Chereads / Life After Death : Second Life / Chapter 10 - Reinkarnator lainnya (3)

Chapter 10 - Reinkarnator lainnya (3)

"Maaf, ya kak... hehehe."

Aku memunculkan sebuah belati, aku akan beradu siapa yang paling mahir menggunakan senjata dengannya.

Trangg...

Reflek nya bagus, dia berhasil menangkis serangan kejutku.

Sesuai dugaanku, dia memang bukan cewek biasa. Setidaknya, kenapa dia bisa ditindas?

Itu aneh, jika dia bisa bertarung. Seminimalnya dia tidak akan berakhir dengan hanyut di sungai.

Appraisal!

<>

"Masih seperti tadi?"

"Kenapa kamu menyerangku? Sesuai dugaanku, kau bukan anak biasa!"

"Jangan berbasa-basi! Stealth!"

Nah, bagaimana dia akan menghadapi ku kali ini?

Slash... Slash... Slash...

Sial... dia berhasil menagkis semua seranganku. Stealth seakan-akan tidak berguna. Skill apa yang dia punya?

"Keluarlah! Skill itu tidak akan berguna!"

Cih... ternyata benar, pasti dia memiliki skill sejenis deteksi.

Aku pun menampakkan wujud ku lagi.

"Ayolah kak... kenapa kau tidak serius, ayo lawan aku!"

"Sudahlah... aku tidak ingin menyakitimu!"

Apa? Dia meremehkan ku? Seberapa kuat dirinya?

"Baiklah, baiklah... jika kau bisa menggores sedikit saja pipi ku, aku akan berhenti. Tapi, jangan anggap enteng diriku!"

Saatnya menggunakan skill wrath ku. Baru kali ini aku menggunakan skill ini setelah aku mendapatkannya.

Dengan peningkatan stat berkali-kali lipat, aku akan sanggup menggunakan pedang dua tangan tanpa masalah, sepertinya bukan itu yang aku pentingkan. Konsumsi mana pun ditekan sekecil mungkin dalam penggunaan skill.

Cewek itu atau namanya Sclena langsung bersiap setelah melihat lonjakan energi yang besar tiba-tiba keluar dari tubuhku. Aku tau dia pasti sudah mengaktifkan beberapa skill pertahanan.

Hah... dia hanya seorang cewek yang pura-pura lemah. Apa tujuannya?

Aku melesat dan langsung berpindah tepat di hadapannya. Dia terkejut, sampai termundur ke belakang. Dia memberiku celah.

Trangg... trangg... trangg...

Aku menyerangnya dengan membabi-buta seperti orang kerasukan. Dia pada awalnya bisa mengimbangi kecepatan ku, namun tak berlangsung lama aku berhasil mendaratkan banyak sekali sayatan pedang pada dirinya.

Buk...

Aku menendangnya jauh sampai menghantam batu besar sampai hancur.

"Uhuk... uhuk..."

Dia bahkan sampai batuk darah.

Aku langsung melesat lagi ke arahnya. Aku mengincar lehernya.

"Dalam mode ini mustahil kau bisa mengalahkan ku. Nah, apa kata terakhirmu?" Kataku mencengkeram kuat lehernya.

"Ka—u se—baiknya ber—henti nanti bisa celaka!?"

"Cih... mati saja kau!"

Kulempar tubuhnya tinggi di udara, sangat tinggi sampai menembus awan. Sekarang, rasakan tersambar petir berjuta-juta volt.

"Killer thunder!"

Awan yang awalnya biasa saja secara tiba-tiba berubah menjadi awan badai dengan petir yang terus menggelegar.

Zrrrtttttttttttt...

Petir terkumpul pada satu titik dan menyerang Sclena. Kilatan cahayanya begitu terang, mungkin dalam radius kilometer cahaya itu akan terlihat jelas.

Seonggok tubuh jatuh dari ketinggian. Seharusnya dia sudah mati. Karena aku tidak bisa menggunakan appraisal padanya, Aku tidak mengetahui tinggal berapa Hp-nya. Tapi, dia pasti mati dengan serangan sebesar itu.

Brakkk... darrr

Sclena membentuk kawah yang begitu besar dampak dari jatuhnya.

Aku belum berhenti.

"Meteor rain!"

Ribuan bola api terbentuk di langit, dalam sekejap bola-bola api itu menghujani Sclena tanpa ampun. Bukan hanya Sclena, semua makhluk yang ada dalam radius beberapa ratus meter akan hancur.

Sesuai namanya, sang penguasa kemarahan. Tidak peduli apa pun, terpenting bisa meluapkan emosi nya. Skill yang bisa melipat gandakan stat seseorang.

Daratan di sekitarku hancur lebur, sebelumnya dipenuhi dengan rerumputan yang hijau sekarang berubah menjadi... seperti neraka.

"Gwa-ha-ha-ha-ha, rasakan itu! Berani kau meremehkanku!"

Dalam bidang pandang ku, sesuatu terbang ke arahku. Tanpa ragu-ragu aku langsung menjatuhkannya dengan sambaran petir yang besar. Itu langsung jatuh, ketika itu... aku langsung menyadari, itu adalah Wey.

"A-pa yang kulakukan? Aku membunuh Wey untuk kedua kalinya?"

"A——ku, apa yang—"

Kepalaku sangat pusing.

.

.

.

.

Aku tak mengingat begitu jelas kejadian yang bisa mengakibatkan ku pingsan. Secara tiba-tiba aku sudah terbaring dalam pangkuan paha Sclena.

"Kau tak apa?" Tanya Sclena menatapku khawatir.

Sontak aku terkejut, aku ingin berontak tapi tubuhku terasa sangat lemas hanya untuk berdiri.

"Tenang, aku tidak akan menyakitimu!"

Aku juga baru menyadari bahwa tempat kami berada bukan lagi di padang rumput melainkan gua.

"Sesuai perjanjian kita, aku berhasil melukaimu!?"

Sclena tiba-tiba menyentuh pipi ku, rasa perih langsung menyerang. Tunggu, bukannya aku punya skill pain resistance, tapi kenapa aku bisa merasakan sakit?

"Kenapa kau tidak membunuhku?"

"Sudah kubilang... aku tidak akan menyakitimu, jadi—"

"Kenapa kau tidak membunuhku?"

Aku butuh alasan. Bukan alasan konyol seperti itu. Juga kenapa dia masih bisa bertahan dengan serangan sebesar itu?

"Sudah ku bil—"

"AKU BUTUH ALASAN YANG MASUK AKAL!" Bentakku pada Sclena.

Sepertinya aku sudah keterlaluan. "Maaf, aku hanya bingung... kenapa kau tidak ingin membunuhku, padahal aku hampir membuatmu mati."

"Tidak apa-apa... itu efek dari skill penguasa kemarahan yang mengakibatkan pengguna akan mengamuk dan tidak bisa membedakan mana kawan mana lawan."

"Begitu... aku mengaktifkan skill wrath, lalu kenapa kau sampai repot-repot membawaku ke sini?"

Yah... aku selalu bertanya. Tindakan yang dilakukan Sclena sungguh tidak masuk akal jika ditelaah oleh kebanyakan orang.

Aku berusaha untuk mendudukkan diri, sungguh malu aku tidur di pangkuannya.

"Tubuhmu masih lemas," kata Sclena membantuku untuk duduk.

"Aku minta maaf... aku malu, padahal aku dengan sekuat tenaga berniat membunuhmu, tapi kau malah mengasihani ku," aku bicara dengan mengalihkan pandanganku. Aku benar-benar malu untuk menatapnya, aku merasa diriku seperti aib yang besar. Aku juga berpikir untuk bunuh diri saking malu diriku padanya.

"Tidak apa-apa... kau bersikap seperti itu pasti ada alasannya. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi, Kiya!?"

Apa aku tidak salah dengar?

Dia tau namaku saat masih di bumi, apa dia jangan-jangan adalah seorang reinkarnator juga? Teman sekelasku.

"Kau—"

"Aku Lina."

Lina? Apa aku pernah bertemu dengannya?

Dulu aku adalah orang yang kurang bersosialisasi. Wajar aku bahkan tidak kenal teman sekelas ku. Tapi, aku pernah mendengar nama Lina, sepertinya dia cukup terkenal.

Sebenarnya di kelasku ada 3 orang yang tidak pernah berinteraksi dengan siapa pun atau bisa dibilang penyendiri dan dikucilkan. 3 orang itu adalah aku sendiri, cowok Otaku, dan cewek... namanya Lina?

Apakah memang dia?

Cewek itu selalu jadi bahan bullying oleh cewek-cewek lainnya. Dia hanya diam mendapatkan perlakuan seperti itu, tak pernah sekalipun dia melawan seolah-olah dia rela.

Malah dalam pikiran liar ku dia adalah seorang yang masokis, ahh... kalau ini tak perlu dipikir.

Para cewek itu sebenarnya hanya iri terhadap kecantikan yang dimiliki oleh Lina. Masalahnya adalah cowok yang disukainya selalu berlabuh pada Lina. Itu yang membuat cewek di kelasku, atau lebih tepatnya di sekolahku membenci Lina.

"Kenapa kau bisa tau jika aku adalah Kiya?"

"Bagaimana ya... itu rahasia!"

Apa-apaan cewek ini?!

"Terserah, sekali lagi aku minta maaf."

"Sudah, sudah...!" Kata Lina menepuk-nepuk pucuk kepalaku layaknya anak kecil.

Tidak bisa disalahkan sih, umurku saja belum genap 10 tahun. Sedangkan Lina atau Sclena kira-kira berumur 14 atau 15.

Itu berarti Lina berinkarnasi lebih dulu atau apa? Ahh... itu membingungkan. Namun, dugaan paling masuk akal untuk sekarang adalah waktu kami berinkarnasi berbeda sehingga membuat perbedaan umur pada kami.

Padahal kami mati pada waktu yang sama. Kenapa bisa berbeda?

Di masa depan mungkin jawabannya akan terungkap.