja bagus." ucap kepala desa.
"Yah, mereka benar-benar menyulitkan." balas Haya.
"Serahkan sisanya padaku." ucap kepala desa membawa para penjaga.
Haya baru saja merasakan kelelahan akibat pertarungannya tadi. Dia duduk di tanah dan menancapkan pedangnya. Dengan keringat yang berada di sekucur tubuhnya, ia hanya bernapas terengah-engah.
Brick dan Clarissa datang menjumpai Haya yang duduk kelelahan.
"Aku percaya." ucap Clarissa.
"Terima kasih. Sekarang mari kita pulang." ucap Brick menggendong Haya di punggungnya.
Haya hanya bisa menerimanya dan menyandarkan kepalanya di pundak Brick dalam perjalanan pulang. Mereka semua kembali ke rumah. Sedangkan musuh akan diurus oleh kepala desa.
Sekembalinya Haya di rumah. Dia membersihkan tubuhnya akibat pertarungan. Mengganti bajunya dan pergi menuju ruang keluarga dimana Brick dan Clarissa berada.
Namun, Haya yang duduk merasa terlelap sehingga membuatnya tertidur di sofa. Brick dan Clarissa yang melihatnya tersenyum dan memindahkan Haya ke kamar tidurnya. Mereka mematikan lampu kamar Haya dan keluar dari kamarnya. Keluar dari kamar Haya, Brick bersama Clarissa yang kelelahan akibat pertarungan sebelumnya juga pergi tidur.
Dengan begitu semua orang tidur karena lelah ingin mengistirahatkan tubuh masing-masing. Mereka melewati malam yang ditemani rembulan indah tanpa tertutupi oleh awan.