Seseorang yang hadir sebanyak kedua kalinya di depanku. Pertama, sosok dirinya yang sangat misterius menutupi dirinya di dalam bus. Kedua, hari ini dia hadir dan menabrakku di apartemen Jebran.
Pikiranku salah satu penghantar kartu tanda tanya penasaran. Mataku pun menyoroti semua dari gerak-gerik yang sudah menghilang itu.
Si pria aneh yang kutemui sebanyak dua kali, di wajah yang sama.
"Emira," panggil Jebran dari balik tubuhku yang menatap lurus lorong itu.
"Ah," sahutku membalikkan tubuh.
Jebran mengerutkan kening sembari menaikkan alisnya. Ia pun menghampiri diriku, "Ada apa?"
"Oh, bukan apa-apa, hanya saja aku pernah melihat pria itu," tunjukku.
Jebran mengikuti jari telunjukku pada arah depan. Jebran menggeleng pelan, "Siapa?" tanyanya terheran.
"Ah, sudahlah! Lupakan."
"Aku hanya ingin memberikan ini padamu, kenapa kau tidak pergi ke kantor?" tanyaku sembari menyodorkan tempat makanan kepadanya.
"Untukku?" tanyanya bingung.
