Dua pria akan menaruh janji. Sorotan mata begitu menjanjikan. Tanpa sahutan berkata iya atau tidak. Jebran menduduki kursi di atas keinginannya. Yasar masih pada tawanya yang kecil dengan ejekan di balik raut wajahnya.
"Minumlah!" tawar Yasar.
"Hem, terima kasih."
Jebran mengangguk perlahan.
"Aku akan bekerja untukmu, tapi ada satu syarat," putus Jebran.
Yasar menatap Jebran persis dengan raut awalnya, seakan-akan meremehkan keputusan Jebran, atau bahkan sangat geli.
"Apa?!" tanya Yasar.
"Kau serius?" timpal Yasar.
Jebran menaikkan dagunya menghadap Yasar, "Jangan pernah mengganggu Emira!" pinta Jebran tegas.
"Lepaskan Mona," pintanya lagi.
"Lalu, bagaimana dengan keputusanmu menjadi bawahanku?" lontar Yasar.
Jebran mendiam dengan tatapan lurus, "Aku akan melakukan apapun," putusnya.
"Heh!" kekeh Yasar.
"Tidak semudah itu," kelit Yasar.
"Aku akan menyerahkan beberapa persen sahamku kepadamu," lontar Jebran.
