"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dulu awal Aku dan Mas Dirga bertemu aku juga tak punya perasaan apapun kepadanya, begitu pula dengan mas Dirga yang saat itu justru menyukai perempuan lain yang tak lain adalah Amanda. Tapi lama kelamaan akhirnya rasa cinta itu ada. Dan aku yakin antara kau dan Aditya pasti juga akan seperti itu." tukas marsha dengan tersenyum sambil menepuk bahu Dinar dengan lembut.
"Entahlab kak, aku tak ingin berharap lebih. Dia mau bertanggung jawab dan menutupi aib ku saja aku sudah sangat bersyukur. Ditambah ia perhatian kepadaku itu sudah merupakan bonus untukku yang kotor ini. Jika aku harus mengharapkan cintanya juga aku rasa aku akan menjadi orang yang egois."
"Kau tak akan menjadi egois. Karna jika nanti kalian sudah bersama, status di antara kalian adalah suami istri. Dan kakak yakin benih-benih cinta pasti akan tumbuh cepat atau lambat." ucap Marsha meyakinkan Dinar.
Ya, benih-benih cinta kini memang sudah tumbuh di hati Dinar, ia sendiri tak tau sejak kapan rasa itu hadir, padahal ia seharusnya masih berduka atas meninggalnya james yang seharusnya menjadi ayah dari anak yang di kandungnya. Tapi mendapatkan perhatian dari seorang Aditya membuat benih cinta di hati Dinar kian bersemi.
Sementara itu jauh di lubuk hati Marsha ia begitu iri dengan Adik iparnya itu. Meskipun kini adik iparnya tengah hamil dan di tinggal oleh kekasihnya namun ada orang yang mau bertanggung jawab dan bahkan begitu perhatian kepadanya dan juga kepada bayi dalam kandungannya. Marsha pikir Dinar adalah orang yang sangat beruntung dan membuatnya iri.
Berbeda dengan dirinya yang bahkan sudah divonis mungkin akan sulit untuk bisa hamil karena operasi yang belum lama Ibi ia lakukan. Mendengar cerita Dinar yang ngidamnya di turuti oleh Aditya ia menjadi iri, hatinya seolah teriris karena ia juga ingin bisa merasakan hal yang serupa. Ingin bisa seperti orang-orang yang merasakan ngidam dan di manja oleh suami ketika hamil.
Marsha ingin mendapatkan perhatian sepeti itu dari suaminya, meskipun sudah sangat jelas jika Dirga juga selalu perhatian dan menuruti segala permintaannya. Hanya saja hamil dan tidak tentu saja pasti berbeda. Perhatian yang di berikan seorang suami kepada istrinya yang sedang hamil pasti menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan bahkan akan selalu di rindukan jika sudah tak lagi hamil.
Meskipun marsha sudah iklas dengan apa yang terjadi nanti namun saat tau jika Adik iparnya hamil perasaan iri itu timbul lagi di hati Marsha. Ia yang ingin segera hamil namun tuhan memberinya cobaan hang begitu berat dengan kesulitan untuk bisa hamil. Sedangkan Dinar justru hamil di luar nikah. Ia sempat berpikir jika tuhan itu tak adil kepada dirinya.
***
Kini hari yang paling di nantikan telah tiba. Semua keluarga sudah bersiap dengan segala persiapan yang telah di susun sedemikian rupa sejak satu bulan terakhir.
Dinar telah bersiap di depan meja rias dimana wajahnya kini sudah dirias serta di atas kepalanya juga sudah terpasang hiasan pengantin khas sunda siger. Perempuan itu tak pernah menyangka jika pada akhirnya ia akan menikah dengan seorang pemuda yang usianya 1 tahun lebih muda darinya. Dan itu adalah Aditya orang yang sebelumnya paling iya keluh kan karena setiap kali mereka bertemu pasti selalu berujung dengan sebuah pertengkaran.
Aditya sendiri juga sedang berada di ruangan yang sama ia telah mengenakan pakaian khas pengantin berwarna putih yang senada dengan Dinar. Saat sang juru rias keluar dari ruangan tersebut Dinar dan juga Aditya punya kesempatan untuk bicara berdua sebelum mereka berdua turun untuk memulai acara prosesi Ijab Kabul.
"Adit apakah kau sudah yakin dengan apa yang akan kau jalani ini?"
"Kita sudah melangkah sejauh ini tentu saja aku yakin tak mungkin aku mundur." Jawab Aditya dengan tegas.
"Mungkin nanti saat anak ini lahir aku akan membebaskan mu dari semua ini Dit." kini Dinar mulai terisak.
"Kenapa kau bilang begitu?"
"Aku tau kau tidak mencintaiku. Dan kau sendiri juga berhak mendapatkan cinta yang kau mau. Dan yang pasti itu bukan aku. Semua ini hanyalah keterpaksaan saja jadi aku tak ingin menjadi beban dalam hidupmu."
"Sstt... Sudah cukup..! Ini adalah hari dimana kisah kita dimulai. Entah apa yang akan terjadi esok nanti yang jelas aku sudah mengambil keputusan dan hal ini tak bisa kita abaikan begitu saja seperti sebuah permainan."
"Maksudnya? Jadi kau benar-benar akan menganggap aku sebagai istrimu?"
"Bukankah memang kenyataannya memang begitu?"
"Tapi kau tidak mencintaiku begitupun sebaliknya."
"Entahlah yang jelas aku sudah berjanji kepada ayahmu dan juga mas Dirga untuk tidak menyakiti dan bermain dengan pernikahan ini. Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi nantinya, yang jelas untuk sementara waktu ini kita nikmati saja peran kita masing-masing."
Dinar benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Aditya. Apakah memang benar jika Adit menerimanya sebagai seorang istri dalam artian yang sesungguhnya? Ataukan mereka memang harus berpura-pura bahagia atau berpura-pura saling mencintai demi kebahagiaan semua orang?
Dinar masih larut dalam pikirannya namun seketika ia tersadar dan menghapur sisa tetesan air mata di pipinya menggunakan tissu ketika seseorang tiba-tiba masuk kedalam ruangan tersebut. Ternyata orang itu adalah Adinda yang juga sudah cantik dengan pakaian kebaya putih semi formal dan rambutnya yang sudah di cepol dengan hiasan sedemikian rupa membuat remaja itu tampak sangat anggun dan lebih terlihat dewasa.
"Wah kak Dinar cantik banget.." puji Adinda.
"Kalau aku?" Adit bertanya pada adiknya dengan nada yang jahil.
"Ih. Kalau kak Adit sih ya gitu-gitu aja, gak ada yang spesial."
"Emangnya martabak? spesial?"
"Iya. Martabak spesial pake telor 10."
"Cih. Ngapain sih kamu kesini?"
"Disuruh mama. Suruh lihat kalian berdua udah siap apa belum soalnya dibawah sudah siap semuanya, buruan kalian udah di tunggu sama penghulu." ucap Adinda, yang tak lama langsung pergi lagi.
Adit melirik kearah Dinar. Kini waktunya sudah tiba. Waktu dimana cerita Aditya dan Dinar akan dimulai. Waktu dimana sebuah hubungan akan terjalin. Melepas hubungan lama dan memulai hubungan yang baru.
Aditya menggandeng Dinar dan membantunya berjalan karena pakaian pengantin yang di kenakan Dinar tampaknya membuatnya cukup kesulitan untuk berjalan.
Semua orang tampak bertepuk tangan ketika Aditya dan Dinar mulai turun dan bersiap menuju bangku dimana prosesi ijab kabul akan di lakukan.
Aura ketegangan mulai tergambar di wajah Aditya, pemuda ini tentu saja begitu gugup karna di usianya yang baru 23 tahun ini ia sudah harus menikah dengan seseorang. Ia sendiri saja bahkan masih harus menyelesaikan pendidikannya setahun lagi.
Bersambung..!